BAB 8 | Dual Element Controller

1K 172 4
                                    

Luna berjalan menyusuri koridor dengan langkah super cepat. Sesekali melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, menghitung kira-kira sudah lewat berapa menit sejak kelas pengendalian elemen dimulai.

Dia merutuk dalam hati karena bangun kesiangan dan di tambah, jarak tempat yang digunakan sebagai tempat belajar pengendalian elemen cukup jauh dari asrama Aquater yang berada di lantai tiga gedung asrama.

Dia masih harus menuruni tangga dan itu benar-benar melelahkan. Sementara tempat untuk pengendalian elemen berada di halaman belakang sekolah, tepatnya di samping danau.

Luna terlalu fokus dengan langkah cepatnya sehingga tak menyadari seorang berjalan ke arah yang sama dari arah belokan koridor, sehingga tepat ketika Luna hendak berbelok, keduanya saling bertabrakan cukup keras, namun entah mengapa hanya Luna yang jatuh tersungkur.

Dia mengaduh, meringis ketika bokongnya mencium lantai. Luna menatap ke atas untuk melihat siapa yang baru saja bertabrakan dengannya, berniat meminta maaf karena menyadari kesalahannya yang tak hati-hati. Namun orang itu sudah tak berada di depannya.

Luna mengernyitkan alisnya dan kemudian berbalik, mendapati punggung seorang pemuda yang perlahan menjauh. Ia menghembuskan nafas berat. Tak mau memperpanjang urusan, Luna lantas berdiri dan segera menuju halaman belakang sekolah.

Sesampainya Ia di sana, Profesor Grint tengah memantau para murid Aquater lain yang sedang belajar mengendalikan elemen mereka. Pandangan Luna tidak sengaja bersibobrok dengan Janessa ketika gadis golden blonde itu juga tidak sengaja melihat kearahnya. Pembicaraan tentang Lysandra Blackton semalam yang tidak berakhir dengan baik membuat keduanya menjadi cukup canggung pagi ini.

"Nona Flatcher, Hukuman setelah kelas berakhir, silakan bergabung dengan teman-temanmu dan lakukan pengendalian dengan stabil."

Luna beralih, mengangguki ucapan Profesor Grint dan tanpa banyak bicara lagi segera bergabung dengan yang lainnya untuk mencoba mengendalikan elemen air nya. Namun sampai pada percobaannya yang ketiga kalinya, Luna tetap tak bisa menciptakan air dari tangannya, bahkan setetes pun. Tapi hal itu tak membuatnya putus asa. Luna kembali mencoba dan berusaha sembari melirik ke arah teman-teman asramanya untuk melihat bagaimana mereka bisa berhasil.

"Butuh bantuan?" Tanya seseorang.
Luna berbalik dan menemukan seorang pemuda tersenyum kecil padanya.

Luna menipiskan bibir sebelum membalas. "Kalau kau mau membantu."

Pria itu terkekeh kecil, kemudian mengulurkan tangan. "Liam Dagworth," katanya, memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan.

Luna tersenyum tipis, membalas jabatan tangan Liam, juga memperkenalkan diri, "Luna Fletcher"

"Aku tau," kata Lima masih memamerkan senyum manisnya. Luna hanya mengedikan bahu.

"Oke, sekarang lihat dengan baik bagaimana aku melakukannya." Liam mulai berkonsentrasi sambil mengangkat tangannya. Perlahan sebuah gumpalan air muncul dan bergerak di atas tangan Liam. Dia kemudian melirik Luna dan tersenyum miring. "Mudah bukan? Cobalah."

Luna mengulum bibirnya dan menarik nafas pelan. Tak yakin apakah dia bisa berhasil kali ini. Luna mulai memfokuskan pikirannya dan dengan perlahan mengangkat telapak tangannya. Beberapa saat kemudian sebuah gumpalan air yang cukup kecil melayang di atas telapak tangannya, membuat Luna tersenyum sumrigah karena berhasil melakukannya kali ini. Saking senangnya, Luna tak mengira jika sesuatu dalam dirinya ikut keluar dan bersatu dengan gumpalan air yang masih bergerak-gerak di atas telapak tangannya. Gumpalan air itu seketika membeku kemudian membentuk bola es.

The Frost Souls ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang