Jam malam sudah berlalu sejak tiga puluh menit yang lalu dan hampir semua orang di asrama telah terlelap dalam tidur mereka.
Luna membuka matanya, lalu bangkit dan duduk di atas kasurnya. Gadis itu membuang nafas berat, entah kenapa malam ini ia sama sekali tak bisa tidur.
Perkataan dua orang siswa yang di dengarnya saat di Greenhouse tadi siang masih melekat jelas di otaknya dan itu sungguh mengganggunya.
"Ah..." desisnya sambil mengacak rambutnya frustasi. Luna melirik ke arah Janessa yang terlihat begitu terlelap dalam tidurnya.
Gadis bermata kelabu itu menghembuskan nafas pelan. Pandangannya kemudian beralih pada jendela yang tertutupi tirai biru. Ia kemudian turun dari ranjangnya, lantas berjalan mendekati jendela, memutuskan untuk sedikit menghirup udara segar sejenak.
Pemandangan bulan purnama yang teramat terang menyambutnya begitu Luna membuka tirai lalu mendorong jendelanya terbuka. Gadis itu tersenyum, memejamkan mata sembari merasakan angin malam membelai wajahnya, membiarkan angin menerbangkan rambutnya yang tergerai bebas.
Hari-harinya terlalu berat dan kacau, namun malam ini setidaknya biarkan dia merasakan sedikit ketenangan dan bernafas lebih bebas. Tak ada yang tau apa yang akan terjadi besok, jadi mari nikmati momen santai ini walau hanya untuk beberapa saat.
Luna menghembuskan nafas tenang lalu membuka matanya perlahan, lantas menatap ke arah hutan yang terhampar luas di belakang sekolah. Cahaya bulan purnama yang begitu terang membuatnya dapat melihat perbatasan antara pepohonan dengan halaman belakang sekolah, namun nampak nya pohon-pohon itu terlalu besar dan lebat sehingga bahkan cahaya bulan tak sanggup menembusnya.
Luna baru saja akan menutup jendela dan kembali mencoba tidur ketika netra kelabunya menangkap sosok berjubah hitam berjalan masuk ke dalam hutan.
Kening gadis itu berkerut dalam, masih mengamati hutan bahkan ketika sosok itu tak lagi terlihat.Siapa orang itu? Orang itu berasal dari sekolah karena dia muncul dari balik gerbang belakang. Untuk apa orang itu masuk ke dalam hutan di tengah malam di saat orang-orang telah tidur?
Luna masih mengamati hutan itu, berniat menunggu sampai orang itu keluar dari dalam hutan. Dengan begitu Luna bisa melihat wajahnya. Cahaya bulan purnama akan membantu untuk itu.
Seekor kucing hitam tiba-tiba melompat ke jendela dan mencakar pipi kirinya, membuat Luna langsung melangkah mundur sambil memegangi pipi kirinya yang terluka.
Kucing itu masih menggeram dengan ganas, seolah sedang mengancamnya.
"Hus...pergi lah." Luna menggerakkan tangannya mengusir kucing itu dengan suara tertahan. Pipinya terasa perih dan ia yakin sudah ada tanda cakaran di sana."Pergilah!"
Kucing itu makin menggeram galak. Bulu-bulu hitamnya berdiri seolah dalam mode siap menyerang kembali.
Dan benar saja, tepat di detik selanjutnya, ketika Luna lengah karena melihat darah di tangannya yang memegang luka di pipinya, kucing itu melompat tinggi hendak menyerangnya dengan ganas.
Luna refleks menutupi wajahnya dengan kedua lengannya, setidaknya ia tak akan mendapatkan goresan lain di wajahnya. Namun hingga semenit kemudian, ia tak merasakan apa pun selain angin malam yang menderu kencang memasuki ruangan.
Dia dengan perlahan menurunkan lengannya lalu membuka mata dengan perlahan, dan kucing itu tak ada, menghilang begitu saja tanpa meninggalkan sedikit pun suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost Souls ✓
Fantastik[The Elemental Trilogy | Book 1] Pada dasarnya, orang-orang dengan zodiak aktif hanya mampu mengendalikan satu dari empat elemen klasik. Api, tanah, udara dan air. Namun ada dari mereka yang memiliki dua elemen sekaligus. Mereka menyebutnya elemen...