Sekarang adalah jam ketiga untuk pelajaran pengendali elemen. Ketika Luna tiba di sana, ia langsung mendengar suara lantang Janessa yang memanggil namanya.
"Luna!"
Gadis bersurai pirang keemasan itu berdiri di samping batu besar. Janessa melambai padanya dan tersenyum, menyuruh Luna agar segera menghampirinya. Di samping Janessa ada Haden dan Peter. Kedua pemuda itu tampak sedang mengobrol entah soal apa. Luna melangkah cepat menghampiri mereka
"Setelah kalian belajar teknik-teknik pengendalian elemen dan aku yakin kalian sudah bisa menguasainya dengan mudah, kali ini aku akan membuka duel untuk kalian." Perkataan Profesor Grint membuat semua murid terkejut. Duel? Itu tentu saja yang selalu mereka nantikan. Saling serang adalah sesuatu yang mereka anggap dapat meningkatkan kemampuan mereka.
Tapi rupanya itu tak berlaku pada Luna. Ingatan tentang latihan bersama Profesor Grint kemarin seperti menghantamnya keras, seolah memberi tahu nya bahwa Luna belum siap untuk ini. Tidak, Luna memang belum benar-benar siap.
Bagaimana jika Luna melakukan kesalahan lagi?Luna memandang ke arah Profesor Grint dan wanita itu membalas tepat iris kelabunya. Tapi seolah tak mengerti dengan sarat dalam atensi kelabu itu, profesor Grint mengalihkan pandangan pada buku absen di tangannya dan menyebutkan dua nama pertama yang akan melakukan duel. Dan Luna tak percaya bahwa satu dari dua nama itu adalah namanya.
"Angelina Thaposon dan Luna Fletcher."
Namanya menarik perhatian. Janessa dan Haden bahkan dengan gerakan kompak menoleh padanya begitu pula Peter, meski pemuda itu tak secepat kedua temannya."Majulah kalian berdua."
Luna meringis khawatir dan Janessa menepuk bahunya sarat akan dukungan. Haden dan Peter memberinya semangat lewat bisikan serupa "jangan takut, kau pasti bisa." Dengan itu, Luna menarik nafas dalam, meyakinkan dirinya dan melangkah maju. Berdiri di tengah lingkaran yang terbentuk tanpa adanya komando.
Tepat beberapa meter di depannya, Angelina seorang Earthsoli yang akan menjadi lawan duelnya berdiri dengan posisi siap duel.
Kau harus tenang, tentang dan jangan lakukan kesalahan. Luna mengucapkan kalimat itu berulang kali dalam hatinya, seperti mantra yang berharap bisa membuat kecemasannya hilang.
"Sebelum kalian memulai duel, aku ingin mengingatkan kalian bahwa dalam duel ini kalian hanya perlu membuat lawan kalian terjatuh. Ingat, terjatuh tidak ada luka ataupun cedera yang terlalu parah. Cukup buat lawan terjatuh. Kalian semua paham?" Peringatan Itu bukan hanya untuk Luna dan Angelina tapi juga untuk semua murid.
Profesor Grint memandang para muridnya sampai mereka menyahut dengan jawaban
"ya!"
Setelah itu, Profesor Grint kembali beralih pada dua orang yang akan berduel. Memberikan aba-aba dan kemudian membuka duel pertama siang itu.
Angelina membungkuk dan menghentakan tangannya ke pemukaan tanah yang tertutup putihnya salju. Seketika guncangan layaknya gempa seperti menjalar dan meledak di bawah tempat Luna berpijak. Luna dengan gerakan gesit untung saja bisa menghindari serangan itu.
Kali ini giliran Luna yang melemparkan serangan. Sebuah putaran air yang muncul hampir saja menarik Angelina ke dalam pusaranya.
Duel itu masih terus berlangsung. Semakin sengit hingga sanggup membungkam orang-orang yang berada di sekitar. Luna bisa merasakan keringat mengalir dari pelipisnya tak kala merasakan energinya mulai terkuras. Ini terlalu berlebihan, Luna ingin berhenti, tapi belum sempat dia memberitahu bahwa dia menyerah, suara Angelina terdengar bersamaan dengan serangan yang kembali datang.
Tanah-tanah berbentuk panah meluncur dan mengarah ke arahnya. Begitu cepat sehingga membuat Luna yang tak siap sukses menerima serangan itu dengan telak. Satu anak panah bahkan berhasil menggores pipinya hingga berdarah dan saat itu Luna seperti merasakan lonjakan energinya meningkat tiga kali lipat.
Luna tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia merasa marah, emosinya seakan ditarik lepas ke permukaan dan itu menimbulkan rasa yang teramat dingin, seperti tubuhnya perlahan diselimuti es. Dan setelah itu Luna seolah tak bisa lagi mengendalikan dirinya sendiri.
Sementara itu semua orang terkejut tak kala melihat perubahan Luna. Tak terkecuali Profesor Grint yang membelakakan matanya.
Tubuh Luna diselimuti es dan pancaran cahaya kebiruan. Matanya berubah seputih salju, menatap lurus ke depan dengan tajam. Luna berubah menjadi sosok yang mengerikan menurut mereka.
Profesor Grint hendak menyadarkan Luna. Dia tahu karena Luna juga berubah menjadi sosok yang sama kemarin, hanya saja Milled tak menyangka bahwa sosok itu akan kembali menguasai Luna. Profesor Grint ingin menyadarkan Luna, namun belum sempat dia melangkah, suara Luna membuat semuanya memekik keras dan tak percaya.
Serangan panah es beruntun meluncur dan mengarah ke arah Angelina. Itu terlalu cepat dan seakan sulit dihindari, sehingga saat itu tak ada yang bisa melakukan apa pun saat tubuh Angelina merosot jatuh dengan luka-luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya.
Sementara Luna sudah tak sadarkan diri ketika profesor Grint kembali beralih padanya.Hal pertama yang Luna lihat ketika dia membuka matanya lagi adalah wajah cemas Janessa.
"Jane?"
Janessa menghembuskan nafas legah ketika Luna akhirnya sadar setelah sejam lamanya gadis itu tak sadarkan diri sejak insiden menghebohkan di hutan belakang sekolah.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Joy mengalihkan perhatian Luna. Tersadar bahwa bukan hanya Janessa yang berdiri menunggunya di sana, tapi juga Joy dan bahkan Haden dan Peter.
"Bagaimana perasaanmu?" Kali ini Haden yang bertanya.
"Jangan terlalu banyak bertanya, Luna baru saja sadar, biarkan dia tenang dulu." Peter seperti yang Luna tahu. Sosok yang lebih kalem dari Haden yang sedikit bar-bar.
Luna tersenyum kecil melihat mereka, tapi kemudian ingatan sekilas tentang sosok Angelina yang merosot jatuh dalam kondisi luka-luka membuatnya ingin beranjak turun kalau saja Janessa dan Peter tidak segera menahannya.
"Angelina baik-baik saja sekarang. Kau bisa menemuinya nanti," kata Janessa seakan paham. Luna menghembuskan nafas legah dan mengangguk patuh.
"Ngomong-ngomong apa yang terjadi padamu tadi?"
Pertanyaan yang Haden ajukan sebenarnya juga merupakan sesuatu yang ingin Luna tanyakan, karena itu Luna sendiri pun tidak mengetahui jawabannya.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost Souls ✓
Fantasy[The Elemental Trilogy | Book 1] Pada dasarnya, orang-orang dengan zodiak aktif hanya mampu mengendalikan satu dari empat elemen klasik. Api, tanah, udara dan air. Namun ada dari mereka yang memiliki dua elemen sekaligus. Mereka menyebutnya elemen...