BAB 18 | Chaos in the Dorm

683 131 9
                                    

Ruangan itu di dominasi dengan warna coklat karamel dan perabotan yang sebagian besar terbuat dari kayu mahoni yang kokoh. Sosok wanita berumur sekitar lima puluh tahun lebih tampak duduk di balik meja kerjanya dengan kaca mata bulan separuh bertagar di pangkal hidungnya yang mancung.

"Miss Fletceher," sapa wanita itu, lantas bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Luna yang masih mempertahankan diri di dekat pintu yang sudah kembali berayun tertutup.

"Kau pasti bertanya-tanya mengapa aku memanggilmu," ujar wanita itu. Luna masih diam meski dalam batinya membenarkan pernyataan tersebut.

"Ada yang ingin ku tanyakan padamu," kata Profesor Grint. Luna mengerutkan alisnya menunggu.

"Apa akhir-akhir ini kau punya masalah dengan seseorang. Seperti kau bertengkar dan kalian belum menyelesaikan masalah itu?" Pertanyaan yang di ajukan Profesor Grint membuat Luna terdiam cukup lama.

Masalah dengan seseorang? Luna menghembuskan nafas dalam. Dia bukan hanya bermasalah dengan satu orang, tapi hampir semua murid di Alter Academy. Entah para profesor menyadarinya atau tidak, tapi di lihat dari ekspresi Profesor Grint saat ini sepertinya sang profesor tak mengetahui masalahnya sama sekali.

"Tidak Profesor," jawabnya berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan apa yang sedang terjadi. Luna tak mau di cap sebagai seorang pengadu nantinya jika sampai masalahnya bocor dan terdengar oleh para Profesor.

Lagi pula masalah ini tidak mungkin akan berlangsung lama, bukan?

"Benarkah?" Tanya wanita itu. Suaranya terdengar tak yakin atas jawaban Luna.
Luna hanya mengulum bibirnya dan mengangguk kaku sebagai jawaban. Jujur saja, berbohong bukanlah spesialisasinya.

"Memangnya ada apa, profesor?" Tanya Luna penasaran. Sedari tadi profesor Grint hanya bertanya dan tak sedikit pun memberi tahu alasan mengapa dia memanggil Luna ke ruangannya.

Profesor Hydrokinesis itu menghela nafas panjang. Dia kemudian berjalan melewati Luna dan hendak membuka pintu, tapi kemudian menundanya sejenak dan berbalik menatap Luna yang masih diam di pijakannya.

"Ikutlah dengan ku." Setelah mengatakan itu, Profesor Grint membuka pintu dan keluar membuat Luna segera mengikutinya selang beberapa detik.
Profesor Grint berbelok dan menaiki tangga, Luna masih mengikuti di belakang sampai akhirnya mereka sampai di lantai tiga. Melewati ruang bersama dan kemudian memasuki lorong tempat kamar para murid berada.

"Luna!"

Sosok Janessa tampak berjalan cepat mendekatinya dari ujung lorong. Semakin dekat jarak Janessa dan dirinya, Luna makin jelas melihat raut khawatir dan kebingungan tercampur dalam garis wajahnya.

Janessa menyapa profesor Grint dengan sopan saat mereka saling bersinggungan, lalu Janessa meneruskan langkah menghampirinya.

"Ada apa?" Luna bertanya cemas. Perasaannya tak enak melihat ekspresi yang di tunjukan Janessa saat ini.

"Kau harus melihatnya sendiri," kata gadis itu yang kemudian menarik Luna untuk berjalan lebih cepat, menyusul Profesor Grint yang sudah hilang di belokan lorong.

"Ada apa sebenarnya?" Luna mendesak, meminta jawaban kembali ketika melihat keramaian di lorong ketika mereka berbelok.

Cukup banyak murid yang memadati tempat itu sehingga membuat mereka harus berdesak-desak untuk bisa menerobos masuk lebih dalam.

Tepat di depan pintu kamarnya dan Janessa, para murid berkumpul dan seperti tengah memperhatikan sesuatu yang menarik di dalam sana. Hal itu membuat Luna makin dibuat penasaran sehingga ia segera mempercepat langkahnya dan menerobos paksa kepadatan itu, tak peduli meski orang-orang yang ditabraknya mengeluarkan umpatan sinis dan cibiran.

Suara-suara berisik terdengar dari dalam kamarnya dan semakin dekat jarak Luna dengan ruangan itu, semakin jelas pula suaranya. Luna juga bisa mendengar suara para profesor dan sedikit pekikan dan erangan tak jelas.

Sampai ketika dia benar-benar telah sampai di sana, berhenti di depan pintu yang sudah menjemblak terbuka. Luna terdiam, memandang kekacauan di dalam sana dengan sosok gadis yang bertingkah seperti kerasukan dan memporak porandakan seisi kamar-atau lebih tepatnya hanya barang-barang milik Luna lah yang jungkir balik sementara barang milik Janessa masih tertata di tempat semula.

Luna masih terdiam, memandang ngeri gadis dengan lambang Aquater itu, sampai ketika Profesor Grint menghampirinya dan menyadarkannya. Luna tersentak, mengerjap memandang Profesor Hydorkinesis  itu kaget.

"Kau mengenalnya?"

Luna menggeleng cepat. Benar-benar tak mengetahui siapa gadis itu. Dan Profesor Grint hanya mengangguk, tak bertanya lebih lanjut. Wanita itu hanya menepuk pundaknya dan menyuruhnya menjauh begitu pula dengan para murid lainnya.

Luna dengan langkah pelan, mengambil gerakan mundur, tapi pandangannya masih fokus pada gadis gila itu. Matanya yang berwarna merah menyala menyorot semua orang dengan garang, seperti binatang yang siap menerkam mangsanya dengan brutal. Luna tak tau apa yang merasuki gadis itu, sampai membuatnya menjadi tak waras dan menghancurkan tempat orang lain.

Tak lama, kepala sekolah datang. Sosok Alfred Dalbert berjalan menyusuri lorong yang sudah lenggang lantaran para murid langsung memberikan akses bagi sang pemegang jabatan tertinggi di Alter tersebut.

Pria itu berhenti dan menatap Luna sejenak, tatapan yang tak dapat Luna simpulkan dengan baik apa maksud dibaliknya. Pria itu kemudian melanjutkan langkahnya, memasuki kamar Luna dan Janessa, lalu mendekati gadis yang masih menggila itu dengan langkah pelan dan hati-hati.

"Alfred." nada suara Profesor Grint terdengar khawatir. Menatap profesor Dalbert dengan sorot meminta bantuan.

"Tenanglah, Mille...kita bisa mengatasi ini," kata pria itu dengan suaranya yang tenang. Lalu, dengan langkah pelan kembali berjalan mendekati gadis itu.

"Profesor!" Panggil profesor Walter yang baru saja datang. Guru sihir itu terlihat kelelahan seperti habis berlari dalam jarak yang cukup jauh tanpa istirahat.

"Oh! Bagus Darius. Kami butuh bantuanmu di sini," kata kepala sekolah. Memanggil profesor Walter dan menyuruhnya mendekat.

Dan yang terjadi setelah itu adalah Para Profesor berhasil mengatasi gadis itu dengan baik. Profesor Walter mengikatnya dengan sihir lalu kepala sekolah membuatnya tak sadarkan diri.

To Be Continued

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Frost Souls ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang