Dua orang pria berjubah hitam melangkah tepat di depan si tubuh gemuk seolah penuntun jalan.
Mereka membawanya keluar dari ruang bawah tanah. Bunyi rantai yang di tarik terseret-seret di atas lantai pualm sekolah terdengar begitu bising. Mahluk itu agak merintih saat orang di depannya menarik paksa rantai yang terhubung membelenggu pergelangan kaki besarnya.
Suara desingan rantai seakan mengiring langkah mereka. Malam ini tidak ada yang akan tahu bahwa dalam hitungan menit ada bahaya yang siap mengetuk pintu.Kembali dalam aula. Luna berdiri sendirian di samping meja sebelumnya. Selepas berdansa beberapa saat bersama Haden, Luna memutuskan untuk berhenti dan membiarkan teman-temannya menikmati pesta dengan menari mengikuti lagu yang lebih bergairah malam ini.
Dentuman suara musik mengalum memecah suasana pesta semakin ramai. Luna terkekeh saat melihat kepala sekolah melompat ke area dance floor dan ikut menari bersama para murid. Kebanyakan dari mereka adalah para senior yang akan segera lulus.
Luna menaruh gelas minuman yang isinya sudah dia tegak sampai habis, meletakannya ke atas meja, lantas beranjak dari sana.
Luna berjalan keluar dari aula. Mencari udara segar dan agak mendinginkan diri dari hiruk pikuk suasana pesta. Dia berjalan menyusuri koridor sendirian sambil melepas heels nya. Tumitnya agak sakit karena memakai sepatu hak tinggi itu terlalu lama, apalagi sempat berdansa beberapa saat tadi.
Tiba-tiba saja langkah Luna terhenti saat sorotnya jatuh pada sosok pemuda yang tengah duduk sendirian di atas jendela. Luna mengulum bibir, memutuskan untuk menghampiri.
Sejujurnya, Luna sempat mencari keberadaan pemuda itu di pesta tadi. Luna pikir, Zean akan datang bersama Violet Shell karena hanya gadis Ignisflare itu satu-satunya yang Luna tahu dekat dengan Zean. Tapi ketika menyaksikan Violet datang mengapit lengan orang lain, Luna tersadar bahwa Zean tidak mungkin datang. Pemuda itu bukan tipe orang yang mau repot datang ke pesta seperti malam ini.
Perhatian Zean tertarik begitu saja ketika Luna duduk di atas jendela di sebelah jendela tempatnya duduk. Dia memperhatikan gadis itu dalam balutan gaun pesta merah mudanya namun dengan kaki telanjang yang bergoyang asal. Luna menenteng heels nya.
"Tidak datang ke pesta?" Luna bertanya basa-basi.
Zean melirik Luna sekilas sebelum mengalihkan pandangan dan menjawab.
"Tidak."
"Kenapa?"
"Tidak ingin."
"Karena tidak punya pasangan?"
Zean langsung melihat Luna, menatapnya lama yang tengah mengangkat alis menunggu jawaban. Dia lalu kembali mengalihkan pandangan.
"Bukan."
"Lalu?"
"Tidak tertarik saja."
Luna mengangguk-angguk mengerti. Melirik Zean lama. Untuk sejenak menciptakan hening di antara mereka.
"Kau akan ikut kelas apa saja tahun depan?" Tanya Luna, kembali membuka obrolan.
"Hanya beberapa"
Luna lagi-lagi mengangguk. Pada tahun kedua atau saat kelas dua, tidak seperti kelas satu yang wajib mengikuti semua kelas, tahun kedua para murid diizinkan untuk memilih setiap kelas yang ingin mereka ambil dengan catatan untuk kelas pengendalian elemen dan sihir dasar tetap wajib diikuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost Souls ✓
Фэнтези[The Elemental Trilogy | Book 1] Pada dasarnya, orang-orang dengan zodiak aktif hanya mampu mengendalikan satu dari empat elemen klasik. Api, tanah, udara dan air. Namun ada dari mereka yang memiliki dua elemen sekaligus. Mereka menyebutnya elemen...