Ia mendengar suara instrumen musik yang terdengar familir, namun, ia tidak ingat kapan pernah mendengar musik ini. Suaranya terdengar acak, timpang tindih dengan suara pria dewasa yang tengah berbicara dengan anak kecil.
Kilasan wajah acak melewati penglihatannya. Sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan penuh, dan sebuah lampu bersinar terang dari kejauhan.
Tubuh Luna bergetar dalam tidurnya. Asap dingin menguap dari dua lengannya yang mulai membeku. Lalu kemudian, seperti di tarik paksa dari alam bawah sadar oleh tangan beku, Luna membuka matanya dengan terkejut. Tubuhnya langsung bangun dari posisi berbaring.
Ia memperhatikan ruangan tempatnya berada. Pandangannya berhenti pada babylon yang menya di atas nakas samping tempat tidur. Alis Luna mengerut, sebelum ia mengarahkan tangannya ke arah babylon tersebut dan membuatnya beku seketika. Luna melotot terkejut, sembari menatap telapak tangannya dengan takjub. Ia lantas turun dari atas tempat tidur dan berjalan keluar dari dalam kamar.
Luna tidak mengenali tempat ini, sementara itu ia tidak ingat apa yang sebelumnya terjadi. Tapi perasaanya tidak tenang dan terasa sesak saat memikirkan Hanna. Kemarin, Luna pamit pergi untuk menginap di rumah Janessa, tapi Luna tidak ingat apapun setelah tidur malam itu.
Sesuatu menganggu pikirannya, seperti suara bisikan. Luna meringis, memegang kepalanya yang terasa sakit. Kilasan ingatan terakhir langsung menyerbu benak Luna, membuatnya akhirnya mengingat apa yang telah terjadi.
Tubuh Luna gemetar, dan ia mulai menangis. Beberapa saat setelah itu, seseorang datang. Milled Grint segera merangkuh Luna dalam pelukan erat, meladeninya sampai gadis tersebut lelah dengan kesedihannya sendiri.
Milled membawa Luna menemui beberapa orang di ruang utama Manor. Begitu Luna melihat Janessa, ia langsung pergi dan menghabur dalam pelukan sang sahabat.
Mereka larut dalam kesedihan, sementara yang lain hanya bisa menyaksikan dengan rasa kasihan. Sampai kemudian, Luna berhenti dan mulai mendengar sesuatu dari Alfred Dalbert.
"Hanna masih hidup, setidaknya, itulah yang kami harapkan. Blackton membawa Hanna, perkiraan kami adalah dia akan dijadikan umpan untuk menangkapmu."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan? Mereka pasti akan menyiksa Hanna jika kita tidak cepat menyelamatkannya." Luna menatap para orang dewasa di sana. Mendesak mereka.
"Kami tahu Luna. Kami sudah punya rencana..."
"Baguslah, aku akan..."
"Tidak Luna, kamu tidak akan ikut," cegat Milled cepat. Itu membuat Luna berekspresi tidak terima.
"Blacton terlalu berbahaya. Kami akan menyelamatkan Hanna sementara kalian para anak-anak tetap di sini," kata Fin
Janessa membuang napas berat mendengar perkataan sang paman. Mereka sudah berdebat tentang ini, dan Janessa kalah, maka ia harus menuruti perkataannya.
"Aku tidak bisa hanya diam saja. Dia Hanna, satu-satunya keluargaku, aku akan pergi untuk menyelamatkannya," kata Luna emosi.
"Tidak Luna. Kamu tidak boleh pergi," kata Laura Gildorey "akan sangat beresiko jika kamu ikut."
"Tapi aku..."
"Nonna Fletcher," panggil Alfred Dalbert, mengambil atensi Luna "sebenarnya aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Bisakah kamu ikut denganku sebentar?"
"Alfred," tegur Milled. Alfred segera mengangguk pelan sebagai tanda tidak apa-apa.
"Nonna Fletcher?"
Luna menatap orang tua itu ragu, sebelum ia mendapat tatapan dorongan dari Janessa dan pergi bersama sang kepala sekolah Alter, menjauh dari yang lain.
"Kamu ingat tentang cerita Asteria Evergreen waktu itu?" Tanya Alfred begitu ia dan Luna tiba di taman belakang Manor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost Souls ✓
Фэнтези[The Elemental Trilogy | Book 1] Pada dasarnya, orang-orang dengan zodiak aktif hanya mampu mengendalikan satu dari empat elemen klasik. Api, tanah, udara dan air. Namun ada dari mereka yang memiliki dua elemen sekaligus. Mereka menyebutnya elemen...