(37)

2.2K 174 11
                                    

Semalam hujan mengguyur bumi,menyisakan tetes-tetes embun di pagi hari. Menciptakan udara segar yang menyejukkan hati. Sinar mentari tampak menelusup di celah-celah hordeng kamar seorang gadis. Membuat sang empu menggeliat dalam tidurnya. Perlahan mata indah itu terbuka. Ia mengedarkan pandanganya,ini bukan kamar utamanya. Ah dia ingat sekarang, ini adalah kamar disalah satu apartemennya. Merepotkan memang memiliki banyak tempat tinggal.

Ia menegakkan tubuhnya,matanya melirik jam di atas nakas. Sudah jam tujuh pagi ternyata. Glen menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan menurunkan kakinya ke atas lantai. Saat ia ingin berdiri,tiba-tiba saja kepalanya sakit. Ia kembali pusing. Alhasil tubuhnya kembali terduduk di atas tempat tidur.

"Kenapa kepala gue sakit banget, ssttt..." Desisnya menahan sakit. Matanya tidak sengaja melihat sebuah jaket di atas sofa yang tidak jauh dari tempatnya. Itu milik Akhtar, tapi kemana pemuda itu? Ah persetan dengan Akhtar. Saat ini ia hanya ingin berendam dan mengisi perutnya. Glen memaksakan dirinya untuk berdiri,kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Sedangkan di ruangan yang berbeda,terlihat seorang pemuda tengah berkutat dengan masakannya di dapur. Sedari tadi mulutnya tidak berhenti menggerutu. Bagaimana tidak? Dapur milik Glen kosong! Tidak ada makanan ringan atau bahan masakan yang bisa diolah. Untung saja pengawal setianya mau membawakan belanjaan tadi subuh. Ia geli saat mengingat wajah datar laki-laki itu. Ia paham betul,sebenarnya pengawalnya itu menahan geram kepadanya.

Kali ini ia hanya membuat pancake dan membuat jus buah untuk dirinya dan satu lagi untuk Glen. Ia menaruh lebih banyak buah-buahan di piring milik Glen. Setelah semua siap,Akhtar berjalan ke kamar.

Niat awal ingin membangunkan,tapi langkahnya tertahan saat matanya melihat Glen keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk! Rambut panjangnya terurai basah,titik-titik air tampak menetes membasahi wajah cantiknya. Leher jenjang yang terlihat menggoda,paha putih mulus yang terekspos sempurna, dan yang paling menarik perhatiannya adalah belahan dada yang mengintip dari balik lilitan handuk yang ia kenakan,terlihat sexy.

Akhtar menelan salivanya,mengapa gadis itu terlihat sangat menggiurkan. Rasanya ia ingin— cukup! Ini tidak benar. Buru-buru Akhtar pergi dari sana dan kembali ke dapur. Ia menarik napas sebanyak mungkin,pipinya memanas. Ia masih laki-laki normal yang akan tergoda jika disajikan pemandangan seperti itu.

Tangannya menuangkan jus yang telah ia buat ke dalam dua gelas. Saat tubuhnya berbalik,ia terlonjak kaget saat melihat Glen sudah ada disalah satu kursi yang ada di sana. Pandangan mereka bertemu,gadis itu hanya mengenakan kaos santai,dan hot pants. Pandangan Akhtar jatuh pada paha milik Glen. Paha itu...khtar buru-buru mengalihkan pandangannya. Sialan,ada apa dengan dirinya.

Mencoba biasa saja, Akhtar meletakkan sepiring pancake dan segelas jus di depan Glen. "Habiskan." ucapnya kemudian duduk di salah satu kursi. Gadis itu meneliti makanan di depannya,terlihat sangat lezat. Glen hanya mengangguk dan mulai memakan sarapannya,begipula dengan Akhtar.

"Kenapa lo bantu gue?" Tanya Glen disela-sela makannya. Akhtar berhenti memotong pancake di depannya,ia menoleh kearah Glen.

"Kata lo kita teman,bukannya sesama teman harus saling membantu?"

"Tapi sikap lo bikin gue berharap lebih bodoh!" Batin Glen. Sedangkan di permukaan,ia hanya mengangguk.

Glen meminum jus di depannya,setetes jus meluber kelehernya karena Glen terlalu tinggi mengangkat gelasnya. Akhtar menatap Glen lekat. Leher jenjangnya begitu menggoda,pikirnya mengagumi tubuh Glen.

"Lo kenapa? Muka lo merah." tanya Glen terlihat khawatir.

"Uhuk! Uhuk!" Akhtar tersedak makannya sendiri. Ia menjadi salah tingkah.

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang