Langit telah menghitam beberapa jam yang lalu. Pertanda bahwa malam tengah menyapa para penghuni alam semesta. Dengan bulan yang bersinar nampak ceria.
Di tepi kolam renang, terlihat seorang pemuda tengah merenung, menatap bayangan rembulan yang meliuk di dalam air.
"Apa benar ya? Gue suka sama tuh cewe." gumamnya ditengah-tengah sunyinya malam. "Tapi apa secepat itu? Gue nggak pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta sama cewe." Ia terus bergumam. Sampai satu suara membuyarkan lamunannya.
"Fa, sudah malam tidur gih. Besok kan kamu sekolah." ujar Alena lembut.
"Eh iya Mah." Pemuda yang dipanggil Fa itu pun beranjak menuju kamarnya dan bersiap untuk tidur.
Waktu terus berlalu, kini matahari kembali menempati posisinya untuk menerangi bumi. Begitu pula dengan kicauan para burung yang terdengar ceria, siap terbang mencari makan. Sama halnya dengan Akhtar yang sudah siap dengan seragamnya. Saat ini ia sedang berada di meja makan bersama sang mama. Mereka makan dalam diam. Beberapa menit berlalu, mereka telah selesai dengan makanan masing-masing.
"Oh iya Fa, besok Papa pulang. Kamu nanti jemput di bandara yah." ujar Alena
"Papa itu sudah besar nyaris tua. Jadi dia bisa pulang sendiri." jawab Akhtar malas. Ia membenarkan letak tasnya kemudian berdiri. "Mah Akhtar berangkat." ucap Akhtar kemudian menyalami tangan sang mama. Tidak lupa kecupan singkat dipipi. Setelah itu ia beranjak pergi meninggalkan Alena. Wanita itu menghelas napas, tidak heran anaknya bersikap seperti itu setiap membahas sang papah.
°°°°°
Kini Akhtar sudah sampai di sekolah dan keadaan di sana belum terlalu ramai. Hanya beberapa siswa yang sudah datang. Kakinya melangkah santai menuju kelas. Sesampainya di sana, suasana sepi kembali menyambutnya. Mungkin memang Akhtar yang datang terlalu pagi. Ia pun langsung duduk dikursinya dan bermain game dengan ponsel guna menjengah kebosanan.
Tidak lama kemudian, suara langkah yang diiringi gerutuan seseorang terdengar.
"Ini semua gara-gara Mael! Disuruh pakai dasi. Nggak tahu apa yah anaknya yang manis ini nggak bisa pakai dasi!" ucap Glen memasuki kelas sambil menghentak-hentakkan kakinya. Pandangannya tidak lepas dari tangan yang mencoba memasang dasi dilehernya.
"Apa faedahnya pakai dasi sih? Paling buat ngelap ingus!" Glen terus menggerutu. Kini ia sudah duduk di belakang Akhtar. Tetapi siapa sangka, Glen sama sekali tidak menyadari ada orang di depannya.
"Sumpah yah ini dasi ribet banget! Nggak ada yang pakai kolor aja apa yah? Kaya waktu SD. Kan gampang!" Gerutuan terus keluar dari bibir mungilnya. Akhtar yaang sedari tadi merasa tenang, kini mulai terusik oleh suara Glen.
"Ini ke atas atau ke bawah? Lah kok jadi jelek sih!" Glen kembali membuka kaitan yang sebelumnya sudah sedikit terbentuk. Dia terus mencoba, tetapi hasilnya tetap sama.
"Arghh! Gue buang juga nih dasi!" Glen berteriak frustasi. Cukup! Akhtar tidak kuat mendengar celotehan Glen. Akhtar berbalik badan, dan menarik dasi Glen kencang.
"Akh!" pekik Glen terkejut karena ada yang menarik dasinya. Alhasil wajah Glen dan Akhtar berdekatan.
"Lo berisik banget tahu nggak?!" Geram Akhtar tepat di depan wajah Glen. Sedangkan Glen hanya diam.
"Kenapa jantung gue selalu dugeman kalau dekat si sombong?" Batin Glen
"Dasar! Pakai dasi aja nggak becus!" ujar Akhtar sambil memasangkan dasi dileher Glen. Glen hanya diam memperhatikan wajah Akhtar, dan tanpa dirasa ia tersenyum melihat wajah tampan yang tersuguh dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naefa [Selesai]
Roman pour AdolescentsWARNING❗SEDANG DIREVISI SECARA BRUTAL❗ 15+ "Akhh...akhh" Nata "jangan mendesah didepan gue!!" Reyfefa "akh akh akhh..." Nata "gue bilang jangan mendesah didepan gue,lo tuli?!!" reyfefa "itu nama depan loh ogeb!!" Nata ...