(39)

2.4K 191 39
                                    

"Lo bukan Akhtar yang gue kenal. Harusnya dari awal gue sadar diri, gue bukan siapa-siapa lo." lirih Glen menunduk dalam. Dengan gontai ia meraih kunci motornya. Baru selangkah ia berjalan, gerakannya terhenti saat matanya mendapati sebuah kotak kecil di atas meja. Itu kotak dari Elis. Glen memandangnya sejenak, jujur saja hati kecilnya benar-benar merindukan gadis itu. Tetapi keadaan membuat mereka seperti ini. Glen menghela napas berat kemudian mengambil kotak tersebut dan membawanya pulang.

Sedangkan di dalam mobil, terlihat Elis dengan wajah masamnya. "Bisa-bisanya lo ngomong begitu, lo bikin dia sakit hati bodoh!" Akhtar melirik sinis ke arahnya.

"Berisik banget sih lo jadi cewe,tinggal ikut aja apa susahnya." Jawabnya ketus.

"Liat kita jalan bareng aja udah cukup buat dia terluka. Engga usah lo tambahin sama kata-kata pedes lo itu!"

"Tugas lo hampir selesai,gue harap lo penuhin syarat pertama." ujar Akhtar tanpa memperdulikan ucapan Elis sebelumnya. Seketika wajah Elis berubah sendu.

"Iya gue tau. Tapi rencana lo itu kele—"

"Inget,lo cuma pemain,bukan sutradara. Jadi diam, dan ikuti permainan gue."

Elis kicep mendengar ucapan Akhtar. Benar,ia hanya pemain. Bukan sutradara yang berhak menentukan bagaimana alur cerita. Layaknya kehidupan dibumi, semua sudah ada yang mengatur. Hanya perlu menerima serta menjalani dengan sepenuh hati,maka semua akan berjalan dengan baik. Elis menghela napas pasrah. Sungguh,ia tidak tega melihat tatapan Glen tadi.

******

Sore berganti malam,malam berganti pagi. Glen melangkah lesu menuju halaman rumah. Mood nya benar-benar hancur. Bagaimana tidak? Semalam ia dilanda cemburu, dan pagi tadi Akhtar memblokir nomornya. Rasanya Glen ingin menelan semua banci yang ada di jalan.

"Loh Glen,kamu engga sarapan dulu?" Tanya Elyana saat melihat anak gadisnya sudah rapi. Tumben sekali,pikirnya.

"Engga,Glen sarapan di sekolah aja. Glen berangkat mah, Assalamualaikum." ujarnya kemudian berlalu keluar meninggalkan Elyana dengan tatapan bingung. Pasalnya anak itu jarang sekali mengucapkan salam.

Satu jam kemudian,motor Glen sampai di parkiran sekolah. Jangan berfikir Glen akan berangkat tepat waktu. Ia mampir ke kedai mang Acep sebelum mendarat di sini. Saat berjalan menuju kelas,semua pandangan tertuju padanya. Itu sudah biasa,tapi beberapa Guru yang juga menatapnya,itu yang membuat Glen bingung. Memang ada apa dengan dirinya? Tidak mau ambil pusing, Glen terus melanjutkan langkahnya.

Sampai di depan kelas,pintu ruangan terlihat terbuka,dan suara bising terdengar jelas dari tempatnya. Ternyata kelas sudah ramai. Tanpa berfikir panjang, Glen melangkah masuk. Seketika kelas menjadi hening, semua orang menatap Glen tidak percaya. Yang sedang piket sampai berhenti, Grissam yang sedang ngecengin pacarnya ikut menoleh dengan mulut terbuka. Dan Akhtar yang sedang bermain Game merasa ada yang aneh pun meneggakkan kepalanya. Alisnya menukik saat melihat Glen berdiri kebingungan di depan pintu.

Bukan itu yang menjadi fokusnya,tapi penampilan gadis itu,sangat berbeda! Baju yang tertata rapi,sabuk yang melingkar dipinggang rampingnya,dan ini yang paling membuatnya berbeda,rambut. Rambut hitam bergelombang yang biasa digerai,kini dikuncir kuda dengan beberapa helai rambutnya jatuh disisi wajahnya. Ini bukan style seorang Glenata!

"Lo pada kenapa sih? Gue cantik? Udah dari sananya kali." Seketika semua orang mual mendengar ucapan Glen,dan kembali pada aktivitas masing-masing. Penampilannya memang berbeda, tapi wajah itu masih menunjukan wajah-wajah tengil, yang sialnya juga menggoda.

Seperti halnya Akhtar yang kini menatap Glen lekat. Mata gadis itu sembab,pasti ia habis menangis. Rasa bersalah kembali menyergapnya. Saat Glen menoleh kearahnya,Akhtar buru-buru mengalihkan pandangannya.

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang