(21)

2.8K 184 16
                                    

Glen terus memikirkan perkataan Crys kemarin. Kini ia sedang berada diatas motor bersama Gavin. Mereka sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Mereka hanya diam,larut dalam pikiran masing-masing. Sampai sebuah panggilan dari Gavin memecah keheningan diantara mereka.

"Glen"

"Akhtar! Eh maaf maaf. Iya ada apa?" Glen gelagapan karena menyebut nama Akhtar. Maklum ia sedang melamun memikirkan Akhtar tiba-tiba saja Gavin memanggilnya,reflek ia mengucapkan apa yang sedang ia pikirkan. Readers pernah begitu ngga? Oke abaikan. Gavin tersenyum sinis,tanpa dilihat Glen

"Lagi mikirin tuh cowo yah?" tanya Gavin diikuti kekehan yang dibuat-buat.

"Engga ko" elak Glen meyakinkan

"Oh oke" Gavin tidak ingin memperpanjang masalah. Karena tanpa Glen berbicara jujur pun,ia sudah tau bahwa Glen berbohong.

"Oh iya vin,nanti malem ada acara engga? Aku mau minta tolong anter ke festival kuliner" ucap Glen bertanya. Ia berharap Gavin mau mengantarnya.

"Duh maaf ya sayang,nanti malem aku udah ada janji kumpul sama temen. Gimana dong?" ucap Gavin sedih,kali ini ia tidak berbohong,karena memang ia sudah memiliki janji. Glen seketika murung. Harapan untuk bisa pergi bersama Gavin pupus begitu saja. Ia menghela napas

"Eh iya,santai aja. Nanti gue minta anter caca deh atau yang lain" ujar Glen memaksakan diri untuk ternyum. Gavin hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tak terasa mereka sudah memasuki gerbang sekolah. Gavin langsung memarkirkan motornya. Mereka berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. Banyak pasang mata yang menatap mereka,ada yang senang melihatnya ada juga yang iri. Dan sampailah Glen dikelasnya,sedangkan Gavin melanjutkan langkahnya menuju kelasnya dilantai dua. Dikelas Glen sudah banyak siswa siswi yang asik dengan kegiatan masing-masing. Glen berjalan kearah bangkunya dengan malas.

"Pagi nata,loh ko lemes begitu?" sapa Caca sekaligus bertanya.

"Pagi,gue lagi badmood. Oh iya nanti malem lo mau nemenin gue ke festival kuliner engga?" Glen bertanya,ia berharap Caca mau. Tapi melihat Caca menggelengkan kepala,mood nya semakin hancur.

"Maaf ya nata,Caca nanti malem ada acara sama bunda. Sekali lagi maaf yah" ucap Caca sedih. Glen hanya mengangguk. Ia menelusupkan kepalanya diantara kedua tangannya yang ia tumpukan diatas meja. Kemudian memejamkan mata. Hal yang terakhir ia liat adalah Akhtar yang menatap kearahnya bingung. Seletah itu kegelapan menelannya.

Kring!! Kring!!

Bel berbunyi sangat keras,Glen yang terkejut langsung menegakkan tubuhnya. Dan mengedarkan pandangannya. Sepi,hanya ada dia,caca,dua laki-laki didepannya yah siapa lagi kalo bukan Akhtar dan Grissam. Dan dua orang lainnya yang sedang melaksanakan piket.

"Hoam...ko sepi sih,pada kemana emang?" tanya Glen sambil mengucek matanya.

"Udah pada pulang" jawab Caca sembari memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

"Hah?! Seriusan lo?!" tanya Glen terkejut sambil melebarkan matanya ke arah Caca.

"Serius lah,lo aja yang tidurnya kaya kebo. Dibangunin engga bisa" kali ini Grissam yang menjawab. Sedangkan Akhtar hanya melirik tanpa minat.

"Massa iya gue tidur selama itu?" monolog Glen tidak percaya.

"Iya nat,lo tidur. Dibangunin susah banget,gue sampe khawatir loh tadi. Akhtar juga" ucap Caca kelewat jujur. Seketika Akhtar menatap tajam kearah Caca. Ia malu.

"Hahaha jujur banget sih baby. Udah ah ayo pulang" ujar Grissam dan menarik tangan Caca keluar kelas. Caca melambai kearah Glen.

"Ca lo harus jelasin hubungan lo sama si tengil itu apa woy!" teriak Glen kencang. Akhtar sampai menutup telinganya dan menatap Glen tajam. Kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju parkiran. Glen keluar dari kelas,ia masih bisa melihat punggung Akhtar.

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang