(20)

3K 194 17
                                    

Hari hari terus berlalu,siang dan malam dinikmati penuh oleh semua makhluk dibumi. Tanpa disadari Glen dan Gavin semakin hari semakin dekat saja. Mereka selalu berangkat sekolah bersama. Bahkan semua siswa siswi disana sudah tau tentang kedekatan mereka. Tidak terasa sudah dua minggu sejak Gavin menyatakan perasaannya kepada Glen. Yang sayangnya itu tidak lebih dari sebuah drama yang sedang ia perankan. Sedangkan Glen? Dia percaya begitu saja dengan ucapan manis Gavin. Selama dua minggu itu pula Sma Graha sakti juga sudah mengadakan penilaian akhir semester. Yang berarti Glen dan kawan-kawan akan naik ke kelas 11. Libur panjang pun akan mereka rasakan.

Disebuah kamar yang didominasi warna hitam,terlihat seorang pemuda tengah bergelung nyaman dibalik selimut tebalnya. Terlihat sangat tenang dalam tidurnya. Sesekali ia membuka matanya karena terusik oleh sinar sang mentari yang menelusup dicelah-celah hordeng kamarnya. Tetapi hal itu tidak cukup kuat untuk membangunkannya. Dia menggerakkan tubuhnya,mencari posisi nyaman,saat ingin kembali memejamkan mata,

Drrtt drrtt

Sebuah panggilan masuk,ia berdecak kesal. Tangannya bergerilya mencari benda pipih yang semakin lama semakin keras suaranya. Dan yah ketemu,tanpa membuka mata ia mengangkat panggilan tersebut.

"Siapa si hoam...Ganggu aja." ucapnya sambil menguap. Sungguh ia masih sangat mengantuk.

"Lah bocah belum bangun lo? Cepet bangun! Lo udah janji ya ke gue kalo hari ini lo bakal kerumah." jawab seseorang dari balik panggilan. Pemuda itu terdiam,ia membuka matanya perlahan. Dan terpampang jelas sebuah nama seseorang di layar hpnya. Ia memandangnya malas.

"Ganggu lo bang. Gue masih ngantuk elah,hoam..." Pemuda itu kembali menguap.

"Gue engga peduli. Lo udah janji,gue tunggu sampe jam 8!" Deklar orang dibalik panggilan tanpa mau dibantah.

Pemuda tersebut melirik kearah nakas,pupilnya membesar saat melihat jam yang menunjukan pukul 07.40 yang artinya ia hanya punya waktu 20 menit untuk bersiap.

"Tapi bang ini tuh—" tut tut panggilan terputus secara sepihak. Ia mendengus kesal. Dengan malas ia bangkit dari tempar tidurnya, kemudian melangkah menuju kamar mandi sambil sesekali menguap. 15 menit akhirnya ia selesai dengan ritual mandi paginya. Ia memakai celana pendek cargo berwarna hitam dengan atasan kaos berwarna senada. Rambut hitam legamnya yang sedikit basar ia biarkan begitu saja. Menambah kesan tampan sekaligus segar. Ia melangkah keluar menuju ruang makan. Ia sedikit terkejut mendapati sang papah sedang berbincang dimeja makan bersama sang mama. Tanpa ragu ia berjalan menghampiri kedua orang tuanya

"Loh kapan papa pulang? Sampai kapan dirumah?" pertanyaan itu meluncur dari mulutnya. Tangannya mengambil dua potong roti tawar dan mengolesi selai diatasnya.

"Kemarin fa,mungkin satu minggu. Soalnya minggu depan harus pergi lagi" jawab Farzan sedikit lesu. Ia harus kembali meninggalkan sang istri dan anaknya karena pekerjaan. Sang anak hanya mengangguk sebagai jawaban. Tangganya masih sibuk mengolesi selai.

"Loh kamu keliatannya buru-buru banget. Mau kemana emang? Kan ini hari minggu" tanya sang mama

"Mau kerumah bunda Elya,ketemu sama bang Az" jawab pemuda tersebut sambil melahap rotinya

"Aukhal belangkat muah pah" ujarnya tidak jelas karena mulutnya penuh makanan. Ia menyalami keduanya. Setelah itu berlalu pergi

"Hati-hati fa. Makan sambil duduk!" ujar Alena sedikit berteriak.

"Iuah nuanti dimotor juga duduk ko" ia berjalan cepat. Kemudian ia melajukan motornya kencang. Sedangkan dilain rumah

"Si sombong mau kesini yah? Oke bakal gue sambut dengan sepenuh hati" ujar Glen menyeringai. Tadi ia sempat mendengar saat sang abang menelfon. Saat ditanya siapa,ia menjawab itu Akhtar. Glen berjalan menuju dapur,ia lapar. Saat sampai dapur ia melihat seroang wanita yang ia perkirakan lebih tua-mungkin satu tahun-dari Elyana. Yang jadi pertanyaan siapa wanita itu?

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang