(19)

3.1K 200 19
                                    

"Akhirnya yang gue tunggu-tunggu kesampean juga" batin Glen berseru senang.

"Rencana gue berhasil" Gavin menyeringai tanpa dilihat Glen

Mereka melepaskan pelukannya. Dan memutuskan untuk pulang,karena hari semakin malam.

~~~~~~~

Setelah mengantar Glen pulang,Gavin menuju apartemennya. Sampai disana ia melihat ada cahaya didalam sana. Ia mengernyit bingung. Seingatnya hanya dia yang tinggal didalam sana tapi mengapa lampu apartemennya menyala? Karena sebelumnya ia mematikan semua lampu sebelum pergi keluar. Tanpa berfikir panjang,ia meraih knop pintu

Ceklek

"Astaga tidak terkunci?!" ujarnya terkejut. Ia segera melenggang masuk dan menutup kembali pintu tersebut. Ia dalam mode waspada,matanya memperhatikan sekitar. Tidak ada yang aneh,semuanya masih sama,pikirnya. Tapi sedetik kemudian pendengarannya menangkap suara seorang gadis. Suara itu sangat familiar ditelinganya. Dan suara itu berasal dari arah dapur. Segera ia melangkah menuju dapur dengan langkah pelan. Semakin dekat,suara itu semakin terdengar jelas. Dan sampai disana,ia melihat siluet seorang gadis yang sedang berdiri membelakanginya menghadap kulkas. Gadis itu terlihat kesal,dengan bibirnya yang terus menggerutu.

"Dasar laki-laki itu! Tidak bisakah ia menyimpan sedikit makanan disini?! Awas nanti kalau dia pulang,akan aku jadikan daging cincang" gerutu gadis tersebut dan berbalik badan. Gavin terkejut tapi tidak dengan gadis yang kini tengah menatapnya datar.

"Oh baby aku sangat merindukanmu" Gavin berlari dan langsung memeluk gadis tersebut. Gadis itu terkekeh,ia pun membalas pelukan Gavin,kekasihnya.

"Kau ini,kita hanya tidak bertemu selama dua hari ingat? Bukan satu tahun" ucap gadis tersebut, setelah melepaskan pelukannya.

"Bagiku dua hari bagaikan dua tahun kau tau?" jawab Gavin cemberut

"Hahaha kau ini masih saja seperti itu. Kita sambung diruang tengah saja,akan kubuatkan minuman untukmu"

"Siap baby" Gavin berjalan meninggalkan dapur,dan duduk didepan televisi. Beberapa menit kemudian,gadisnya menghampirinya dengan secangkir cappuccino ditangganya. Ia meletakkannya dimeja dan duduk disamping Gavin.

"Bagaimana hari-harimu dua hari ini?" tanya Gavin sambil menyeruput minumannya.

"Yah masih sama. Dan trauma itu masih terus menghantuiku" ujar gadis tersebut lesu. Gavin menghela napas,ia meletakkan minumannya kembali keatas meja.

"Tenang baby rencana kita hampir berhasil. Tinggal sedikit lagi permainan akan mencapai puncak. Dan dendammu akan terbalaskan" ucap Gavin sambil mengelus rambut panjang gadisnya.

"Oh ya? Secepat itu?" tanya Gadis itu tidak percaya

"Of course, ternyata dia juga menyukaiku sejak smp. Jadi mudah saja bagiku mendapatkan hatinya. Bukannya kau pernah satu kelas dengganya? Dia tidak pernah memberitaumu tentang hal ini?" tanya Gavin

"Aku memang satu kelas dengannya. Bahkan dia adalah sahabatku sebelum ia menghancurkan keluargaku" geram gadis tersebut. Bahkan kini tangannya sudah mengepal sempurna. Gavin hanya diam mendengarkan.

"Dia menganggapku kaka,begitupun aku yang menganggapnya sebagai adikku sendiri,walau umur kita tidak berbeda jauh. Ia selalu menceritakan semua masalahnya padaku. Tapi untuk masalah ia menyukaimu aku tidak tau sama sekali" ujarnya. Kini emosinya kembali mereda.

"Begitu ternyata. Yasudahlah kita bahas besok saja. Menginap?" tanya Gavin tersenyum,gadis disampingnya ikut tersenyum.

"Oke aku akan menginap malam ini" ucapnya.

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang