(32)

2.2K 201 53
                                    

Di dalam sebuah bus terlihat seorang laki-laki bermantel hitam. Mantel itu memang terlihat biasa saja,tetapi mampu membuat orang disekitarnya bertanya-tanya. Pasalnya didada sebelah kiri mantel itu terdapat sebuah bordiran berbentuk kepala elang kecil dengan benang emas.

Orang-orang disekitarnya mulai berbisik,tetapi pemuda itu tidak menghiraukannya. Wajah tampannya nampak fokus dengan buku ditangannya. Ada apa dengan mantel ini,kenapa orang-orang menatapku curiga seperti itu! Kesalnya. Lama-kelamaan ia mulai terusik dengan pembicaraan mereka. Ia pun memasang earphone dikedua telinganya. Beberapa menit berlalu,akhirnya bus itu berhenti disebuah halte.

Saat kakinya melangkah keluar,hiruk pikuk kota menyambutnya. Banyak sekali orang berlalu lalang kesana kemari. Tidak heran,mengingat wilayah ini adalah wilayah metropolitan terpadat didunia.

Pemuda itu membayar tip,dan berdiri menelisik pemandangan didepannya. Kebisingan kota,aroma makanan dari kedai yang menggoda,dan alunan musik yang menyenangkan. Ah,rasanya sudah lama sekali ia tidak menginjakan kakinya di negara ini.

Dari tempatnya berdiri,ia bisa melihat sebuah patung besar yang menjadi sejarah. Sebuah patung yang mengambarkan seseorang tengah memegang obor. Patung yang merupakan suatu simbol selamat datang untuk pengunjung, imigran dan penduduk asli yang kembali.
Patung Liberty namanya. Patung yang hanya bisa dilihat jika kita berkunjung ke negeri paman sam ini.

Manhattan,New york,Amerika serikat. Tempat yang terkenal dengan gedung pencakar langit,bisnis,dan museumnya. Tempat dimana ia dibesarkan dulu. Tempat yang memberinya kenyamanan yang selalu ia rindukan. Sudah empat hari lamanya ia singgah di negara ini,tapi baru hari ini ia berkelana keluar. Tanpa ia sadari,sebuah senyuman merekah dibibirnya. Matanya memancarkan kegembiraan,rasanya ia sudah tidak sabar untuk berkeliling dan memanjakan lidahnya dengan makanan-makanan khas kesukaannya.

Pandangannya kini tertuju pada sebuah kedai terkenal di ujung jalan. Matanya berbinar menatap bangungan tersebut. Tanpa berfikir panjang,ia mempererat mantelnya dan melangkah penuh semangat mengahampiri tempat itu.

Kakinya berhenti melangkah tepat di depan pintu masuk kedai. Matanya mendongak. "Hartz's Delicattesen." Gumamnya pelan. Senyuman kembali merekah diwajah tampannya.

Hartz's Delicattesen adalah sebuah kedai yang cukup terkenal di Manhattan. Pastrami yang sangat lezat dijual di sini. Itulah alasan mengapa kedai ini selalu ramai pengunjung. Dan pemuda itu adalah pengunjung tetap sebelum ia pindah ke Indonesia. Perlahan pemuda itu membuka pintu kedai. Matanya memperhatikan sekitar,hanya ada beberapa pengunjung dan terlihat para pegawai sedang membereskan tempat itu. Ah rupanya tempat ini baru buka. Saat matanya menatap meja kasir,ia menemukan seorang wanita tua yang terlihat masih cantik diusianya yang sudah puluhan tahun itu. Tanpa ragu ia berjalan mendekat.

"Satu pastrami yang enak. Dan aku tidak mau menunggu lama." ucapnya,wanita tua itu menoleh dan terlihat terkejut. Matanya memicing dari balik kaca mata berlensa tipis yang ia kenakan. "Akhtar ma'am." Lanjut pemuda itu tersenyum ramah.

"Oh may God! Amadeo's grandson. Long time no see. How are you? When did you get here?" ucap wanita itu menggebu-gebu. Pemuda itu terkekeh mendengar ucapan beruntun itu.

"Aku baik ma'am. Sejak empat hari yang lalu mungkin." Jawabnya sedikit ragu.

"Apa?! Empat hari yang lalu?! Dan kau baru menemuiku sekarang? Kurang ngajar!" Omelnya sambil memukuli pemuda itu. Wanita itu memang bisa berbahasa Indonesia.

"Aduh aduh stop ma'am! Kau orang pertama yang aku temui di sini. Bahkan aku belum bertemu dengan grandpa and granma." Wanita itu menghentikan aksinya,ia terlihat tersipu mendengar ucapan Akhtar.

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang