Ekstra Chapter.

2.6K 158 18
                                    

Pagi yang cerah dengan harapan baru yang merekah. Seiring dengan embun pagi yang mengelayut diujung dedaunan. Semburat warna jingga, terlihat membias awan. Silir-silir angin sejuk menjadi pelengkap dipagi yang indah ini.

Tampak seorang pemuda tampan tengah berjalan di halaman sebuah rumah megah. Menghampiri seorang wanita yang tengah membersihkan taman kecil disisi halaman.

"Bi, Glen nya ada?" Wanita itu menoleh dan terkejut.

"Loh, Aden kan mantannya non Glen yang waktu itu bibi semprot pake selang, Ngapain ke sini lagi hah?!" Wanita bernama Sri itu membuang sapunya dan berkacak pinggang menatap bengis pemuda di depannya.

Akhtar meringis, rupanya insiden satu tahun lalu itu belum jelas juga. "Bibi salah paham, saya buka-"

"Eh Akhtar, kapan sampai?" Terlihat Elyana keluar dari dalam rumah membawa beberapa majalah dan secangkir kopi. Akhtar tersenyum dan menghampirinya.

"Belum lama ko bun," Sautnya menyalami wanita itu.

"Terus kenapa engga masuk?" Akhtar melirik bi Sri sedangkan yang dilirik langsung melanjutkan kegiatannya, pura-pura tidak tau.

Akhtar mendengus kesal. "Engga papa, Glennya ada bun?"

"Ada di kamar Tar, masuk aja." Ujar Elyana lembut. Kini wanita itu sudah duduk di kursi teras dan mulai membuka majalahnya. Akhtar mengangguk dan berlalu masuk menuju kamar Glen.

Akhtar berjalan cepat menaiki tangga dengan percaya diri. Memang, pemuda itu sudah sering kemari. Entah itu untuk menemui 'gadisnya' atau menemani Azfer bermain game. Alhasil dia sudah cukup paham bagian-bagian rumah keluarga Hollander ini.

Saat kakinya sudah sampai di depan sebuah pintu berwarna coklat gelap, matanya mendapati sebuah tulisan. Bertamu itu yang sopan, ketuk dan ucapkan salam sebelum masuk. Ingat, dahulukan kaki kanan.

Mata Akhtar mengerjap beberapa kali, sebelum melakukan perintah itu dengan patuh. "Ketuk pintunya..." Tok tok tok.

"Ucap salam..., Assalamualaikum," Tanpa Akhtar sadari, tangannya membuka knop pintu. "Dahulukan kaki kanan..." Akhtar menunduk dan melangkahkan kaki kanannya.

"Lah?! Kenapa gue jadi dongo gini sih? Mau-maunya ngikutin arahan tuh tulisan!" Gerutunya saat menyadari apa yang ia lakukan. Akhtar mendongak dan pandangannya jatuh pada gulungan selimut di atas tempat tidur. Itu pasti gadisnya yang mesum dan pemalas, pasti!

Akhtar berjalan mendekat, dan terpampanglah jelas setengah punggung Glen yang membelakanginya. Volume kasur menurun saat Akhtar naik ke atasnya.

"Lo emang selalu cantik, gue suka." Gumamnya mengusap pelan pipi Glen. Tubuh Glen menggeliat, reflek Akhtar menjauhkan tangannya. Kini posisi Glen menghadap kearahnya, tetapi gadis itu tidak menunjukan tanda-tanda ia akan bangun. Akhtar melanjutkan aktivitasnya, membelai lembut pipi Glen dan memperhatikan setiap inci wajah gadis itu.

Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman yang menawan. Dulu, ia tidak bisa melakukan ini, gadis itu terlalu jauh untuk di gapai. Tetapi sekarang, Glen sudah menjadi miliknya. Ya walaupun belum sepenuhnya.

"Iya gue tau gue cantik, tapi engga usah senyum-senyum gitu kali, jadi pengin lumat tuh bibir." Gumam Glen dengan mata terpejam. Akhtar yang terkejut langsung bangkit dari posisinya.

"Apasih lo! Muka kaya bebek begitu, mana ada cantik!" Elaknya gugup. Glen terkekeh ditempatnya. Gadis itu kembali mencari posisi nyaman dan menarik selimut tebalnya. Akhtar yang melihat itu pun menjadi geram.

"Udah siang cesum, ayo bangun. Lo jadi cewe kebo banget sih!" Ucapnya sambil menyibak selimut tebal di depannya.

"Apasih sih sayang...," Gadis cantik itu kembali meraih selimutnya. "cerewet banget deh."

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang