(3) Awal dari Akhir.

16.2K 370 0
                                    

"Gara-gara lo! Gue jadi ikutan dihukum!"

"Banyak bacot lo! Gue aja dihukum santai-santai aja tuh."

Suara dua remaja terdengar menggema di lorong jalan menuju perpustakaan sekolah. Tidak ada siswa siswi lain yang berlalu lalang karena saat ini kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

Sesampainya di perpustakaan, mereka langsung menghampiri seorang guru yang saat itu sedang bertugas di sana. "Pagi Butet." sapa salah satunya.

"Pagi Glen! Wah, dapat hadiah dari Pak Iwan lagi yah?" sahut wanita bernama Bu Teti.

"Biasa Bu, Pak Iwan tuh kalau enggak ngehukum saya, serasa garam tanpa sayur." ucap Glen terkekeh membayangkan wajah kesal sang guru.

"Hahaha, bisa saja kamu. Loh ini siapa Glen?" Pandangan Teti kini beralih menatap pemuda di samping Glen.

"Saya Akhtar Bu, murid baru." sahut Akhtar tersenyum.

"Selamat bergabung di sekolah ini yah. Kamu juga di hukum?" tanya bu Teti bingung.

"Dia kan pacar saya Bu, susah senang kita bersama. Jadi saya di hukum ya dia juga dihukum." sahut Glen tersenyum manis.

"Enggak Bu!" Bantah akhtar menatap Glen tajam.

"Enggak boleh bohong Beb!"

"Diem lo gadis gila!"

"Kalian ini, ada-ada saja. Cepat sana kerjakan hukuman kalian." tutur Teti sembari menggeleng pelan.

Akhirnya dengan rasa kesal yang luar biasa, Akhtar mengambil salah satu alat pembersih debu dan mulai membersihkan buku yang ada di sana. Disusul oleh Glen yang mengambil sebuah sapu.

"Lo anak dari keluarga Giessen?" tanya Glen yang kini berada si sudut ruangan. Sedangkan Akhtar berada tidak jauh dari nya.

Seperti tidak mendengar, Akhtar bergeser menjauhi Glen. "hih ko lo diem aja sih? Denger gue ngomong kan?" Satu dua menit, tetap tidak ada sahutan dari pemuda itu. Karena merasa geram diabaikan, Glen pun mengambil salah satu buku yang cukup tebal dan melemparnya.

Bugh! Bukannya tepat sasaran, buku itu terlempar mengenai rak buku yang ada di belakang Akhtar. Membuat beberapa buku terjatuh bahkan rusak karena rapuh termakan waktu. Melihat hal itu Akhtar tersenyum sinis. "Payah." ejeknya.

Mendengar itu, rasa kesal Glen semakin membuncah. Dengan membabi buta ia terus melemparkan buku ke arah Akhtar sambil memakinya. Tetapi bukan Akhtar namanya jika ia tidak bisa menghindari semua persegi-persegi tersebut. "Sudah lah nyerah aja, nanti tangan lo patah kan gue yang repot." ujar Akhtar ponggah.

"Gue enggak akan nyerah!" seru Glen dengan napas memburu. Bahkan kini wajahnya terlihat memerah karena lelah.

"Gue bukannya sombong, tapi lo itu pay--" Bugh! Karena lengah, satu buku berhasil menumbuk wajah Akhtar.

"Percayalah kawan orang sombong akan selalu tumbang! Hahaha!" ucap Glen tertawa keras. Akhirnya walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama, usahanya pun berhasil. Lihat lah wajah masam pemuda itu, sungguh menyenangkan.

"Terima ini cewe mesum!" Akhtar berlari kencang ke arah Glen dan langsung menggelitikinya.

"Eh eh apa-apaan nih! Hahaha berhenti enggak lo hahaha dasar setan! Berhenti!" Glen terus tertawa. Tubuhnya menggeliat kegelian, tanggannya bergerak brutal mencoba menghalau tangan Akhtar.

"Gue enggak akan berhenti sebelum lo minta maaf!"

"Ogah! Gue enggak akan minta maaf ke lo!" Glen menatap Akhtar bengis.

Mendengar itu Akhtar semakin gencar melancarkan aksinya. Tawa  Glen semakin keras, wajahnya memerah, titik-titik keringat mulai muncul di pelipisnya. Matanya pun mulai berair, napasnya perlahan memburu. Karena sudah tidak tahan, Glen pun berteriak meminta ampun.

"Stop! Gue enggak tahan. Iya oke gue minta maaf tapi tolong Stop! Hahaha...." Akhirnya dengan tidak rela Akhtar pun berhenti.

Ia menatap puas Glen yang kini terkapar lemas. "Kalah juga kan lo." ucapnya meremehkan kemudian berbalik dan berjalan menjauh.

Glen berusaha mengatur deru napasnya. Setelah tenang, ia langsung berdiri. Tangannya meraih sebuah buku lalu mengangkatnya tinggi-tinggi, dan wush! Buku itu melesat kencang ke arah Akhtar.

Tetapi siapa sangka pemuda itu dengan cepat memiringkan tubuhnya dan bugh! Seketika suasana menjadi suram saat buku itu mengenai seseorang di belakang Akhtar. Wajah Glen berubah pias. Sedangkan Akhtar bersorak sorai dalam diam.

"Benar-benar yah kalian ini," Garis wajah lelaki berseragam guru itu mengeras. "LARI KELILING LAPANGAN SEPULUH KALI CEPAT!" teriak pak Iwan lantang sampai Akhtar yang dekat dengannya reflek  menutup telinga.

"Tap-tapi saya enggak sengaja Pak!" elak Glen mencoba membela diri.

"Tidak ada tapi-tapian, cepat lakukan Glenata!"

"Mampus lo hahaha...." olok Akhtar.

"Kamu juga Akhtar!"

"Mampus! mampus! mampus! Hahaha!" Glen tertawa iblis.

"Loh ko saya juga sih Pak?"

"Tidak usah membantah cepat!" Buru-buru keduanya berlari menuju lapangan dengan terpaksa.

"Ayo cepat selesaikan! Hai Glen! Saya suruh kamu lari, bukan jalan!" Teriak pak Iwan yang kini berdiri di pinggir lapangan.

"Banyak bacot tuh guru! Coba aja ada peraturan, guru dilarang menghukum murid, beh! Nikmat kayanya." gumam Glen sambil mempercepat larinya menyusul Akhtar. Setelah sepuluh putaran, mereka mendekati pak Iwan yang barusan melambai agar menghampirinya.

"Kalian ini! Saya suruh membersihkan perpustakaan, bukan merusak di sana! Untuk kamu Glen, saya sudah biasa dengan ulahmu. Tetapi kamu Akhtar? Kamu murid baru, harusnya beri kesan yang baik dihadapan guru!"

"Prrtfff...." Glen menahan tawanya. Akhtar dan pak Iwan melirik sadis ke arah Glen dan hanya dibalas cengiran oleh sang gadis.

"Bapak tidak mau tahu, kalian harus ganti semua buku yang kalian rusak. Besok pagi harus sudah ada laporan dari Bu Teti kalau kalian sudah mengganti semuanya."

"Lah Pak! Buku-buku tadi tuh buku lama, tau deh masih ada enggak di toko." keluh Glen.

"Itu urusan kalian! Pokoknya kalian harus mengganti dengan buku yang sama. Sudah sana, kembali ke kelas!" ucap pak Iwan sebelum ia berlalu pergi.

"Ini semua gara-gara lo!" Karena gemas Akhtar mendorong kepala Glen menggunakan telunjuknya dengan cukup keras kemudian berjalan ke arah kelas diikuti Glen yang misuh-misuh di belakangnya.

Tehdy-
1 Juni 2020.

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang