(2) Murid Baru.

23K 456 9
                                    

"Dasar cewe mesum, cewe gila, apes banget gue pagi-pagi ketemu sama cewe model begitu!" gerutu seorang laki-laki.

Akhtar Reyfefa Giessen. Kerap dipanggil Akhtar. Seorang anak pengusaha kaya raya di New york. Anak dari pasangan Farzan Giessen dan Alena Giessen ini, mempunyai paras yang rupawan. Tinggi semampai, rambut hitam legam bak langit malam, hidung tinggi terpahat rapi, alis tebal menukik tajam, di tambah dengan iris coklat madunya yang menawan. Membuat hampir setiap wanita yang melihatnya memekik terpikat.

Akhtar ini keturunan Indonesia-Amerika, dimana sang ayah yang merupakan warga asli dari Manhattan, dan sang ibu dari Indonesia. Sudah belasan tahun mereka tinggal di negeri Paman Sam sana, tetapi pekerjaan yang mengharuskan Farzan ke Indonesia dalam waktu yang cukup lama, membuat mereka memutuskan untuk tinggal kembali di negeri sang istri. Sejujurnya Akhtar sudah nyaman tinggal di sana, tetapi melihat sang mama yang sepertinya tak mau berjauhan dengannya, membuat Akhtar terpaksa mengikuti mereka pindah.

Karena merasa lelah, ia mengambil duduk di sebuah bangku taman yang ada di sana. Walau tubuhnya menunjukan gestur malas, hal itu tidak membuat siswa siswi yang ada di sana bosan melirik ke arahnya. Bentuk wajah serta manik mata yang tidak biasa, membuatnya terlihat sempurna.

Saat ada seorang pemuda berambut ikal, berwajah tengil berjalan tidak jauh darinya, ia segera bangkit dan menahannya. "Bro, tunggu sebentar," pemuda itu pun berhenti dan menatapnya lekat. "em...gue mau tanya, ruang kepala sekolah dimana yah?" Lanjutnya sedikit kikuk.

Bukannya menyahuti, pemuda itu malah memutari tubuh Akhtar dan memperhatikannya dengan penuh selidik. "Lo anak baru?" Tanyanya. Akhtar yang merasa bingung hanya mengangguk menanggapi. "Rumah lo dimana?" Seketika dahi Akhtar berkerut, untuk apa menanyakan rumah?

Tidak mau mencari masalah, ia pun menjawab. "Perumahan Delima nomer 9." Raut wajah pemuda di hadapannya langsung berubah berseri, senyum lebar yang menyebalkan tersungging di bibirnya, membuat perasaan Akhtar seketika menjadi tidak enak.

"Ruang kepala sekolah kan? Ayo ikut gue." Tangan Akhtar langsung di seret pergi begitu saja. Setelah melewati beberapa ruangan, mereka berhenti disebuah pintu besar berwarna coklat. "Ini ruangannya. Nama gue Grissam, rumah kita satu komplek. Nanti gue nebeng yah ganteng, bye." katanya cepat.

Akhtar mengerjap pelan, "Baru kenal langsung nebeng? Bodoamat deh, itung-itung ucapan terimakasih gue."

Setelah urusannya dengan kepala sekolah selesai, kini ia tengah berjalan menuju kelasnya di lantai dua. Mengedarkan pandangan, ia melihat papan kelas bertuliskan 10 Mipa 2. Dan tidak jauh dari sana, ada seorang guru yang terlihat ingin memasuki ruang kelas tersebut. Buru-buru Akhtar mendekatinya.

"Permisi Pak, sa--"

"Kamu anak baru ya? Ayo masuk. Saya wali kelas kamu."

Suasana kelas yang tadinya riuh, seketika menjadi hening. Fokus semua anak jatuh pada pemuda yang berdiri di samping wali kelas mereka, kecuali seorang gadis yang duduk di kursi paling belakang. Sedangkan Akhtar hanya menampilkan wajah datar.

"Pagi anak-anak...."

"Pagi Pak." Lagi-lagi gadis tadi hanya diam. Dan itu cukup mencuri perhatian Akhtar.

"Hari ini kita kedatangan teman baru, coba perkenalkan dirimu nak."

"Hm? Ah yah, Akhtar Reyfefa Giessen, pindahan dari New York." ujarnya tersenyum kecil.

"New york itu dimana ya anak-anak?" Akhtar menoleh cepat ke samping. Memandang sang guru tak percaya, pertanyaan macam apa itu?

"LAOS PAK!" Celetukan keras dari kursi belakang mengundang tawa semua orang. Akhtar yang merasa familiar dengan suara itu pun hanya diam dan mencoba mengingat.

"Pinter loh Glen pinter hahaha...."

"Glen! Bapak serius!"

"Lah lagian Bapak, kaya anak TK aja nanyanya begitu. Kita semua tahu kali Pak, kalau New York itu ada di Amerika Serikat." sahut sang gadis tanpa mengalihkan pandangannya dari bawah. Akhtar semakin berfikir keras, suara milik siapa itu?

"Kamu ini sedang apa Glen?! Bapak di depan bukan di bawah!"

"Nonton plus-plus Pak!" sahut Glen tanpa rasa malu. Lagi-lagi ucapannya membuat semua orang tertawa. Berbeda dengan Akhtar yang kini mulai merasa gelisah. Gadis itu tengil, mesum, seperti....

"Sudahlah berdebat dengan kamu tidak akan ada ujungnya! Pulang sekolah bersihkan perpustakaan! Dan Akhtar, sekarang kamu boleh duduk di kursi kosong depan Glen. Glen angkat tangan."

"Saya Pak!" sahutnya sembari mendongak. Dan saat itu juga iris hitam legamnya bersitatap dengan iris madu milik Akhtar. Kerlingan mata pun tidak terlewatkan. Membuat Akhtar bergidik ngeri di tempatnya. Pantas saja suara itu tidak asing baginya, ternyata milik gadis gila yang sebelumnya telah melecehkannya. Mengapa? Mengapa harus satu kelas?! Sialan! Batinnya menjerit.

"Pak apa saya tidak bisa duduk di depan saja? Di belakang ada setan mesum yang suka colak-colek. Saya tidak akan bisa fokus Pak." ujar Akhtar melirik Glen sinis.

"Siapa yang ka--"

"Kamu jahat!" Semua orang terkejut mendengar Glen yang tiba-tiba berteriak dan menatap Akhtar sendu. "kamu sebut aku setan? Aku kan pacar kamu Beb!" Seketika rahang Akhtar terjun bebas. Apa katanya? Pacar? Gadis gemblung!

"Dia bohong Pak! Kenal aja enggak. Jangan ngaco lo!"

"Sekarang kamu enggak anggap aku? Kamu jahat Beb, jahat!" ujar Glen histeris, bahkan kini matanya mulai berkaca-kaca. Membuat semua orang menatap Akhtar garang.

"Ada apa ini sebenarnya?!" Pak Iwan yang sedari tadi terdiam, kini mulai berbicara. Sebagai wali kelas yang baik, ia bertanggung jawab penuh kepada semua siswa siswinya terutama yang ada di kelas ini. Melihat Glen yang biasanya begajulan kini terlihat hampir menangis, membuatnya merasa bersalah. Dan ia harus segera menyelesaikan semuanya.

"Akhtar ini pacar saya Pak. Bapak bisa dong bayangin bagaimana rasanya tidak di anggap. Sakit pak!" ujar Glen merana. Iris mata Akhtar membola, rasanya ia ingin sekali mencekik Glen saat ini juga.

"Bukan Pak! Sa--" Brak! Semua orang terlonjak kaget ketika pintu di samping Akhtar di dorong dengan sangat keras.

"Ups! maaf," Melihat Grissam yang datang dengan keadaan baju dan celana basah dibeberapa bagian, membuat kepala pak Iwan seketika pening. Ada apa lagi ini?

"Eh ada Pak Iwan, hehe hai Pak! Dan ada si ganteng murid baru juga ternyata." Lanjutnya pringas-pringis.

"Dari mana saja kamu Grissam?!" seru pak Iwan.

"Habis setor ke WC Pak." sahutnya tersenyum lebar.

"Kenapa tidak setor di rumah saja!"

"WC rumah saya mampet Pak."

"Prttff...." Glen yang sedang ber-akting sedih pun hampir saja tertawa.

"Lihat Pak! Dia itu cuma sandiwara!" teriak Akhtar yang melihatnya.

"Eng--"

"Sudah sudah! Grissam, keringkan bajumu di luar. Dan kalian berdua bersihkan perpustakaan sekarang juga." ujar pak Iwan kemudian berlalu keluar. Mendengar ucapan sang guru, Glen tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya ia punya teman hukuman. Hahaha!

Tehdy-
30 April 2020.

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang