Delapan Belas

141 30 9
                                    

Zakia's pov
05:00 WIB

"Ayo semuanya berkumpul!" suara Papa membuat semua orang berkumpul di halaman.

Seperti rencana yang sudah dirancang para orang tua, kami semua akan pergi berlibur dengan mendaki. Karena sebagian besar dari kami adalah pemula, gunung yang dipilih adalah Kelud. Aku masuk dalam daftar pendaki pemula, walau sebenarnya kemarin saat penerimaan anggota baru klub pecinta alam mereka membawaku mendaki di jalur pendakian Gunung Bromo.

Rombongan camping ini terdiri dari 4 keluarga, yaitu keluargaku, keluarga Om Umin, keluarga Om Sahal dan keluarga Baba yang ketambahan 2 personil. Para orangtua bilang ini adalah kali pertama mereka pergi membawa anak buah, biasanya hanya Om Umin, Papa, dan Om Sahal pergi sendiri saat memiliki waktu luang.

Papa bilang tidak ada masalah mendaki di usia tua, justu menambah kekuatan. Aku sendiri tidak paham kekuatan macam apa yang Papa dapatkan dengan rutin mendaki, karena Papa masih saja tidak kuat mengangkat sofa di ruang tengah sendirian.

"Sebelum kita mulai acara hari ini, mari berdo'a. Silahkan Ustadz Umin memimpin do'a." Om Umin memukul bahu Papa dan menatapnya kesal.

Sejujurnya aku terkejut melihat penampilannya hari ini. Om Umin yang biasanya memakai sarung dan baju koko yang lengkap dengan peci di kepalanya berubah total dengan menggunakan pakaian mendaki lengkap dari kepala hingga kaki, begitu juga dengan Umma yang tampak keren dengan pakaian mendakinya.

Kami menunduk dan mengaminkan setiap do'a yang diucapkan Om Umin, walau aku tidak tahu do'a apa yang Om kesayanganku itu panjatkan. Yang pasti do'a yang terbaik untuk kita semua.

"Aamiin."

"Ini akan sangat menyenangkan!" Satria dan Salman tampak bersemangat, kedua manusia ini memiliki kesenangan yang sama denganku, yaitu berhubungan dengan alam.

Mereka berdua yang paling antusias saat aku menceritakan tentang pengalamanku mendaki gunung Bromo beberapa bulan lalu, mereka juga yang merengek pada Papa agar diadakan acara mendaki gunung untuk mengisi liburan sekolah. Tidak lama, hanya 3 hari dua malam.

Aku mengeluarkan ponsel dari sakuku dan mengetikkan pesan pada Hawai, walaupun aku tahu ia tidak akan membalas pesanku karena berada di dalam pesawat.

Hawai

Aku berangkat sekarang

Ting

Aku terkejut mendengar notifikasi dari Hawai. Bagaimana bisa dia membalas pesanku?

Ah, aku lupa. Wai adalah keluarga Sultan, pasti pesawat yang ditumpanginya memiliki fasilitas mewah seperti wifi.

Hawai
Have fun!

Jika nanti aku
tidak membalas pesanmu
artinya tidak ada sinyal

Ok

"Mbak, ayo masuk cepat!" aku terkejut melihat semua orang sudah berada di dalam mobil.

"Mbak Yaya ayo!" Musa menggandeng tanganku, ia menarik agar masuk mobil dengan cepat.

Bocah 7 tahun itu tersenyum lebar ke arah Kyky yang sudah menyambutnya dengan senyuman lebar. Tidak salah lagi, mereka pasti main game bersama. Aku masuk mobil dan duduk di sebelah Mirza yang sibuk mengunyah wafer coklat.

"Kau ini, belum apa-apa sudah makan." Aku mencomot wafernya.

"Masalah? Mama yang menyiapkan makanan untukku diam saja, kenapa Mbak yang repot."

DispenserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang