Zakia’s pov
10:00 WIBHari terakhir liburan ku isi dengan rebahan cantik di dalam kamar. Aku tidak memiliki kegiatan apapun dan tidak ingin melakukan apapun. Rasanya sangat malas melakukan sesuatu dan aku tidak mempunyai daya dan upaya melakukannya.
Sebenarnya sejak tadi kedua sahabatku, Balqis dan Hafizah mengajakku pergi ke Air Terjun Sedudo di Nganjuk tapi aku menolak. Alasannya sederhana, Balqis pergi dengan Naufal dan Hafizah pergi dengan teman satu kelas kami bernama Burhan, lalu aku pergi dengan siapa?
Aku memang tidak mengatakan pada mereka alasannya, namun seharusnya mereka mengerti itu. Awalnya mereka terus saja memaksaku, namun entah kenapa tiba-tiba mereka memahaminya.
Mereka memintaku di rumah saja dan tidak melakukan kegiatan apapun di rumah. Ya tanpa mereka minta pun aku akan melakukannya. Memang inilah yang ku mau, anggap saja sebagai persiapan masuk sekolah besok.
Tok
Tok
Tok
“Masuk.” Jawabku malas, aku bahkan tidak mengalihkan pandanganku dari ponselku yang menunjukkan roomchatku dengan Wai. Pesanku masih centang satu, entah apa yang dilakukan manusia itu sekarang.
“Mbak tidak jadi pergi dengan Balqis dan Hafizah??” Aku mendongak, Mama berjalan ke arahku dengan senyuman lebar. Tunggu, kenapa Mama tampak rapi? Mama mau pergi?
“Tidak jadi, Ma. Mbak malas.”
“Mau pergi dengan Mama dan Papa? Kami akan pergi ke bioskop, ada film bagus.” Aku menatap Papa yang sudah rapi di depan pintu kamarku.
“Kyky dan Mirza ikut?”
“Tidak, mereka sibuk main PS sekarang.” Aku memandang keduanya, tidak baik kan ya mengganggu kencan mereka?
“Tidak, Ma, Pa. Mbak di rumah saja dengan Kyky dan Mirza.”
“Yakin? Oma dan Opa baru pulang sore nanti, hlo.” Aku mengangguk yakin. Oma dan Opa pergi ke Taman Safari dengan Umma dan Om Umin sejak kemarin lusa.
Sebenarnya mereka juga mengajak kami, tapi kami tidak ikut karena tepat di hari itu Papa sudah berjanji membawa kami ke waterpark. Tentu saja kami sekeluarga lebih memilih ke waterpark.
(Btw, Author kangen berenang. Sejak musim corona sampek sekarang belum pernah renang.)
“Ya sudah. Papa dan Mama pergi dulu ya Mbak, titip adek adek.” Papa mengecup keningku.
“Ya, Pa. Beres. Serahkan saja semuanya pada Mbak Yaya.”
“Jika tidak sanggup, ungsikan saja mereka ke Pondok Om Umin. Biar mereka di rukyah Abi Lukman.” Aku tertawa mendengar ucapan Mama.
“Siap Ma, tenang saja.” Aku dan Mama melakukan high five, Papa hanya menggeleng melihat kami.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam. Selamat berkencan!” Mereka berdua tertawa, Papa merangkul Mama sebelum meninggalkan kamarku. Yeu, malah pamer kemesraan di depan putri satu-satunya mereka yang masih jomblo.
Ah, sedih sekali diriku ini. Bahkan di hari ulangtahunku, seseorang yang special bagiku tidak ada bersamaku dan yang lebih menyedihkan lagi dia tidak mengucapkan di hari itu dan tidak membahas hal yang berkaitan dengan ulang ulangtahunku.
Karenanya aku meragukan perkataan Naufal dan yang lainnya, benarkah Hawai yang merencanakan semuanya?
Tidak.
Mereka pasti mengatakan itu untuk menghiburku saja. Eh, apa jangan-jangan tentang hubungan persaudaraan antara Hawai dan Mbak Bia juga hanya hiburan saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dispenser
Humor"Bagaimana bisa kalian berkencan? Sifat kalian sangat berbeda, Wai sangat dingin dan Kia hangat. Seperti dispenser saja." Dua manusia dengan latar belakang keluarga berbeda, begitu juga sifat mereka. Diperankan oleh Xafier Hawai Malvino dari 'Secon...