Zakia’s pov
16:30 WIB
Aku hanya menatap adik-adikku yang asyik bercanda dan bercerita di salah satu tenda tanpa ada niatan bergabung dengan mereka. Bukannya tidak menikmati liburan kali ini, hanya saja aku merasa ada yang kurang. Ya, saling bertukar kabar dengan Hawai adalah kegiatan baruku.
Sejak tadi pikiranku dipenuhi dengannya, bagaimana liburannya? Apakah dia sudah sampai? Dan apakah dia menikmati liburan bersama keluarga besarnya?
Jujur ku katakan, aku merindukan Hawai. Aku masih ingat tanda-tanda jatuh cinta yang dikatakan Salman beberapa minggu lalu. Sekarang aku membuktikan bagian ketiga dan artinya aku benar-benar jatuh cinta pada Hawai.
“Mbak tidak bergabung dengan yang lain?” aku menatap Papa yang duduk di sampingku. Aku tersenyum ke arahnya dan menggeleng.
“Kenapa? Papa perhatikan Mbak tidak bersemangat sejak tadi. Ada masalah?”“Tidak ada, Pa.” Papa tersenyum, tangannya melingkar di bahuku.
“Jika ada sesuatu yang membuat Mbak tidak nyaman, Mbak bisa cerita ke Papa.” Aku menatap Papa yang menatapku penuh kelembutan seperti biasa.
Bagaimana jika aku menceritakan yang ku rasakan pada Papa?
“Hmm Pa. Sebenarnya Mbak-”
“Ya?” Papa mengubah duduknya tepat di hadapanku, wajahnya berubah serius sekarang.
Aku menggigit bibir bawahku. “Mbak sedang menunggu kabar seseorang.”
“Biar Papa tebak, pasti kabar dari temanmu yang datang ke rumah itu kan? Hawai?” Aku mengangguk.
“Tapi disini tidak ada sinyal, Pa.”
Tangan Papa terulur mengelus rambutku, “Jadi itu masalahnya. Mbak harus bersabar sedikit lagi. Besok lusa setelah kita turun gunung Mbak bisa berkirim pesan padanya sesuka hati, tapi sekarang lebih baik Mbak menikmati pengalaman kita dua hari ke depan.” Aku menatap Papa.
“Mumpung kita disini, kita nikmati semua yang ada. Ingat tidak setiap hari kita bisa kemari.”
Papa benar. Aku tersenyum dan memeluk Papa yang langsung membalas pelukanku. “Sekarang Mbak bergabung dengan yang lain, atau mau membantu Mama menyiapkan malam malam?”
“Hmm, Mbak mau berkumpul dengan yang lain. Sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang seru.” Papa tertawa mendengar jawabanku, ia mengelus rambutku lalu berdiri dan pindah tenda ke tempat bapak-bapak berkumpul.
Aku menunduk menatap ponsel di tanganku, baiklah lupakan tentang ponsel saat ini. Aku melemparkannya ke dalam tenda dan bergabung dengan yang lainnya.
“Sudah tidak galau lagi, Nona?” aku tersenyum kecut pada Mirza yang menyodorkan popcorn padaku.
“Aku tidak pernah galau, bocah.”
“Ya, ya. Anggap saja kita semua percaya padanya.” Aku menatap Salman dengan tatapan laser, bukannya takut dia dan Satria malah tertawa. mereka juga menggodaku mengenai Hawai.
Ini semua karena Buna!
Ah sudahlah, memikirkan itu akan membuatku galau lagi. Aku menatap Mirza yang asyik memakan popcornnya. Sepertinya menggoda si bungsu akan menarik, lumayanlan mendapat hiburan.
“Berhentilah makan, Mirza.” Aku merebut popcorn yang isinya tinggal setengah dan memakannya. Merenung beberapa jam membuatku lapar ternyata.
“Jangan ambil makananku! Minta saja jatahmu pada Mama!” Aku menyembunyikan popcornnya dan menampik tangannya yang berusaha merebut kembali makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dispenser
Humor"Bagaimana bisa kalian berkencan? Sifat kalian sangat berbeda, Wai sangat dingin dan Kia hangat. Seperti dispenser saja." Dua manusia dengan latar belakang keluarga berbeda, begitu juga sifat mereka. Diperankan oleh Xafier Hawai Malvino dari 'Secon...