Dua Puluh Tiga

147 31 21
                                    

Hawai’s pov
-Diamond Head, Honululu, Hawai-
15:00 HST

Cekrek

Aku menatap layar kamera yang menunjukkan hasil potretanku. “Bagaimana hasilnya? Bagus tidak?” aku memperlihatkan hasil potretanku pada dua saudara kembarku.

“Wah bagus sekali, thank you Wai. Bira, ayo kita kesana! Lihatlah pemandangan darisini sangat indah!”  Bia menggandeng tangan kakak kembarnya, mereka berlari meninggalkanku dan menemukan spot untuk berfoto. Kali ini mereka berfoto dengan Canada dan Papa.

Aku mengambil ponsel dari sakuku saat merasakan getaran, ternyata ada sebuah pesan yang dikirimkan Adam. Senyumku mengembang saat melihat foto Salsa beserta video surprisenya.

“Happy birthday, Salsa.” kataku lirih. Sejujurnya aku sedikit sedih karena tidak bisa menghabiskan waktu dengannya di hari yang special ini karena aku berada jauh darinya.

Sekarang aku berada di salah satu tempat wisata terkenal di Honolulu, yaitu Diamond Head yang menjadi destinasi terakhir untuk hari ini. Diamond Head adalah sebuah kawah gunung berapi yang terletak di ujung timur pantai Waikiki. Disini ada banyak sekali kristal kalsit yang berkilauan di bawah sinar matahari dan tampak seperti berlian, itulah sebabnya disebut Diamond Head. Penduduk lokal menyebut tempat ini sebagai Le’ahi yang berarti alis dari tuna yellowfish.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami ada di puncak setelah mendaki sekitar satu jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami ada di puncak setelah mendaki sekitar satu jam. Kami melewati tanjakan berupa jalan setapak sepanjang 1,1 km yang sebagaian besar tak beraspal diatas batu yang tidak rata. Kami juga melalui sebuah terowongan berlampu kecil ke tangga spiral sempit. Seperti yang kalian tebak, tiga manusia bernama Bira, Bia, dan Canada mengeluh pegal dan lelah. Namun, rasa lelah dan keluhan-keluhan yang keluar dari mulut ketiga saudara perempuanku itu lenyap setelah melihat ciptaan Allah SWT ini.

Hawai, sekarang bukan saatnya bersedih. Sekarang saatnya bahagia dan menunjukkan rasa syukurmu atas nikmat yang diberikan-Nya. Berkumpul dengan keluarga besar seperti ini sangat langka, jadi harus dimanfaatkan dengan baik. Tenang saja Salsa, setelah aku pulang nanti aku akan menyiapkan kejutan istimewa untukmu.

“Kau sedih karena tidak bisa merayakan ulang tahunnya?” aku menoleh ke arah Daddy yang menatapku dengan tatapan mata hangat.

“Sedikit.”

DispenserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang