Title : MINE, The One and Only
Genre : New Adult (Action, Romantis, Konflik berat.)
Rate : 21+
Cast : Dini Fellysha Anum
: Axton Marco Elramdan
(A Couple From Second Love The Series)
“Bukan cinta kita yang salah, tapi hubungan kita.”
****
Felly’s Pov
Aku menguap dan membuka mataku, senyumku mengembang saat melihat seseorang yang tidur lelap di sampingku. Kami berdua tidur di ranjang yang sama dan tubuh polos kami hanya tertutup sehelai selimut. Tanganku terulur mengelus rambutnya yang masih basah karena keringat. Tidak perlu ku jelaskan kenapa aku dan Marco ada di tempat tidur dalam keadaan telanjang.
Aku berdoa, semoga saja Lion King memecat kami karena meminjam sebuah ruangan untuk making love semalaman.
“Kenapa bangun?” aku menarik tanganku dan tersenyum melihat matanya yang terbuka.
“Aku sudah tidak mengantuk, Marco. Kau lanjutkan tidur saja. Lagipula ini sudah pagi, aku harus latihan pagi ini.” Marco tersenyum, ia menarik tanganku dan mendekap tubuhku sangat erat.
“Aku mau tidur lagi tapi denganmu, sayang.”
“Kita tidur bersama setiap hari jika kau lupa. Kita bahkan tinggal di tempat yang sama.” Marco membuka mata dan tersenyum lebar.
“Ah iya.” Marco menciumi seluruh wajahku membuatku geli karena kumis tipisnya yang mulai tumbuh.
“Bukankah sudah ku bilang untuk mencukurnya? Geli Marco.” Marco terkekeh, ia naik ke atasku dengan seringaian.
“Ku pikir Bean tidak akan keberatan jika Panther terlambat 10 menit saja.”
“Sepuluh menit kau bilang? Kemarin lusa saat kau mengatakanya, aku terlambat 2 jam! Untung saja aku hmmmm---”
Dok
Dok
Dok
Suara intercom menghentikan aktifitas kami. “Shit!” Marco turun dari tempat tidur dan mengambil kemejanya lalu memakainya asal. Ia berjalan ke arah Intercom dan menekan tombol setelah merapikan tampilannya.
“Jaguar, dengan Bean disini.”
“Katakan saja.”
“Ibumu datang berkunjung.” Marco menoleh dan menatapku.
“Oh ya, lepaskan Panther karena ada latihan pagi ini. Aku akan menghukumnya jika dia terlambat!”
“Iya. Iya. Katakan pada ibuku untuk menunggu.”
“Oke.”
Layar interkom mati. “Temui ibumu. Aku akan latihan pagi.” Aku melangkah ke arahnya dengan tubuh telanjangku dan mengecup bibirnya sekilas. Marco mengerang saat aku melepaskan ciumannya dan berjalan ke kamar mandi dengan santai.
“Kau akan mendapatkan hukumanmu nanti.”
“Aw, aku takut.” Aku tertawa melihat milik Marco kembali menegang dan wajah merahnya.
Aku menutup pintu kamar mandi dan menyalakan shower, aku menghela napas panjang saat kembali teringat ibunya Marco. Seseorang yang menjadi alasan utama aku tidak mau menikah dengan Marco.
Beliau tidak menyukaiku karena penyakit mentalku dan merasa aku merebut Marco darinya, padahal aku tidak bermaksud demikian. Mungkin banyak lagi kriteria dari Ibunya Narco yang tidak sesuai dengan diriku. Ibunya Marco pasti datang membawa seseorang untuk dinikahkan pada Marco, lagi.
“Kenapa kau meninggalkanku, hmm?” aku tersentak saat tiba-tiba merasakan pelukan dari belakang.
“Jangan pikirkan tentang Mama. Pokoknya aku tidak akan menikah jika tidak denganmu.”
“Tapi aku tidak akan pernah menikah, Marco. Keputusanku sudah bulat dan aku tidak bisa merubahnya.”
“Aku mencintaimu, Felly. Hanya kamu, aku tidak mau yang lain.”
“Aku juga mencintaimu, Marco.”
#
=Marco’s pov=
Aku menutup pintu ruangan dan berjalan ke halaman depan, tempat dimana biasa menerima kunjungan. Aku menaikkan poniku yang masih basah, karena terburu-buru aku tidak sempat mengeringkan rambut.
“Kau pasti kesal karena kegiatanmu terganggu.” Aku menatap datar Sinta yang menatapku dengan wajah jahilnya, juga teman kerjanya bernama Duck dan Goose.
Mereka bertiga dari Tim Siasat. Sesuai namanya, Tim Siasat menyusun tak tik untuk menyerang musuh dan menyerahkan hasilnya ke Tim Informasi untuk selanjutnya di informasikan kepada Tim Penyerang.
“Tentu saja, Puma. Aku tidak tahu kenapa ibuku datang disaat yang tidak tepat.” kataku melanjutkan perjalananku.
Tepat di salah satu gazebo aku melihat satu orang wanita paruh baya dan satu perempuan asing di sebelahnya. Perempuan itu pasti Mama bawa untuk dijodohkan denganku. “Marco! Bagaimana kabarmu, hmm? Mama sangat merindukanmu. Kapan kau akan pulang?”
Aku duduk di depan mereka, “Belum tahu. Pekerjaanku sangat banyak.” Mama menatapku dengan wajah khawatirnya.
“Oh ya, kenalkan ini Sabrina. Dia akan menjadi-”
“Kita baru bertemu Ma, aku harap tidak ada keributan.”
Mama tersenyum pada perempuan bernama Sabrina, “Kau makan dengan baik, kan? Bagaimana istirahatmu? Mama sangat khawatir.”
Aku tersenyum, inilah saatnya. “Ya, Ma. Aku makan dengan baik, selalu ada Felly yang memasak untukku. Dan aku juga istirahat cukup dan nyaman karena tidur dengan Felly.” Bisa ku lihat wajah terkejut Mama dan perempuan di sebelahnya.
“Apa maksudmu tidur dengannya, hmm? Marco, bukankah Mama bilang jauhi perempuan itu! Sampai kapanpun Mama tidak pernah setuju dia menikah denganmu!”
“Tapi kenapa Ma? Aku hanya mencintai Felly.”
“Masa depanmu akan suram jika kau menikah dengan dia. Bagaimana nanti jika penyakit mentalnya menurun anak-anakmu?”
“Mama!” Napasku tersengal-sengal karena amarahku yang sampai di ubun-ubun.
“Pokoknya aku tidak akan pernah menikah jika tidak dengan Felly!” Aku bangkit dari tempat dudukku dan hendak kembali masuk.
“Apakah ini yang diajarkan perempuan itu padamu? Berani melawan Mama!” Aku berhenti dan berbalik.
“Baiklah! Baik. Kamu boleh melawan Mama, tapi jangan menyesal jika nanti Mama sudah tiada!” Mataku membulat sempurna saat melihat Mama memegang pisau di tangan kanannya dan mengarahkan ke lehernya.
“Mama hentikan!”
“Tidak! Mama akan menggoreskan pisau ini ke leher Mama jika kau tidak mau menuruti Mama.”
“Ma, Aku tidak bisa menikah dengan orang yang tidak ku cintai.”
“Nikahi Sabrina atau kau akan kehilangan Mama!”
“Tapi Ma..”
“Turuti permintaan Mamamu, Marco.” Tubuhku menegang menatap Felly yang tiba-tiba berdiri di sebelahku.
#
KAMU SEDANG MEMBACA
Dispenser
Humor"Bagaimana bisa kalian berkencan? Sifat kalian sangat berbeda, Wai sangat dingin dan Kia hangat. Seperti dispenser saja." Dua manusia dengan latar belakang keluarga berbeda, begitu juga sifat mereka. Diperankan oleh Xafier Hawai Malvino dari 'Secon...