Zakia’s pov
19:00 WIBAku menatap buku paket bahasa Inggris, pandanganku memang ke arah sana namun pikiranku tidak. Ada beberapa hal yang mengganggu pikiranku sekarang, mulai dari kebodohanku yang tak lain dan tak bukan adalah pembicaraan mengenai keluarga Aryeswara pada Hawai yang ternyata masih garis keturunannya.
Satu hal lagi, tentang seorang perempuan blasteran yang ada di rumah Hawai tadi. Kira-kira apa benar dia kekasih Hawai? Tapi kenapa sikap Hawai padanya sangat buruk?
“Mbak mendengarku atau tidak?” Aku berjingkat terkejut karena tepukan keras Zaky di bahuku. Aku menatapnya dengan wajah polosku dan itu membuatnya mendengus kesal. “Sudah ku duga Mbak tidak mendengarkanku sama sekali!” Aku memejamkan mataku dan menghela napas panjang.
“Maaf, tadi kau bilang apa?”
“Tidak, aku tidak bilang apapun! Lanjutkan saja lamunanmu, aku akan belajar dengan Mama saja!” Zaky bangkit dari kursi belajar lalu berjalan meninggalkan kamarnya.
“Hey!”
Brak
Zaky membanting pintu kamarnya dari luar. Hla terus kenapa aku disini? Tadi Zaky memintaku membantunya mengerjakan PR bahasa Inggris tentang story telling. Tapi aku malah mengacaukan moodnya dengan lamunanku yang tidak penting ini. Kenapa juga aku memikirkan Hawai?
Aku bangkit dari dari dudukku dan berjalan keluar dari kamar Zaky, aku akan kembali ke kamarku. Lebih baik aku tidur saja, siapa tahu pikiranku tidak lagi tertuju pada Hawai dan keluarganya. Terutama pada perempuan blasteran itu. Perempuan yang sukses membuatku minder karena kesempurnaannya.
Jika benar dia adalah kekasih Hawai, mereka terlihat sangat serasi. Hawai dari keluarga terpandang dan termasuk keluarga sultan, bukan? Juga perempuan itu tidak jauh beda. Terlihat dari caranya berpakaian, sepatunya, dan ponsel yang dipegangnya.
Setidaknya mereka berasal dari kasta yang sama.
Tapi, kenapa mengatakan ini membuat hatiku sakit? Apa aku mulai menyukai Hawai?
Aku takut jika jawabannya iya. Aku tidak mungkin bisa menyetarai Hawai dalam hal gaya hidup. Ya memang sih aku bukan berasal dari keluarga miskin, tapi aku juga bukan berasal dari keluarga sultan sepertinya.
“Memikirkan sesuatu?” aku menoleh ke arah pintu, terlihat Salman melangkah masuk dengan setoples wafer di tangannya.
Sepupuku yang duduk di kelas 2 SMP ini dengan santainya tiduran di tempat tidurku. Hari ini dia dan kedua adiknya menginap di rumah Oma dan Opa. “Apa Zaky memberitahumu sesuatu?”
“Hanya mengatakan Mbak lebih banyak melamun setelah pulang dari rumah teman. Memangnya ada apa dengan rumah temanmu, Mbak?” Salman menatapku dengan wajah penasaran.
“Tidak ada apa-apa.” aku berjalan ke tempat tidur dan berbaring di sebelah Salman. Pandanganku tertuju padanya yang tersenyum ke arah ponsel yang dipegangnya. Dia sedang mengirim pesan dengan siapa? Apa Salman juga sedang jatuh cinta?
“Kau sedang berkirim pesan dengan siapa?”
“Satria. Dia mengirimkan foto Nova saat menangis karena giginya lepas lagi. Lihatlah Mbak, Nova tampak menggemaskan kan?”
“Iya.” Aku menatap Salman yang terkekeh saat menatap foto Nova. Tunggu, tidak mungkin kan yang ku pikirkan menjadi kenyataan?
“Man.”
“Hmm?”
“Apa kau pernah jatuh cinta pada seseorang?” Salman menatapku dan menggeleng. “Jadi kau tidak tahu bagaimana rasanya?” untuk kedua kalinya Salman menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dispenser
Humor"Bagaimana bisa kalian berkencan? Sifat kalian sangat berbeda, Wai sangat dingin dan Kia hangat. Seperti dispenser saja." Dua manusia dengan latar belakang keluarga berbeda, begitu juga sifat mereka. Diperankan oleh Xafier Hawai Malvino dari 'Secon...