Dua Puluh Enam

134 28 17
                                    

Author’s pov

Camilla tersenyum lebar saat melihat Zakia meminum susu yang diberikannya khusus untuk seseorang yang menjadi kekasih Hawai itu. Siang tadi ia dikejutkan dengan kabar bahwa Zakia dan Hawai berkencan dan bahkan keduanya tak sungkan pamer kemesraan di kantin. Karenanya, ia merencanakan sesuatu untuk Zakia. Agar rencananya berhasil dengan sempurna, ia ikut meminum susu di tangan kirinya.

Pandangan Camilla teralih kearah dua sahabat Zakia yang masih saja memandangnya kesal. Sejujurnya Camilla tidak peduli dan tidak takut sama sekali dengan tatapan tajam yang ditujukan keduanya.

Ia berencana akan menyingkirkan keduanya setelah ia menyingkirkan Zakia. Pandangan Camilla teralih saat melihat napas Zakia mulai tak beraturan dan sesak napas. 

Tak

Susu yang dipegang Zakia terjatuh dan isinya berhamburan bersamaan dengan jatuhnya tubuh Zakia ke arah dua temannya. “Kia!” Balqis dan Hafizah panik hingga menangis melihat Zakia yang pingsan sesaat setelah sesak napas.

“Zakia, bangunlah.”

“Kia bangun. Kau mendengarkanku, kan?”

Camilla memuntahkan cairan susu di mulutnya dan membuang susu kotak ke tempat sampah. Ia mengambil air mineral dan berkumur untuk menghilangkan sisa-sisa susu.

“Aku panggil Hawai dulu!” Hafizah berlari meninggalkan mereka bertiga menuju ruang klub olahraga.

Camilla tersenyum, kedua orang itu terlalu sibuk dengan Zakia hingga melupakannya. Camilla tersenyum puas sebelum berbalik dan melangkah meninggalkan Bilqis yang masih berusaha membangunkan Zakia.

“Kia bangun!”

Mata Camilla membulat sempurna saat melihat Adam dan Hilmi yang berjalan ke arah berlawanan. Mereka berlari ke arah Camilla membuatnya berlari juga ke arah parkiran untuk menyelamatkan dirinya.

Saat selangkah lagi sampai parkiran, tiba-tiba Camilla merasakan sakit di kepalanya, seperti sesuatu yang kuat menariknya.

Camilla melihat Adam menatapnya dengan tatapan tajam, “Lepaskan!” Adam tidak peduli dengan cengkraman tangan Camilla yang melukai tangannya, ia menyeret perempuan tidak waras itu ke hadapan Hilmi dan Balqis.

“Adam, aku dan Balqis akan membawa Zakia ke rumah sakit sekarang dengan mobil Naufal. Kau urus  dia.” Adam mengangguk menatap Hilmi yang menggendong Zakia, Balqis mengikuti mereka dari belakang.

“Lepaskan aku!” Camilla menarik tangan Adam sekuat tenaga dan dia berhasil melepasnya. Ia hendak berlari namun Adam kembali mencengkeram rambutnya dan langsung menariknya. Camilla jatuh ke belakang, namun Adam tak peduli ia tetap menyeret Camilla hingga ke lobby.

“Adam lepaskan!” Camilla berteriak dan tangannya sibuk menyakar tangan Adam. Namun, Adam tidak peduli. Yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah membawa perempuan gila ini ke hadapan Hawai. Sekolah menjelang Magrib sangat sepi, ini memudahkannya mengurus orang yang sialnya tetangganya sendiri.

“Lepaskan!”

Adam melepaskan cengkraman tangannya dari kepala Camilla saat melihat Hawai bersama Burhan. “Zakia sudah dibawa ke rumah sakit dengan Balqis, Hafizah, Naufal, dan Hilmi.” Adam mengangguk menatap Burhan, pandangannya teralih ke arah Hawai yang menatap Camilla dengan tatapan tajam dan dingin. Camilla mendongak, ia tersenyum lebar begitu melihat Hawai.

“Hawai, tolong aku! Tadi Adam menarik rambutku, kepalaku sakit sekali.” tatapan tajam Hawai berubah semakin dingin, ia benar-benar marah sekarang.

Bug

DispenserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang