Zakia’s pov
“Hawai! Hawai! Hawai!” seluruh penghuni tribun meneriakkan nama Hawai yang sekarang ada di babak ketiga dengan skor 21-22.
Hawai baru saja mencetak poin menyusul lawannya yang merupakan senior kami. Bisa ku lihat dengan jelas keringat membasahi kaos kelas yang dikenakannya hingga membuat absnya tercetak. Di satu sisi aku khawatir dengan keadaannya, dia menerima banyak serangan selama pertandingan dan disisi lain aku bersyukur karena do’aku dikabulkan Allah SWT.
Sejauh ini aku belum mampu meneriakkan namanya saking banyaknya orang yang berteriak. Bukannya aku tidak mau, hanya saja aku ingin Hawai mendengar jelas suaraku. Jika dalam keadaan seperti ini, bagaimana suaraku bisa terdengar?
“Hawai!”
Tak hanya satu, tapi jutaan manusia di tribun meneriakkan nama Hawai saat melihatnya jatuh tersungkur karena berusaha mengembalikan dropshot yang dilakukan kakak kelas bernama Mada.
“Satu poin untuk Mada. 22 seri.” Suara panitia mengumumkan poin membuat jantungku berdetak semakin cepat. Semua orang mulai khawatir karena Hawai tak juga bangkit, ia masih berada di posisi semula.
“Apa yang terjadi padanya? Kenapa Hawai tidak bangun? Aku yakin kedua lututnya pasti sakit.” suara Hafizah membuatku tercekat. Hawai mengangkat tangan kanannya tanda menolak saat tim kesehatan membantunya berdiri.
Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
Semua orang terdiam saat melihat Hawai bangkit dan duduk perlahan. Dari wajahnya terlihat sangat lesu dan aku melihat sinar keputus-asaan disana.
Apa apaan ini?
Aku menontonnya bertanding tidak untuk melihatnya kalah. Hawai harus menang! Aku maju mendekati pagar pembatas untuk mendekat padanya yang berada tepat di depanku. “Hei, kau mau kemana?” aku mengabaikan pertanyaan Balqis dan berhenti tepat di depan pagar pembatas.
Aku mengambil oksigen banyak-banyak, “Hawai bersemangatlah! Hanya 2 poin saja! Aku yakin kau pasti bisa! Hawai fighting!” teriakku sekuat tenaga yang tentu saja Hawai bisa mendengarnya dengan jelas. Suaraku ini membuat semua orang memusatkan perhatiannya padaku dengan berbagai macam ekspresi dan tak lama saling berbisik.
“Hawai! Jangan lupakan janjimu pada kami!” suara teriakan Camilla terdengar, hal itu membuat bisikan-bisikan di sekitarku semakin jelas saja.
Beberapa detik kemudian, Hawai berusaha bangkit dari duduknya. Aku meringis melihat darah segar mengalir di kedua lututnya. Hawai berdiri dan ia menoleh ke arahku. Hal yang mengejutkan bagiku dan bagi semua orang yang berada di sini, Hawai menatapku dengan senyuman manis di wajahnya.
SENYUMAN MANIS DI WAJAHNYA!
Tak hanya itu, ia mengepalkan tangannya dengan pandangan masih tertuju padaku dan ia mengerdipkan sebelah matanya. Tentu saja hal itu membuat seisi tribun berteriak histeris. Aku tersenyum dan mengangguk ke arahnya, Hawai kembali menatap ke musuhnya dan senyumannya lenyap.
Pertandingan kembali di lanjutkan dan suara dukungan untuk Hawai kembali bergema. Aku mengalihkan pandanganku ke kanan dan melihat Camilla yang berdiri tak jauh dariku menatapku tajam.
Hawai’s pov
Aku berusaha menyerang kakak kelas yang menjadi musuhku ini. Setelah mendengar teriakan dari Salsa, aku merasa seluruh semangatku kembali dan aku siap menghajarnya. Dua poin itu harus menjadi milikku!
Percayalah, saat ini aku berusaha menahan senyumanku. Suara teriakannya benar-benar berpengaruh besar untukku. Saat kelasku diumumkan sebagai juara, aku harus mengucapkan terimakasih untuknya. Apa koleksi terbaru Gucci cukup?
Ku rasa tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dispenser
Humor"Bagaimana bisa kalian berkencan? Sifat kalian sangat berbeda, Wai sangat dingin dan Kia hangat. Seperti dispenser saja." Dua manusia dengan latar belakang keluarga berbeda, begitu juga sifat mereka. Diperankan oleh Xafier Hawai Malvino dari 'Secon...