Zakia's pov
"Yaya, bangun!" Aku menampik tangan seseorang yang mengguncang bahuku. "Yaya! Kau bisa terlambat ke sekolah sayang. Cepat bangun dan mandi!" Aku menaikkan selimut hingga menutup kepalaku dan kembali tidur.
"Astagfirullahadzim anak ini. Papa! Lihatlah putrimu!" aku senang mendengar suara langkah kaki menjauh, artinya aku bisa tidur lebih lama.
Namun kesenanganku tidak bertahan lama setelah ku dengar suara seseorang. "Zakia, bangun." suara deep itu mampu membuatku membuka mata.
"Yaya masih mengantuk, Pa. Semalam tidur jam 2 karena mengerjakan tugas yang sangat banyak." Aku duduk dan mengucek mataku. Papa tersenyum dan duduk di tepi tempat tidur, tangannya terulur mengelus rambutku lembut.
"Papa dulu juga seperti itu. Eh, ayo mandi sekarang." Aku mengangguk dan turun dari tempat tidur.
"Ini yang Mama tidak suka jika tidur setelah sholat subuh. Kau akan terlambat ke sekolah." Aku mendengus mendengar Mama yang protes. Tapi bagaimana? Baru kemarin fokus mengerjakan tugas hingga malam dan itu bukan keinginanku sama sekali!
Tapi Mama tidak akan mengerti itu.
"Sudahlah, Ma. Jangan marahi Yaya, lebih baik siapkan sarapan untuk Papa dan anak-anak." Papa merangkul Mama membuat senyuman terukir di wajah cantiknya. Tebak apa yang terjadi selanjutnya?
Dengan indahnya Mama mencium Papa tepat di depanku!
"Mama! Jangan mesra-mesraan disini!" aku mendorong mereka berdua keluar dari kamarku. Seenaknya saja bermesraan di depan anak dibawah umur! Aku menatap tajam Papa yang menampakkan wajah bersalahnya, sedangkan Mama hanya tertawa.
"Makanya, cari pacar sana!" katanya sebelum pergi meninggalkan kamarku.
"Mandi sana. Papa tunggu di bawah ya." Papa mengecup keningku sebelum menyusul Mama yang memanggil Papa dengan suara manjanya.
Dasar!
Aku berbalik dan melangkah menuju kamar mandi. Mataku membulat sempurna saat melihat jam dinding. "Oh My God jam tujuh! Aku terlambat!!"
#
"Bye bye Papa! Aku mencintaimu." Aku mencium kedua pipi Papa setelah mencium tangannya.
"Hoek."
Aku menatap tajam kedua adikku yang pura-pura muntah. Bukannya takut, mereka malah menjulurkan lidah padaku. Dasar adik-adik lucknut!
"Mbak pintu gerbangnya ditutup!" Aku terkejut melihat satpam hendak menutup gerbang.
Aku bergegas turun dari mobil dan berlari ke gerbang. "Pak jangan tutup dulu!" Satpam bernama Hendra menghentikan aktifitasnya dan menggelengkan kepalanya.
"Ayo masuk cepat! Sana gabung dengan yang lain!" Aku mengangguk dan berlari menuju siswa-siswa yang berdiri di lapangan basket.
Kami mendapatkan wejangan dari ketua kantib, Pak Drajat tentang pentingnya sampai di sekolah tepat waktu. "Heh, kau terlambat juga?" aku menoleh pada seseorang yang menatapku dengan senyuman lebarnya. Nama yang terpasang di name tagnya Adinda Berliana Hasan dan dia dari kelas 10 IPA 1, aku tersenyum dan mengangguk.
"Kau temannya Naufal kan? Kenalkan, aku Dinda."
Bagaimana dia tahu Naufal?
Aku menyalaminya, "Kia."
"Ah, senang sekali akhirnya bisa berkenalan denganmu." Aku tersenyum saja menanggapinya.
"Jangan membuat keributan, atau hukuman yang akan kita terima lebih berat." Seseorang yang berdiri di depanku menoleh, ia memandangku dari atas sampai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dispenser
Humor"Bagaimana bisa kalian berkencan? Sifat kalian sangat berbeda, Wai sangat dingin dan Kia hangat. Seperti dispenser saja." Dua manusia dengan latar belakang keluarga berbeda, begitu juga sifat mereka. Diperankan oleh Xafier Hawai Malvino dari 'Secon...