Sepuluh

136 32 11
                                    

Hawai’s pov
-Alfarizi’s Mansion-
07:30 WIB

Aku melangkah menuju meja makan dengan senyuman lebar. Hari ini aku sangat senang dan siap manjalani hari dengan penuh kebahagiaan. Pertama, aku akan membuat Daddy dan Mommy bangga karena pulang nanti aku akan memamerkan foto piala class meeting di cabang olahraga bulu tangkis.

Kedua, aku akan mendengar teriakan seseorang saat bertanding nanti di lapangan. Oke, aku memang terlalu optimis. Tapi aku yakin kedua hal itu akan ku dapatkan hari ini.

“Good morning everyone!” kataku menyapa seluruh anggota keluargaku yang sedang menikmati sarapan pagi. Tidak perlu ku sebutkan satu-persatu karena sangat banyak dan akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

“Good morning Wai.” Aku tersenyum pada Aunty cantikku dan duduk di sebelahnya.

“Kau tampak bahagia sekali, sesuatu terjadi?” Uncle Ammar merangkul bahuku.

“Hari ini Hawai kita akan bertanding di pertandingan final bulu tangkis. Mungkin karena itu dia terlihat bahagia dan bersemangat.” Aku mengangguk mendengar Opa.

“Oh iya. Good luck!”

“Thank you, Uncle.” Aku dan Uncle Ammar melakukan tos sebelum lanjut menikmati nasi pecel sebagai sarapan.

“Kau harus banyak makan, sayang. Kau membutuhkan banyak sekali tenaga untuk menghajar musuhmu hari ini.” Aku tersenyum manis pada Oma yang mengambilkan telur mata sapi untukku. “Marni, ambilkan susu untuk Hawai.” katanya pada salah satu pelayan.

“Terimakasih, Oma.”

“Sama-sama, sayang.”

Aku memakan sarapanku dan sesekali melirik Cana yang tumben-tumbenan anteng. Aku mendekat ke arah Mommy yang duduk di sebelahku dan berbisik padanya. “What’s wrong with her?”

“Choco pie merajuk karena Daddy tidak membelikan motor baru juga untuknya.” Aku mengangguk saja dan mengunyah sarapanku.

Tentu saja Daddy tidak membelikan motor baru untuk Cana, dia saja tidak bisa menaikinya. Sebenarnya dulu saat Daddy membelikanku motor, Cana juga dibelikan dan dia berjanji pada Daddy untuk belajar mengendarai motor.

Tapi janjinya itu hanyalah bulshit.

Kenyataannya perempuan super manja itu selalu pergi dengan mobil dan tidak mau mengendarai motor. Akhirnya motor Cana tersebut menjadi motor umum yang dipakai para maid keluar masuk mansion. 

“Wai, motor yang kau minta kemarin sudah sampai dan berada di garasi sekarang. Ini kuncinya.” Daddy menyerahkan kunci motor baru dan ku terima dengan senang hati.

“Thank you, Daddy.”

“Kenapa kau meminta motor baru, sayang? Motor lamamu baik-baik saja, kan? Dan kenapa kau meminta motor matic? Bukankah kau bilang motor matic tidak manly?”

“Semuanya baik, Mom. Hanya saja aku sedikit bosan dengan motor lama dan ingin suasana baru.” Mommy menatapku dengan mata memicing.

“Baiklah.” Aku tersenyum saja dan menunduk sambil menghabiskan sarapanku. Aku sengaja menghindari tatapan mereka agar tidak menghujaniku dengan pertanyaan yang meresahkan jiwa dan raga.

“Tapi menurutku ini aneh. Sebelumnya Hawai tidak pernah meminta sesuatu yang baru jika yang lama masih bisa dipakai.” Aku memutar bola mata malas mendengar Canada.

“Ah, apa sebenarnya Hawai sedang dalam misi?”

Seseorang tolong bekap mulut Canada sekarang juga!

DispenserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang