Ursa memandangi si kecil yang terduduk dengan mata yang terus coba ia tahan agar tetap terbuka. Posisinya yang bersandar di dalam troli, semakin membuat Ursa melebarkan senyumnya melihat tinggah menggemaskan si anak.
"Mas.." Ursa menoleh cepat, matanya menangkap tubuh Leetha yang berlari menghampirinya. "Nggak usah lari sayang."
"Ibu.." Leetha membatalkan kalimatnya yang siap ia keluar untuk bertanya pada Ursa, matanya dialihkan pada anaknya yang mengerjap-ngerjap lucu di dalam troli. "Ibu.."
"Ya sayang." Leetha memberikan selai yang ia bawa tadi pada si suami. "Sini sayang, anaknya Ibu." Leetha membawa Khael keluar dari troli, menggendong anaknya yang berusaha tetap membuka matanya yang semakin berat.
"Sama Ayah ya, kasian Ibu. Kan Mamas udah besar." Memasukkan selainya kedalam troli, Ursa mengambil alih Khael yang berada di gendongan Leetha. "Kamu kenapa lari-larian gitu?" Tanya Ursa setelah berhasil menyamankan posisi Khael didepan dadanya.
"Aku mau tanya tadi. Mau selai yang biasa aku beli atau cobain varian lain."
"Terserah kamu maunya yang mana." Jawab Ursa. "Mamas maunya yang ovaltine, beli yang itu aja ya." Ursa mengangguk setuju.
Ursa kembali mendorong trolinya, Leetha yang melihat kedua tangan Ursa sibuk berinisiatif mengambil alih tugas mendorong troli. "Nggak apa Mas bisa sayang."
"Akukan nggak ngapa-ngapain, jadi aku aja yang dorong." Balas Leetha, Ursa yang terlalu gemas melihat wajah istrinya yang pasca melahirkan malah semakin berkilauan mencuri kecupan pada keningnya cepat. "Mas ih! Dilihatin." Omel Leetha,
"Mas.."
"Ya sayang." Ursa menumpukan matanya pada si istri yang tingginya tak juga bertambah. "Mas bisa cuti kapan?" Ursa menaikkan alisnya bingung. "Kamu mau jalan-jalan?" Leetha memberikan senyum termanisnya mendengar kepekaan si suami. "Ke Jogja yuk Mas, aku pengen kesana."
"Boleh, nanti Mas ajuin cuti dulu."
"Baik banget Mas suami." Ujar Leetha kegirangan. "Oh iya, kabarnya Bang Randu gimana?" Raut wajah Leetha berubah mendung seketika.
"Aku nggak mau ngomongin itu dulu." Ursa mengangguk mengerti, tangan satunya dilepaskan dari kegiatan menyangga bokong Khael dan berganti mengusak rambut si istri penuh sayang.
"Seminggu lalu Bunda ajakin aku ke toko sepatu Mas, aku tadinya nggak mau beli. Tapi pas sampai rumah aku kepengen. Nanti lihat masih ada atau nggak ya Mas." Ursa mengangguk patuh.
"Berat ya?" Tanya Leetha, kepalanya didongakkan guna melihat wajah si suami. Ursa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum menenangkan. "Gendong kamu aja Mas kuat, masa gendong Mamas nggak."
Leetha dan Ursa memang sepakat membiasakan Khael mendengar kedua orang tua atau orang-orang sekitanya memanggilnya dengan sebutan Mamas. Nggak ada maksud, pengen aja. Begitulah jawaban Leetha saat ditanya mengapa meminta hal tersebut saat acara tujuh bulanan Khael dulu. Usia anak pertama keduanya kini sudah menginjak bulan ke 30 alias 2 tahun 6 bulan. Jangan heran dengan tinggi anaknya yang agak berbeda dengan anak-anak lelaki seusia Khael, karena menuruni hampir delapan puluh persen gen milik Ursa. Anak lelakinya itu memiliki tinggi menjulang, hidung tinggi dan mata besar tajam tetapi terlihat menggemaskan jika merajuk persis Ursa.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Let Me Know
General Fiction"Jadi 'anak' kesayangan itu enak." Kata Taleetha, Leader HRD GA TReasars Grup. Leetha, atau biasanya dipenggal menjadi 'Taa' kembali mempertanyakan keberuntungan yang setiap hari menemaninya, tetapi selalu hilang setiap hari Sabtu. 'Oke, bukan men...