Lima belas

4.9K 544 48
                                    

"Assalamualaikum." Leetha yang sedang bersantai dengan Ana di ruang tamu, melongokkan kepalanya ke sumber suara.

"Ihhh Ibu, Abang bawa martabak!" Leetha berseru girang. Menyerobot kantung kresek yang di bawa Randu dan berlari kembali masuk.

"Buang dulu plastiknya Dek, terus taruh di piring aja." Randu membuka masker dan tas punggungnya, melangkah kearah kamar mandi yang ada di sebelah dapur untuk mencuci kaki, tangan dan muka. Leetha mengekor di belakangnya sebelum berpisah di pintu dapur dan berjalan ke rak untuk mengambil piring.

Leetha kembali lebih dulu, duduk di sebelah Ana dan meletakkan piring di meja. "Sini Ibu aja." Leetha menggeleng dan melanjutkan memindahkan martabak manisnya ke dalam piring.

"Mau di bikinin es gak bang?" Tanya Leetha saat Randu kembali dan sedang bersalaman dengan Ana.

"Boleh. Lemon tea ya Dek tapi."

"Ibu mau juga? Atau teh tawar anget aja?" Tanya Leetha sebelum dirinya beranjak.

"Boleh, yang panas aja sekalian Dek airnya." Leetha mengiyakan dan kembali menuju dapur.

"Tadi ada cowok datang kesini Bang." Ana membuka pembicaraan saat Randu mendudukan dirinya disamping sang Ibu, mengisi posisi Leetha.

"Gak lama pulang, Abang datang." Lanjutnya.

"Siapa Bu?"

"Teman kantornya Leetha. Dia kesini minta izin Ibu deketin Adek." Randu membatalkan tangannya yang sudah menjulur untuk mengambil martabak.

Seperti memahami Randu ingin mengetahui siapa, Ana melanjutkan ucapannya, "Mas Ursa. Yang bantu Leetha kemarin itu".

"Dia? Yang liat Abang kaya ngajak tengkar itu?" Randu memekik tak suka, sedangkan Ibunya malah tertawa pelan.

"Dia kira kamu pacarnya kali Bang."

"Abang udah tau dari awal juga, Abang gak sengaja ketemu pas jemput Adek di mall minggu lalu. Kemarin Adek aku tanyain masih gak tau-ngga tau jawabnya Bu." Randu terlihat gusar dibangkunya.

"Belum yakin kemarin Adekmu Bang, sekarang dia mau coba memberikan kesempatan. Mas Ursa maunya serius, langsung menikah. Tapi gak mau membebankan Adekmu dulu."

"Enak aja! Gak bisa!" Sanggah Randu, Ana hanya menggeleng maklum.

"Gak bisa apa Bang?" Leetha dari dapur terlihat membawa nampan yang berisi 2 gelas tinggi berisi es dan 1 cangkir sedang.

"Bapak mau beli mobil." Jawab Ana yang dengan tanggap mengalihkan pembicaraan.

"Loh emang gak bisa kenapa?" Leetha meletakkan nampannya di atas meja, lalu tangan mungilnya menyambar bagian pinggir martabak manis.

"Mau di taruh dimana Dek?" Randu memilih mengikuti alur yang Ana buat.

"Iya ya? Ganti mobil aja kalau gitu. Sedan Bapak juga jarang di pakaikan? Malah seringnya pakai punya Abang." Leetha terlihat asik menggigit pinggiran martabaknya.

"Ibu juga bilangnya begitu, tapi Bapak diem aja." Leetha hanya mengangguk-angguk mengerti, dirinya terlalu menikmati bagian pinggir martabak manis yang selalu menjadi bagian favoritnya. Kalau bisa, Leetha ingin satu porsi martabak dengan semua bagian pinggir.

"Bapak pulang jam berapa Bu?" Tanya Leetha disela kunyahannya.

"Gak tau, tadi cuma tanya Ibu masak apa." Randu meminum esnya hingga tersisa setengah gelas, lalu matanya memandang Leetha lama.

"Pelan-pelan Dek makannya, gak ada yang ambil bagian kamu." Randu menyingkirkan remah yang menempel di sudut bibir Leetha.

"Besok Abang mau main ke tempat temen, kamu mau ikut gak Dek?"

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang