Mei, 2021. Tepatnya bulan Desember 2020 saya dan Leetha menikah. Kalau dipikira-pikir rasanya masih gak percaya. Bermula 2 tahun lalu, saat pertama kali saya melihat Leetha yang dengan gaya supelnya terlihat mudah diterima semua orang di kantor. Awalnya gak ada yang salah, tapi lama kelamaan malah Leetha rasanya terlalu sulit untuk di lewatkan.
Bagaimana caranya menyapa orang lain, bagaimana caranya membalas candaan orang lain, bagaimana caranya menjelaskan pekerjaannya, bagaimana caranya dia mampu menempatkan dirinya di berbagai situasi. Untuk perempuan yang mengaku sebagai fresh graduate, Leetha jelas mampu mematahkan pandangan di belakangnya yang melihat dia hanya sabagai perempuan yang gak bisa apa-apa.
Kalo dipikirkan kembali ada sesal, mengapa tidak sejak awal saya mendekatinya. Seharusnya saat saya sadar dengan rasa ketertarikan yang tumbuh, saya berani mengambil keputusan. Nyatanya butuh waktu satu tahun untuk memberanikan diri mendekati Leetha. Satu tahun di lewatkan dengan saya yang hanya berani memperhatikan Leetha dari jauh. Yang celakanya malah membuat saya semakin terperosok lebih dalam pada pesona seorang Taleetha Yeriana Malik. Semua yang ada pada Leetha, selalu sukses membuat saya berpikir pantaskah saya?
Tapi kemudian, keberanian itu muncul sepenuhnya dan atas ridho Allah, sekarang Leetha sudah sah menjadi pendamping hidup saya. Bersyukur saja rasanya gak cukup atas apa yang sudah Allah berikan. Semua di perlancar setelah niat baik telah saya sampaikan pada keluarganya, memang saat masa pendekatan rasanya sedikit sulit. Tapi setelah orang tua serta saudaranya memberi jalan, Leetha lebih terbuka secara keseluruhan.
Hidup satu atap bersama selama 5 bulan, setidaknya ada satu hal yang baru saya ketahui setelah ijab qobul. Leetha benar-benar keras kepala tetapi manja. Saya tau Leetha memang manja, tapi saya gak tau manjanya Leetha kalau bercampur dengan kekeras kepalaanya sukses membuat saya sakit kepala. Bukan, bukan hal yang berkonotatif negatif. Tapi jika Leetha yang itu sudah muncul, rasanya saya siap memanjat monas supaya Leetha kembali seperti Leetha yang biasanya.
Contohnya pagi ini, saya sudah siap di dalam mobil. Menunggu Leetha yang belum juga keluar dari dalam rumah, alasannya karena tas yang ingin ia gunakan tersimpan entah dimana. Sejak tau kalo tasnya gak berhasil di temukan, rengekannya mulai keluar, saya sudah mencoba memberikan alternatif seperti memakai tas lain yang ada. Tapi dengan keras kepalanya Leetha malah menjawab "Gak mau Mas, aku maunya itu. Cocok sama baju aku. Mas beneran gak lihat?" Dengan nada rengekannya yang menggemaskan rasanya sulit untuk menahan diri.
"Sayang?" Akhirnya saya kembali turun dari mobil, masuk ke dalam rumah dan di sambut dengan Leetha yang duduk di sofa sambil menangis.
"Kenapa jadi nangis?" Mengangkat dagunya, hidung mungilnya yang gak terlalu tinggi tapi pas di proporsi wajahnya sudah berubah warna menjadi merah.
"Gak ketemu." Tangisnya malah lebih kencang.
"Pakai yang lain dulu ya atau gak ganti baju kamu, pakai yang cocok sama tas." Dirinya hanya menggeleng, dan menyerahkan ponsel serta dompet ketangan saya.
"Mas aja yang bawa." Lalu dirinya berlalu dari hadapan saya, keluar dari rumah yang sudah pasti menuju mobil. Mengikuti langkahnya keluar, saya mengunci pintu dan ikut masuk ke dalam mobil.
Bukan karena hamil kalau perlu saya perjelas. Mood Leetha yang saya ketahui sejak sebelum akad memang seluar biasa itu. Kalo dia bilang gak, jangan pernah memaksa. Apalagi soal makanan. Leetha malah akan memuntahkan makannya kalau di paksa untuk memakannya. Sudah terjadi 2 kali, dan sejak itu saya gak pernah mengulanginya lagi.
"Nanti makan mie ayam dulu yuk Mas, aku laper." Mengangguk adalah jawaban wajib untuk sarapan saat perjalanan menuju kantor. Entah itu bubur, nasi uduk, soto atau mie ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Let Me Know
General Fiction"Jadi 'anak' kesayangan itu enak." Kata Taleetha, Leader HRD GA TReasars Grup. Leetha, atau biasanya dipenggal menjadi 'Taa' kembali mempertanyakan keberuntungan yang setiap hari menemaninya, tetapi selalu hilang setiap hari Sabtu. 'Oke, bukan men...