1 September 2021

4.6K 406 50
                                    

"Kamu tunggu sini ya, Mas aja yang daftarin." Leetha mengangguk patuh saat Ursa memintanya untuk menunggu di bangku, sedangkan Ursa berjalan cepat ke meja pendaftaran saat nomor antriannya dipanggil.

Leetha menyandarkan tubuhnya santai pada bangku besi yang memanjang, posisinya yang berada di depan meja pendaftaran memudahkan Leetha memperhatikan Ursa yang duduk di depan sana, walaupun hanya terlihat punggungnya saja tapi Leetha tetap memperhatikan suaminya itu.

Entah berapa lama waktu yang terlewat, Leetha yang merasa jengah dengan cepat bangkit berdiri dan menghampiri suaminya itu karena ia melihat perempuan yang menjadi petugas di meja pendaftaran terus melemparkan tersenyum malu-malu pada suaminya.

Ursa yang terkejut merasakan tepukan di pundak kanannya sontak menoleh dan berdiri dengan cepat ketika mendapati istrinya lah yang melakukannya.

"Kok nyamperin? Nanti kamu cape sayang."

Tak juga duduk di kursi yang Ursa berikan, Leetha malah memandangi lurus si petugas pendaftaran.

"Duduk sini, Mbaknya bilang prosesnya agak lama karena Mas daftar pasien baru." Ucap Ursa dengan kedua lengannya menarik Leetha lembut agar duduk ditempat yang diduduki Ursa sebelumnya.

"Oh tolong dokternya perempuan, saya sempet cek jadwal hari ini ada dokter yang perempuan." Ursa tiba-tiba menyela dan mengajukan permintaannya yang dengan gesit di jawab petugas antusian oleh si petugas. Leetha yang sejak tadi tak juga melepaskan tatapannya pada si petugas tanpa sadar mengeluarkan dengusan jengkelnya.

"Ini kartu rumah sakitnya ya Mas, setiap kontrol wajib dibawa. Dan ini nomor antriannya, karena Mas datang udah dekat dengan jam praktek poli jadi dapat nomornya agak jauh ya walaupun tetap masih dibawah antrian 10 dan ini dibayar dulu ke kasir, terus kembali lagi kesini untuk ambil nomor antrian poli kandungannya." Bukan lagi mendengus sebal Leetha mendengus sinis saat si petugas hanya melihat Ursa yang berdiri disebalahnya, dan memanggil suaminya itu dengan sebutan Mas.

"Sayang tunggu sini ya, Mas kasir dulu." Ursa mengecup lembut kepala Leetha sebelum beranjak dari sebelahnya, sedangkan mata Leetha masih memandangi petugas yang belum juga memutuskan pandangannya dari sang suami.

Merasa emosinya mulai tak stabil, Leetha memilih bangkit dan berpindah duduk ke tempatnya semula. Kakinya dihentakan sebal. Saat mendudukan bokongnya pada kursi besi itupun, menggunakan tenaga berlebih hingga kursi tujuannya mundur beberapa cm.

"Kenapa Mbak?" Leetha menoleh kaget saat melihat pria yang berjarak 2 bangku dari duduknya. "Eh maaf Mas, saya gak sengaja." Ringis Leetha dengan tangan yang ikut bergerak menarik kembali kursi keposisi semula.

"Gak masalah, pantat Mbak gak kenapa-kenapa? Kayanya hantemannya lumayan keras sampe bikin bangku yang saya dudukin ini mundur." Leetha hanya bisa meringis malu.

"Mau ke poli mana Mbak?" Leetha memandang pria itu ragu, padahal Leetha yakin banget kalo lelaki ini tau poli tujuannya. Karena lelaki ini udah duduk sejak Leetha datang tadi.

"Poli kandungan Mas." Jawab Leetha akhirnya, tak sopan bukan mengabaikan orang lain yang berniat beramah tamah?

"Wah udah berapa bulan Mbak?" Si pria tadi terlihat lebih antusias lagi, Leetha dengan gerakan pelan ikut memutar tubuhnya menghadap si pria.

"Belum tau Mas, baru aja mau periksa."

"Oh baru mau periksa, saya juga ke poli kandungan Mbak, tapi antar Kakak saya yang suaminya lagi berhalangan hadir. Kandungannya udah 8 bulan." Tanpa ditanya, lelaki itu menjelaskan tujuannya datang ke rumah sakit ini masih dengan senyuman yang lebar.

Leetha mengangguk-angguk mengerti, "Berarti bulan depan udah lahiran ya?"

"Bisa jadi bulan ini Mbak, anaknya udah gak sabar keluar sepertinya." Leetha sontak tertawa saat mendengar jawaban lelaki itu.

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang