Ursa memandang tempat tidur yang diisi bayinya dengan tatapan lurus dan takjub. Baru menginjak usia dua bulan 10 hari, tetapi Bunda dan Ibunya menyarankan agar Khael ditidurkan di tempat yang terpisah. Katanya supaya terbiasa. Sebenarnya Ursa dan Leetha menolak, karena Khael masih berusia dua bulan. Tetapi Bundanya memberikan alasan bahwa Khael anak lelaki, jadi harus dibiasakan.
"Mas.." Leetha memasuki kamarnya dengan langkah perlahan. Tidak diizinkan Ursa bergerak kesana-kemari karena suaminya itu kadang masih melihat ringisan dan kerutan di wajah sang istri.
"Ya?"
"Makan dulu sana, udah aku tumisin buncis." Ursa menghela nafasnya keras. "Kan Mas udah bilang jangan masak dulu sayang."
"Aku udah nggak kenapa-kenapa kok, lagiankan kata Ibu aku jangan tidur-tiduran aja." Jawab Leetha. "Dan masa nifas aku udah lewat hampir sebulan." Lanjut Leetha. Hari ini memang hari sabtu, hari dimana seharusnya Ursa bekerja. Tetapi karena tak ada pekerjaan mendesak atau panggilan, Ursa memilih untuk tidak berangkat ke kantor karena ingin menghabiskan banyak waktu dengan Khael.
"Kan kapan lagi Mas liatin Khael pagi-pagi gini. Biasanya Mas liatin lewat video call."
"Hari minggu atau tanggal merah juga Mas liatin Khael sampe malemnya datang lagi." Jawab Leetha sembari ikut mendekati tempat tidur Khael yang ditempatkan di sisi ranjang bagian Leetha, memudahkannya kalau-kalau anaknya itu menangis saat malam.
"Kok bobok mulu si sayang?" Tanya Ursa, dirinya masih menunduk memandangi anaknya yang memejam erat. Sudah jam 10 lewat dan Khael belum juga membuka matanya setelah disusui Leetha tadi setelah berjemur.
"Ya kan emang gitu sayang, habis bangun tidur nyusu, terus di jemur biar keringetan baru deh dimandiin lanjut makan setelahnya lanjut tidur lagi." Jelas Leetha. "Makan Mas, nanti kalo Khael bangun aku bawa kedepan." Leetha memberikan kecupannya pada pipi Ursa yang menunduk.
"Oke.." Ursa bangkit dan meninggalkan kamarnya, meninggalkan Leetha yang masih duduk memandangi sikap tenang anaknya saat tertidur. Mas Ursa sekali, pikir Leetha.
"Anak Ibu pules banget tidurnya." Bisik Leetha pelan. "Sehat terus ya Nak."
Leetha bangkit dan bergerak perlahan. Berniat membereskan kamarnya yang tidak terlalu berantakan karena memang setiap hari selalu Leetha rapikan. Karena Ursa libur—bisa masuk sewaktu-waktu, Bunda dan Ibunya tidak jadi datang. Hanya memonitori dari jauh.
Merapikan sprei ranjangnya, Leetha menyusun bantal dan guling pada tempatnya. Menata pula bedcovernya di ranjang bagian kaki. Langkahnya lalu di bawa ke kamar mandi untuk mengumpulkan baju-baju kotornya. Pada hari Rabu dan Sabtu, pekerja tambahan—Ibu pencuci baju, piring serta bersih-bersih menyeluruh, akan datang dan membereskan cucian Leetha serta Ursa. Hanya saja pakaian milik Khael, Leetha yang mencucinya karena tak terlalu baik menumpuk pakaian bayi hingga banyak. Lagi pula pakaian Khael kecil, dan Leetha sanggup mencucinya sendiri setelah masa nifasnya terlewat. Mendorong keranjang yang berada diatas troli kecil keluar kamar mandi, Leetha menekan HT yang tertempel di ranjang Khael. Beberapa speaker memang dipasang di beberapa sudut rumah Ursa. Di ruang tamu, dapur, ruang mencuci, kamarnya, kamar yang nantinya menjadi kamar Khael serta ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Let Me Know
General Fiction"Jadi 'anak' kesayangan itu enak." Kata Taleetha, Leader HRD GA TReasars Grup. Leetha, atau biasanya dipenggal menjadi 'Taa' kembali mempertanyakan keberuntungan yang setiap hari menemaninya, tetapi selalu hilang setiap hari Sabtu. 'Oke, bukan men...