Dengan perut yang sudah membesar, Leetha berjalan cepat kearah kamar mandi. Membuka kloset yang tertutup rapat dan memuntahkan buah dan susu yang baru saja diminumnya.
"Allahuakbar." Leetha menahan tubuhnya dengan berpegang pada pinggiran kloset duduk.
Lagi, Leetha mengeluarkan cairannya. Warnanya masih kecokelatan menandakan susu coklat yang diminumnya belum keluar seluruhnya.
Menekan tombol flush, muntahan yang dikeluarkannya tertarik ke dalam kloset. Menegakkan tubuhnya sebentar, Leetha mengelus perutnya. Berpegang pada tembok, Leetha mendekati wastafel yang berada didekat pintu kamar mandi. Menyalakan keran, dirinya berkumur serta membersihkan mulutnya. Saat yakin mualnya sudah pergi sepenuhnya, Leetha keluar dari kamar mandi dengan langkah satu-satu. Kedua tangannya berganti mengelus perutnya.
Leetha mendudukan dirinya di pinggir ranjang, dengan posisi sedikit mengangkang karena perut besarnya menjadi pembatas kedua pahanya.
"Masih jam setengah 6 lebih dikit dek, Ayah mungkin masih dijalan." Gumam Leetha saat matanya melihat jam dinakas samping ranjang. Tangan kanannya mengambil gelas yang memang sejak kehamilan diletakkan di nakas, bersebelah dengan jam weker. Menenguknya tiga kali secara perlahan, Leetha meletakkan kembali gelasnya saat selesai.
"Kangen Bapak." Gumamnya lagi, kali ini Leetha mengubah posisi duduknya menjadi berbaring miring. Tangannya masih terus mengelus perutnya.
"Tapi Bunda laper dek." Leetha melihat malas pintu yang berada beberapa meter didepannya. "Tapi Bunda malas juga jalannya."
"Malas nggak boleh kamu tiru ya Dek." Ujar Leetha lagi.
Leetha mengambil handphone yang berada di tengah ranjang. Membuka kontak dan membuat panggilan pada nama Sayang. Nada menunggu terdengar 2 kali.
"Assalamualaikum sayang?" Suara diseberang sana terdengar mengisi kamarnya, karena panggilan dibuat speaker oleh Leetha.
"Waalaikumsalam. Mas..." balas Leetha manja.
"Ya sayang? Mau sesuatu?" Suara Ursa terdengar beradu dengan kendaraan.
"Mas dimana?"
"Mas di jalan, sebentar Mas pake headset dulu." Leetha menunggu suara grasak-grusuk dari speaker ponselnya. "Udah sayang. Kenapa? Baru selesai muntah ya?"
"Iya." Leetha menggangguk manja, lupa kalau Ursa tak bisa melihatnya.
"Keram nggak perutnya?" Suara Ursa terdengar lebih jelas, kebisingan kendaraan teredam tak terdengar. "Nggak kok. Tapi aku lapar."
"Mau makan apa? Mau makan sesuatu?"
"Nggak, tapi aku kangen Bapak." Adunya lagi pada Ursa dengan topik yang berbeda.
"Besok kita kerumah Bapak ya ."
"Tapikan besok Kamis Mas."
"Loh emang kenapa?"
"Bapak kerja." Balas Leetha manja. "Ya kan kita jalannya pagi, jadi kamu bisa ketemu Bapak dulu. Atau nggak coba kamu whatsapp Bapak, biar besok Bapak izin kerja lebih siang."
"Malu." Balas Leetha.
"Mas yang telpon ya nanti malem. Kamu mau dibawain apa?"
"Aku masak ayam geprek kok."
"Kan Mas udah bilang nggak usah masak sayang, istirahat aja."
"Masaknya kan banyak istirahatnya Mas, lagian aku bete."
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Let Me Know
General Fiction"Jadi 'anak' kesayangan itu enak." Kata Taleetha, Leader HRD GA TReasars Grup. Leetha, atau biasanya dipenggal menjadi 'Taa' kembali mempertanyakan keberuntungan yang setiap hari menemaninya, tetapi selalu hilang setiap hari Sabtu. 'Oke, bukan men...