Lima

5.4K 587 16
                                    

Seperti Senin lainnya, Aku memilih rok dan kemeja serta luaran untuk melindungi kulitku dari panas matahari. Jangan heran mengapa aku tak memakai seragam. Karena aku salah satu karyawan in house atau bahasa mudahnya aku adalah karyawan tetap, aku tidak di wajibkan menggunakan seragam seperti Vinna. Asal rapi dan sesuai, apapun di perbolehkan.

Menghampiri meja rias dan memeriksa bagian atas sampai bawah, tak lupa aku merapihkan anak-anak rambut yang keluar dari ikatan dan memastikan masker sudah siap di posisinya. Hari ini aku memutuskan untuk mencepol rambutku. Tak tau saat pulang nanti apakah cepolan ini akan bertahan atau tidak.

Setelah semua siap, aku beranjak keluar dari kamar dan menghampiri Bapak yang kulihat sudah duduk di ruang tamu.

"Bareng Bapak atau Abang, Dek?"

"Bapak aja." Jawabku lalu ikut mendudukan diri disebelah Bapak.

"Tapi bapak mau bawa motor, kamu pakai rok gini?"

"Abang bawa mobil?" Aku berteriak menanyakan apa yang akan Abang kendarai hari ini.

"Iya."

"Aku bareng Abang aja kalau gitu. Bapak udah sarapan?"

"Udah dong, nyesel Bapak kalau melewatkan sarapan di rumah." Aku berdecih pelan,

"Bilang aja hemat." Bapak hanya tertawa sambil menepuk kepalaku.

"Ayo Dek, biar gak macet banget." Aku menurut dan beranjak bangkit setelah mencium punggung tangan Bapak. Lalu mengarahkan kakiku kedapur untuk pamit pada Ibu.

"Hati-hati, inget loh jangan keseringan minum es Dek."

"Iya Bu. Adek jalan ya."

Ibu ikut menemani sampai depan, mengantar keberangkatan kami. Aku melambaikan tangan saat mobil Abang mulai mundur dari halaman, bersiap menyambut padatnya jalan.

"Kebiasaan, orang tuh ngucap salam." Aku menarik seatbelt, dan membenarkan posisi bangku. Aku hanya merespon ucapan Abang dengan menaikan bahu.

Ting.

Aku merogoh tas untuk mengambil ponsel. Saat ku tekan tombol lock, beberapa pesan muncul bersamaan.

'BM TReasars'

'TReasars Grup'

'T-Eng Mas Ursa'

'HARUS DI PIN'

'T-F&A Mbak Diana'

Dan terakhir pesan dari Vinna. Aku membuka grup kantor terlebih dahulu. Kubaca dengan seksama, takut ada instruksi dadakan.

'Masker langsung dipakai jangan dicantelin aja, nanti orang pemda mau datang' Tuhkan benar saja. Info begini penting banget, karena masih sering ada karyawan yang tidak patuh. Masker hanya ditaruh di tas, padahal kalau ada inspeksi dadakan kaya gini yang rugi pasti kantor jika ada individu yang melanggar. Pihak yang dikenakan denda perusahannya, bahkan bisa dikenakan sanksi pemberhentian operasi sementara.

Lalu aku melanjutkan lagi membaca pesan yang lain, grup BM masih membahasan hal yang sama. Berlalu ke pesan Mbak Diana dan Vinna yang menanyakan tanggal jatuh tempo, dan pesan terakhir Mas Ursa yang menanyakan aku berangkat dengan siapa. Pesannya berjumlah 7. Aku hanya bisa melihat pesan terakhirnya, malas untuk membuka pesannya.

Ku pilih 'HARUS DI PIN' dan mulai menscroll pesan yang dari semalam sudah menumpuk. Sampai satu pesan dari Mesti menghentikan pergerakan jariku.

'Gimana Mas Ursa? Chat apa dia? Kemaren dia ngeliatin lo terus. Gak bolong apa punggung lo di tatap tajem gitu?'

Lalu dibawahnya ada pesan Vinna yang menyiratkan kekagetan.

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang