Bonus.

4.6K 400 18
                                    

Seruan sah memenuhi ruangan yang sudah di dekorasi sedemikian rupa cantiknya, mempelai pria berteriak semangat sambil melakukan selebrasi. Para tamu undangan yang hadir hanya tertawa geli melihat apa yang dilakukan Johan.

"Hayo di tanda tangan dulu ya pengantin baru." Ucapan Pak penghulu menghentikan aksi Johan, dirinya hanya melemparkan cengiran tak bersalah sedangkan si mempelai wanita berusaha menetralkan gugup serta salah tingkahnya yang membuat kedua pipinya makin merona.

"Kalian jangan lupa loh ya abadikan momen ini yang banyak." Para tetua hanya menggeleng tak habis pikir, sedangkan para sepupunya berseru malas.

Ursa yang melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Leetha hanya memandang geli pada Johan di depan sana. Dirinya sengaja membawa Leetha kebarisan belakang karena ada beberapa teman lelaki semasa Johan sekolah dulu. Untungnya saat ini Leetha menggunakan heels setinggi 9 cm, jadi tinggi badannya yang sedikit mampu mencapi bibir Ursa dan juga mampu melihat ijab qobul di depan saja.

"Weh Jovan! Di pepet terus ceweknya, kenalin kali Van!" Lelaki dengan tinggi yang menjulang menyapan Ursa ramah dan ramai. Ursa dan Leetha yang berdiri saling menempel, di tatap penuh oleh mata pria yang beberapa saat lalu menyapa Ursa.

"Lo gak lihat tangan gue udah begini? Lo masih ganjen juga? Gak berubah lo ya emang." Jawab Ursa datar, sedangkan si lelaki malah tertawa geli.

"Jangan gitu lah. Jadi siapa nih Van? Sodaro lo kan?" Ursa mendecak sebal, seniornya yang satu itu memang hobi sekali meledeknya.

"Leetha Bang." Leetha memperkenalkan dirinya tanpa jabat tangan.

"Wih merdu banget suaranya. Panggil aja aku Dirga."

"Bangsat!" Setelah Ursa bergumam lirih. Dan di detik itu pula pekikan kaget terdengar lumayan kecang. Leetha baru saja mendaratkan cubitan mautnya di perut samping Ursa.

"Maaf sayang, keceplosan."

"Gila! Si Jovan yang cuek jadi Bucin!" Pria yang memperkenalkan diri dengan nama Dirga itu tertawa dengan tepukan tangan heboh.

"Berisik lo ye!" Datang lagi lelaki berkulit pucat. "Hush sana. Jangan gangguin sepupu gue!" Sambung si lelaki dengan kulit pucat mengusir Dirga datar.

"Ini sepupu Mas juga, Radit namanya, tinggalnya gak di Jakarta." Leetha mengangguk singkat menyapa Radit.

Merasa tak lagi bisa menggoda Ursa, Dirga izin pergi kembali ke barisan depan.

"Gak kesini sama Mbak Dian, Mas?" Kepala Radit mengarah pada gerombolan perempuan yang sedang berfoto-foto sebagai jawaban dari pertanyaan Ursa.

"Kenapa gak ikut Taa?" Pandangan Radit lalu turun ke tangan Ursa yang masih terparkir erat di pinggang Leetha. "Lepasin kali Van!" Lanjut Radit yang mengetahui jika Ursa lah yang menahan Leetha.

"Ikut foto-foto sana." Radit menarik tangan Ursa yang kini menggelantung bebas di udara. Ursa yang tak berani membantah hanya menutup rapat mulutnya. Pasalnya Radit ini salah satu kakak yang ia segani, karena itu Ursa tak berani membantah apalagi alasannya menahan Leetha memang tak masuk akal.

"Sorry Mas gak bisa ikut acaramu, Mbakmu kandungannya lagi gak bisa diajak kemana-mana minggu lalu." Radit kini berdiri bersebelahan dengan Ursa.

"Gak masalah Mas, lagi pula covid juga kan. Niatnya juga Jovan mau bawa Ayah sama Bunda aja, ehh malah diomelin." Balas Ursa.

"Jelas. Lamaran itu seenggaknya bawa 2-3 keluarga. Jadi calonmu juga merasa di terima keluarga kita." Semprot Radit dengan datar, Mas nya yang satu itu memang jempolan kalau soal poker face.

"Jadinya tanggal 19 Desember kan?" Tanya Radit yang pandangannya kini mengarah ke depan.

"Iya Mas, 19 Desember. Kemungkinan di gedung ini juga kalo masih pandemic." Radit mengangguk-angguk mengerti.

"Keluarga tolong berkumpul ke depan ya, mau diadakan foto keluarga dulu." Mendengar pengumuman, Ursa dan Radit melangkahkan patuh ke tempat yang di umumkan oleh pembawa acara.

"Sini ya Mas, geser- geser." si pengarah menggerak-gerakkan tangannya sebagai tanda.

"Nah gitu. Mbak yang pojok geser sedikit supaya gak ada celah." Fotografer terus memberikan arahan setiap 2 kali pengambilan gambar. Mulai dari foto berpasangan, khusus orang tua, khusus sepupu, keluarga besar sampai pada foto dengan posisi bebas. Dan sudah pasti Ursa langsung menghampiri Leetha yang besebelahan dengan Bundanya.

"Yaelah bang gak mau banget jauhan sama Kak Leetha sih." Gerutu sepupu perempuannya yang kebetulan menempati posisi di sebelah kiri lain Leetha.

"Siap ya. Satu, dua, tiga!" Sebelum tombol di tekan, Ursa merangkul pundak Leetha dan menggeserkan tubuhnya lebih dekat dengan Leetha.

"Cheesseee" teriakan terdengar disambut flash shutter kamera.












* * * * *

Gambar aku dapat dari pinterest ya, sourcenya ada kok digambar.

24/07/21 - 16.30

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang