Hingga jam pulang membubarkan karyawan, Lia belum juga bertemu Lusty. Padahal beberapa kali Lia sengaja datang ke meja resepsionis, bahkan Lia menanyakan keberadaan Ursa dengan mengirimnya pesan.
"Lusty belum balik juga Ning?" Lia yang menyampirkan tasnya dibahu kembali berhenti di meja resepsionis.
Bening yang sedang merapikan meja menghentikan kegiatannya dan memandang Lia dengan tatapan lurus. "Kan tadi sudah saya bilang Bu, Lusty gak balik lagi ke kantor. Tadi dia izin saat jam makan siang." Jawab Bening.
"Saya tau, tapi saya mastiin aja lagi." Lia berlalu dari meja resepsionis dengan dagu yang terangkat tinggi. Manik Bening mengikuti tubuh Lia sampai sepenuhnya keluar dari pintu kaca buram.
"Dasar gila." Gumam Bening dan kembali melanjutkan kegiatannya merapikan meja.
Berpindah pada ruangan karyawan, Dio yang sudah siap untik pulang memutar tubuhnya guna menatap pada Leetha.
"Kamu mau bareng saya lagi atau dijemput Taa?"
"Aku dijemput kok Pak." Balas Leetha.
"Kamu Na, mau bareng gak?"
"Saya bawa mobil kok Pak." Sam seperti Leetha, Vinna menolak tawaran yang diberikan Dio.
"Tuh, emang cuma bawahan saya yang keren, si Lia aja kalah sama kamu Na."
"Diakan anak konglo kesasar Pak." Leetha mendongak dan ikut menanggapi kalimat penuh bangga Dio.
"Kamu pucet amat Taa, kenapa?"
"Biasa Pak. Lambungnya ngajak main." Vinna yang mewakilkan Leetha, menjawab pertanyaan Dio.
"Kamu makan pedes tadi Taa?"
"Aku gak tau bakal sepedes itu Pak."
"Mau pulang sama saya aja? Abangmu udah sampai mana?" Dio kembali menghampiri Leetha yang sudah merebahkan kepalanya di meja.
"Saya juga udah nawarin Pak. Dia keukeuh nunggu Abangnya. Bapak duluan aja, saya gak bakal ninggalin Leetha sendiri kok Pak." Vinna mencegah Dio yang sepertinya akan memaksa Leetha pulang bersamanya.
"Yaudah kalau gitu, kalau belum mendingan besok gak usah masuk aja Taa. Kerjaan kamu alihin ke Vinna." Dio menepuk kepala Leetha beberapa kali sebelum beranjak pergi.
Vinna dengan segera menarik kursi mendekati Leetha setelah kepalanya memeriksa sekitar, memastikan semua rekannya sudah pulang.
"Gimana gue gak makin curiga, Pak Dio lama-lama mencurigakan banget Taa gerak-geriknya." Leetha tak memberikan jawaban. Dirinya sibuk menenangkan perutnya yang masih saja bergejolak.
Hening cukup lama menemani mereka, Vinna akhirnya menggerakkan tangannya kearah kepala Leetha. Mengelusnya penuh sayang.
"Aku gak ada tenaga buat jawab deh, aku jawab lain waktu ya." Seperti orang yang habis berlari jauh, Leetha menjawab lirih setelah jeda diam cukup lama.
"Bisa gak si lo tuh gak ngeyel, jangan makan pedes gitu loh Taa. Lo gak bakal mati kalau berenti makan pedes. Yang ada lo malah mati kalau terus-terusan makan pedes!" Tangannya masih terus mengelus kepala Leetha penuh sayang tak menghentikan keinginan Vinna untuk mengeluarkan omelannya.
"Mau gue balurin minyak telon gak perutnya? Biar hangat." Leetha menggelengkan kepalanya pelan.
"Tolong cekkin hp aku Na, Abang udah telepon belum." Vinna batal mengambil ponsel yang tergeletak diatas meja karena tiba-tiba suara berlarian memenuhi lorong, gema langkahnya terdengar semakin mendekati ruangan dimana Leetha dan Vinna berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Let Me Know
General Fiction"Jadi 'anak' kesayangan itu enak." Kata Taleetha, Leader HRD GA TReasars Grup. Leetha, atau biasanya dipenggal menjadi 'Taa' kembali mempertanyakan keberuntungan yang setiap hari menemaninya, tetapi selalu hilang setiap hari Sabtu. 'Oke, bukan men...