Welcome Nio!

5.1K 399 54
                                    

Leetha duduk dengan tenang di sebelah Bundanya, sedangkan si suami terlihat sibuk mengupas jeruk di salah satu sofa single yang ada di dalam ruangan rawat VIP rumah sakit di daerah Jakarta Selatan.

"Masih sering ngantuk sayang?" Lala mengusap perut Leetha yang terlihat sedikit menyumbul di balik bajunya.

Setelah Leetha melakukan pemeriksaan ke Dokter dan di dalam perutnya positif tengah mengandung hasil kerja Ursa, Mulailah hari paling luar biasa untuk Leetha dimulai. Bukan karena mual, tetapi kantuk lah yang selalu datang di waktu yang tak Leetha sangka. Jamnya pun random seperti mood Leetha. Di kamar mandipun beberapa kali ia hampir tertidur saat sedang poop, padahal baru dua menit berada di dalamnya. Di kantor juga sama, untungnya seluruh rekannya memaklumi, terlebih Leetha selalu bisa membereskan pekerjaannya tanpa ada kesalahan. Setidaknya kinerja Leetha tak dipengaruhi kehamilannya.

"Masih Bunda, sekarang malah aku pengen bobok aja liat paha Bunda yang menganggur." Ayah yang mendengar jawaban polos menantu kesayangannya itu tertawa kencang.

"Aaaa.." Ursa yang memang duduk bersebelahan dengan Leetha menyodorkan 2 potong jeruk yang sudah bersih ke depan mulut si istri. Leetha tentu saja menerimanya dengan senang hati. Tangannya juga sigap mengambil tissue yang tersedia diatas meja untuk menampung biji jeruk dari dalam mulutnya.

"Kontrol lagi kapan? Sama Bunda dan Ibu dong Taa, jangan sama Jovan terus." Ursa yang mendengar namanya disebut, ikut dalam obrolan. "Wajarlah. Akukan suaminya Bun, aku Ayah dedek di perut Leetha kalo-kalo Bunda lupa."

"Bunda mertuanya, terus Ana itu Ibunya Leetha. Yang melahirkan Leetha, mau apa kamu hah?" Balas Lala sengit. "Lagiankan kamu udah temenin Leetha kemarin Van, bulan ini gantian Bunda sama Ibu Ana yang temenin." Lanjutnya.

"Gak bisa gitu dong Bunda." Balas Ursa yang masih dengan telaten menyuapkan buah ke mulut istrinya setiap melihat mulut Leetha berhenti mengunyah.

"Bisa dong Van!" Ucap Lala sebelum menoleh dan meminta bantuan pada suaminya. "Ayah, Jovan gak mau ngalah." Bukannya memberikan jawaban atau dukungan, Harist malah mengeluarkan kekehannya.

"Iya, besok aku sama Bunda dan Ibu ya periksanya. Ayah mau ikut juga boleh, Leetha seneng kok kalo rame-rame." Ursa yang mendengarnya melotot tak setuju dengan cepat.

"Tuh denger! Denger itu Jovan! Omongan bumil harus diturutin! TITIK!" Bunda menggoyangkan tangannya heboh.

Tak lama pintu terbuka, datang Diana yang tengah dipapah Johan masuk ke dalam ruangan dengan perlahan. Leetha yang melihat Diana kesusahan sontak berdiri dan ikut menuntun Diana yang sudah selesai dengan kegiatan berkelilingnya guna melancarkan proses persalinan.

"Uhhhhh." Diana membuang nafasnya melalui mulut dengan usaha yang kentara.

"Semangat Mbak Diana." Berucap pelan, Leetha menggenggam lebih erat tangan Diana.

Diana berhasil duduk di pingguran ranjangnya dibantu oleh Johan dan Ursa. Sedangkan Leetha hanya menggenggam tangan calon Ibu di depannya itu dengan lembut dan usapan-usapan menenangkan.

"Mulesnya udah dateng tiap berapa menit Han?" Lala ikut menghampiri ranjang.

"Gak ngitungin Bun aku, tapi kayaknya makin sering." Jawab Johan yang sudah berdiri disisi kanan istrinya.

"Ya Allah." Diana kembali meringis.

"Sabar ya nak, adeknya lagi cari jalan keluar." Ujar Lala lembut ketika ringisan Diana tak juga berhenti terlontar.

"Uhh Mama Mas."

"Iya sayang, mama lagi di jalan."

Diana mencengkram lebih erat menyalurkan sakit yang makin sering datang.

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang