Leetha sudah bersiap di kursi depan sambil memainkan ponselnya, menunggu Malik yang masih bersiap di dalam rumah. "Bareng Bapak aja?" Tanya Randu yang keluar dari rumah membawa serta helmnya. Leetha hanya mendongak dan mengangguk.
"Yaudah Abang berangkat sekarang." Leetha mengadahkan tangannya, meminta tangan Randu untuk di cium. Menerima uluran Leetha, Randu memberi bonus dengan kecupan di kening Leetha.
"Mukamu pucet banget, di kantor nanti masker jangan di lepas. Minum air putih yang banyak, jangan minum es dulu, jangan makan pedes dulu, dan jangan makan terlambat. Kalau bisa kamu beli roti buat cemilan." Wajah Leetha berubah sumringan mendengar rentetan kalimat Randu. "Gak usah cengar-cengir gitu. Dilaksanakan Dek. Abang jalan, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Leetha melambaikan tangannya kearah Randu.
Drrtt.
Ponsel di tangannya berdering, kali ini dengan volume yang wajar. Memilih opsi terima, Leetha menempelkan ponsel ke telinga kanannya.
"Assalamualaikum." Salam mengalun lembut masuk ke dalam telinga Leetha.
"Waalaikumsalam"
"Udah jalan? Jadinya sama Bapak kan?" Leetha menggelengkan kepalanya. "Belum Mas, iya aku jalan sama Bapak."
"Nanti jangan makan yang pedes-pedes dulu loh ya."
"Iya Mas, pesannya sama nih kaya abang. Gak kreatif."
"Iya jelas sama. Kamukan gak enak lagi lambungnya, gak mungkin Mas nyuruh kamu minus es atau makan pedes."
"Iya gak."
"Yaudah, nanti kabarin kalo udah sampe kantor ya."
"Oke, Assalamualaikum." Patuh Leetha. "Waalaikumsalam."
Bersamaan dengan sambungan telepon yang terputus, Malik keluar dengan kaus kaki di tangannya. "Ayo Taa."
"Ngajakin ayo tapi Bapak belum pake sepatu." Malik hanya tertawa singkat dan melanjutkan kegiatannya memakai alas kaki.
"Gimana kemarin liburannya?"
"Enak Pak, sejuk banget. Bapak kapan bisa cuti? Kesana berempat ya Pak." Pinta Leetha dengan mata mengarah lurus ke arah Malik.
"Bapak belum tau bisa cuti kapan, projek Bapakkan goal semua, bisa jadi sampe awal tahun belum bisa cuti."
"Ayo." Belum sempat Leetha menjawab, Malik sudah berdiri dari duduknya dan mengenakan helmnya.
Leetha ikut berdiri dan memakai masker serta helmnya yang sejak tadi ia letakkan di meja, menghampiri Ayahnya yang sudah siap di atas motor maticnya.
"Tumben pake setelan begitu Taa?" Motor Malik sudah keluar sepenuhnya dari rumah, membelokkan stangnya kekanan menuju jalan raya.
"Nanti adek mau meeting, terus lagi pengen aja pakai baju ini. Udah lama gak di pake."
"Gimana perkembangan kamu sama Ursa itu?"
"Baik Pak." Jawab Leetha singkat guna memberi jeda sebelum melanjutkan kalimatnya, "Kalau adek terima ajakan Mas Ursa buat nikah gimana?"
Saling terdiam selama beberapa saat, Malik memberikan mengajukan pertanyaan. "Kamu udah pikirin semuanya?"
Leetha melihat spion yang terdapat pantulan wajah Ayahnya disana. "Udah. Yang paling penting dari semua hal, Mas Ursa bisa sayang Ibu." Jawab Leetha.
"Gak mau tunggu 1 atau 2 tahun lagi?"
"Buat apa?"
"Buat habisin waktu lebih banyak sama Bapak."
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Let Me Know
General Fiction"Jadi 'anak' kesayangan itu enak." Kata Taleetha, Leader HRD GA TReasars Grup. Leetha, atau biasanya dipenggal menjadi 'Taa' kembali mempertanyakan keberuntungan yang setiap hari menemaninya, tetapi selalu hilang setiap hari Sabtu. 'Oke, bukan men...