"Katanya apa?" Alin langsung mengajukan pertanyaan tepat setelah aku menutup panggilan.
"Kepencet." Jawabku singkat.
"Masa ngomong ke pencet aja lama banget. Lo juga tadi jawab iya- iya Taa!"
Aku terkekeh geli. Lucu juga melihat ekspresi mereka yang penasaran. Lalu berniat memberitahukan apa saja yang aku dan Mas Ursa bicarakan, ponselku kembali mendapatkan panggilan masuk.
"Siapa lagi itu, gila ya hp lo rame banget!"
Aku mengangkat ponsel dan memperlihatkannya pada mereka yang dengan segera melebarkan senyum.
"Silahkan diangkat, kalau bisa speakernya di aktifkan ya Taa." Pinta Mesti dengan suara yang di lembut-lembutkan.
"Lo pikir toa masjid." Aku menggeleng-geleng heran mendegar sahutan Alin.
Bertiga saja udah seramai ini, apalagi ditambah Vinna. Mesti dan Vinna terlalu cocok untuk memicu keributan.
"Assalamualaikum Abang, ada apa lagi?"
"Kamu mau balik jam berapa?"
"Abang baru telepon 5 menit lalu dan menanyakan hal yang sama loh." Balasku setelah mendengar pertanyaan yang sama di lontarkan oleh Abang.
"Kamu jadinya mau pulang jam berapa Dek?" Melirik ke arah dua temanku yang juga ikut mendengarkan, aku melemparkan tanya pada keduanya.
"Kita habis ini jadi muter-muter dulu?" Aku memastikan kegiatan selanjutnya.
"Gak jadi deh, udah mau jam 5. Mall juga tumben gak terlalu ramai, padahal malam minggu." Alin yang menjawab.
"Orang waras mana yang mau belanja atau hangout saat kondisi lagi begini Lin." Jawaban laim Mesti membuat aku dan Alin memutar mata jengkel bersamaaan.
"Lo gak waras dong berarti." Sengit Alin.
"Eh iya juga ya?" Setelah mendapat jawaban yang kurang jelas, aku mengkonfirmasi ulang mengenai pembicaraan kami bertiga pada Abang yang masih setia menunggu jawabanku.
"Jemput sekarang aja Bang."
"Ok. Abang kira-kira sampe 15 menitan lagi ya."
"Ya, hati-hati." Belum juga membuka kunci ponsel, panggilan lebih dulu tertutup.
Meraih tas, aku memasukkan ponsel dan menukarnya dengan dompet. "Tadi pakai uang siapa? Totalnya?"
"Kaya sama siapa lo!"
"Ehh tapi ada imbalannya, Lo harus up to date ya tentang Cowok itu Taa. Grup kita masih ada loh Taa, malah selalu paling atas posisinya." Lanjut Mesti.
"Di whatsapp lo aja grup kita paling atas, di gue sih tetep kalah dari Doi!" Sela Alin.
"Halah bucin!"
"Sirik lo Met!"
"Udah ayo, kita mulai diliatin." Aku menghentikan aksi keduanya dan memakai kembali masker yang sebelumnya kusimpan di tas. Mesti dan Alin juga dengan segera menggunakan masker.
"Kamu ikut aku aja dulu Taa, nanti biar nunggu di mobil." Alin menahan lenganku saat kami akan berpisah arah. Alin dan Mesti menuju parkiran, sedangkan aku berniat menuju lobby.
"Betul, gue mau lihat Abang ganteng."
"Bisa ya kalian." Ujarku dengan tangan mengarah lurus bergantian ke arah mereka.
"Bukannya kamu punya pacar Lin?" Walaupun begitu aku tetap mengikuti mereka ke parkiran.
"Baru pacar Taa, bukan Suami." Balasan santai dari Alin lagi-lagi berhasil membuat Mesti berkomentar sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Let Me Know
General Fiction"Jadi 'anak' kesayangan itu enak." Kata Taleetha, Leader HRD GA TReasars Grup. Leetha, atau biasanya dipenggal menjadi 'Taa' kembali mempertanyakan keberuntungan yang setiap hari menemaninya, tetapi selalu hilang setiap hari Sabtu. 'Oke, bukan men...