Dua puluh enam

4K 461 65
                                    

Meeting baru saja selesai saat jam tepat mengarah pada pukul 15.24, tentunya saat rapat tadi disisipkan waktu untuk makan di dalam ruangan. Seluruh pekerjaan dibicarakan, dari yang sudah selesai baru-baru ini sampai pekerjaan yang akan dilaksanakan. Menghabiskan banyak waktu untuk membahas kolam renang dan lapangan futsal.

"Yang tadi langsung di progress ya, rapat selanjutnya kemungkinan hari Senin atau Selasa." Pak Rama melihat samping kanan dan kirinya. "Satu lagi Taa, jadwal buat minggu depan samaain aja." Pak Rama kemudian menutup meeting. Para peserta keluar satu persatu, sedangkan aku masih menunggu untuk keluar. Biarlah paling belakang, lagipula ruanganku masih berada di lantai yang sama.

"Balik sama siapa Taa?" Pak Dio yang bertanya, masih terlihat duduk bersebelahan dengan Pak Putra.

"Kayanya online Pak." Jawabku dengan tangan yang mengeluarkan ponsel di dalam saku yang sejak tadi terus bergetar. Modenya sudah ku rubah menjadi getar, jadi hanya getar yang terasa.

Menekan tombol lock, banyak pesan Mas Ursa serta panggilan tak terjawab darinya. Aku memang lupa mengabarinya, padahal tadi sesekali aku mengeluarkan ponsel untuk mengecek sesuatu. Tapi pesannya malah aku lewatkan begitu saja. Akhirnya aku memilih menelponnya, sambil berjalan keluar ruangan mengikuti Pak Dio dan Pak Putra.

"Assalamualaikum Mas, sorry tadi rapat."

"Mas udah sampai di kantor ya." Aku menghentikan langkah di detik yang sama setelah kalimat Mas Ursa selesai. "Hah gimana?"

"Iya, pulang sama Mas ya. Ini Mas di ruangan mau ke tempat kamu."

"Yaudah iya, nanti kalo udah keluar aku whatsapp."

"Siapa Taa?" Pak Putra yang bertanya, "Jovan ya?" Lanjutnya.

"Itu anak misuh-misuh aja pas saya kirim foto kamu yang lagi konsen tadi." Aku melihat Pak Putra, pantes aja Mas Ursa mengirimi banyak pesan wanti-wanti yang aku gak ngerti itu buat apa. Biar ku kasih tau satu-dua pesannya, isinya gini:

Besok-besok gak udah dipake lagi ya sayang gak kasian sama Mas yang senam jantung?

Di semua grup kantor fotomu menyebar loh

Dan masih banyak lagi.

"Bapak si bilang-bilang, coba diem aja." Kataku.

"Seneng aja ledekin dia yang lagi jauh disana, sedangkan kamu disini di kelilingin jomblo haus belaian." Kulihat Pak Dio menepuk pundak kawannya itu kencang. "Leetha masih kecil! Ngomongnya yang bener." Tertawa singkat, Pak Putra pamit untuk kembali ke ruangannya tapi diikuti juga oleh Pak Dio di belakangnya.

"Taa!" Baru juga melewati kubikel tengah, suara Pak Rama menghentikanku.

"Balik aja kamu, sorry ya. Saya kira tadi cuma sampe siang aja rapatnya. Ternyata panjang." Aku membalas Pak Rama dengan oke. Aku kembali membuka ponsel yang sejak tadi kugenggam bersama buku note, mengirimkan pesan untuk Mas Ursa.

"Taa tadi saya ketemu Jovan di ruangannya." Pak Budi melongokkan sedikit kepala. "Iya Pak, ini mau saya samperin. Makasih ya Pak." Aku berjalan cepat kearah ruangan pojok.

"Kamu balik sama siapa Na?" Aku masuk dan langsung merapikan barang-barangku.

"Sama Koko Bu." Aku berdiri di depannya, tas menggantung di bahu kananku, face shield juga sudah kuganti dengan masker. "Oke, aku duluan ya. Salamin buat Mama dan Papa. Byee." Setelah mendengar jawaban Vinna, aku keluar dengan tergesa. Padahal hak cuma 5 senti, tapi selalu sukses menghambat jalanku.

"Buru-buru amat Taa." Mbak Diana baru aja keluar dari ruangannya, memakai jaket kulit yang terasa familiar dimataku. Sepertinya Mbak Diana ingin keluar juga.

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang