Tujuh

4.8K 570 21
                                    

Senin berakhir dengan tenang, walaupun sempat terjadi kecanggungan saat makan siang, sisa hari Leetha dijalani dengan damai. Barang gudang untuk Engeneering sudah sampai, Leetha bernafas lega saat mengetahui yang mengambil bukan Ursa. Saat pulangpun Leetha tak menemukan Ursa.

Selasa dan rabu juga dilalui Leetha dengan lancar, malah terlalu lancar, Dirinya belum juga melihat Ursa sejak makan siang pada hari Senin. Padahal Leetha sering bertemu dengan Pak Putra, tapi sejak siang itu Ursa seperti 'hilang' ditelan bumi. Pak Dio dan Pak Ramapun terlihat seperti biasa, tak menganggap aneh 'hilangnya' Ursa. Yang membuat Leetha lumayan sebal adalah, dirinya tak mengetahui alasan 'hilangnya' Ursa ini. Setidaknya, jika Ursa sedang perjalanan bisnis atau berhubungan dengan pekerjaan pasti Leetha yang tau lebih dulu. Jikapun berhubungan dengan hal pribadi, pasti Leetha juga akan tau.

Lalu hari kembali bejalan cepat dan sampai pada hati kamis, Leetha menggunakan Celana jeans dipadukan dengan kemeja dan sneaker. Tampilannya persis remaja jaman sekarang, bahkan dirinya sempat diledek 'anak magang' yang salah tempat oleh beberapa rekannya. Jarum pendek pada jam yang menggantung di dinding menunjuk pada angka 11, jarum panjangnya tepat berada diangka 11 juga.

"Taa, kayanya kita bakal ada WFH lagi." Pak Dio mengangkat pandangnya dan melihat Leetha yang menempati meja pojok.

"Taa!"

"Ya Pak hadir." Leetha menengokkan kepalanya kearah Pak Dio.

"Kamu ngelamunin apa si Taa?"

"Gak ada Pak. Tadi gimana Pak? Kurang denger aku." Leetha memutar kursinya menghadap Pak Dio.

"Bukan kurang denger, kamu emang gak denger Taa." Leetha hanya meringis malu.

"Pak Rama bilang mau WFH lagi. Kamu bikin jadwal lagi deh."

"Baik Pak siap."

"Yah saya gak bisa gosip lagi dong Pak?" Vinna yang sejak tadi menyimak obrolan, ikut membuka suara secepat Leetha mengiyakan perintah atasannya.

Leetha memberikan tatapan tajamnya pasa Vinna sebelum kalimat tanya selanjutnya ia layangkan.

"Mau dimulai kapan Pak?"

"Belum dikabarin lagi sama Pak Rama. Kamu bikin namanya aja dulu."

Leetha segera membuka lembar excel, membuat format bagian dan tanggal. Tangannya dengan cepat mengetikkan nama beberapa karyawan yang sudah menjadi karyawan tetap. Karena beberapa kondisi, perusahaan membuat kebijakan yangmana karyawan tidak tetap akan di pekerjakan seperti biasa, mengingat gaji yang nantinya mereka terima tidak akan penuh.

"Bu mau makan disini atau keluar?" Vinna mengintrupsi Leetha.

"Keluar yu Na, ke kalcit aja gimana?"

"Sekarangkan bukan Jumat atau Sabtu Bu."

"Aku pengen ramen Na." Jawab Leetha masih dengan mata dan jemari yang sibuk dengan perangkat komputer.

"Kan di atas ada Bu."

"Udah buka Na emang?"

"Kemarin Bu bukanya, grand opening nih Bu, pasti banyak potongan." Ujar Vinna melempar tawaran bagus.

"Boleh tuh, bentar save fileku dulu." Jari yang tadinya menari-nari ditas keyboard, dialihkan ke mouse hingga terdengar bunyi klik-klik-klik beberapa kali.

"Bapak mau dibungkusin atau gimana?" Leetha beranjak dari kursi dan menanyakan makan siang atasannya.

"Nanti saya juga mau keluar sama Pak Putra. Kamu jangan pedes-pedes Taa makannya."

end | Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang