PART 26

51 5 0
                                    

Happy Reading


Sifa dan rindu saling berpelukan , matanya sudah basah karena tak dapat menahan air mata bahagianya. Hari ini hari kelulusan Sifa dan rindu. Mulai hari ini nama mereka akan bertambah panjang dengan gelar sarjana nya . Setelah melewati proses yang panjang kini mereka berdua bisa merasakan menjadi lulusan terbaik dikampusnya seperti ucapan bara setahun yang lalu.

Ngomong-ngomong soal Bara , hari ini Sifa tidak melihat kedatangan cowok itu untuk sekedar memberikan ucapan selamat kepadanya seperti yang ia lakukan saat kelulusan bara kemarin. Padahal Bara janji akan datang ke acara wisudanya namun ahh sudahlah mungkin Bara masih sibuk.

"Selamat yaa sayang , sekarang kalian berdua sudah jadi sarjana. Umi bangga banget sama kalian bisa jadi lulusan terbaik dikampus ini" ucap umi nya Sifa sambil mengusap kepala Sifa dan Rindu.

"Makasih umi , semua ini berkat doa umi sama ayah juga . Makasih udah support Sifa selama ini " Sifa mencium pipi uminya .

"Iyaa makasih yaa umi selama ini udah baik banget sama Rindu , udah nganggep Rindu kaya anak umi sendiri , maaf Rindu sering ngerepotin umi , sering numpang nginep sama makan dirumah umi" ucap rindu , sedekat itu memang Rindu dengan Ratna sampai ia memanggil Ratna dengan sebutan umi sama seperti panggilan Sifa.

"Sama-sama sayang kamu juga kan memang sudah seperti anak umi , umi tidak pernah merasa direpotkan sama kalian" umi tersenyum melihat dua anak gadis yang sudah tumbuh dewasa ini.

"Ohh iyaa mamah kamu kemana? Tadi umi tinggal kekamar mandi sebentar kok sekarang gak ada?" Tanya umi

"Tadi mamah sama papah udah pulang duluan umi , mereka nitip salam aja sama umi soalnya Tante Mira mau Dateng kerumah jadi mamah buru-buru pulang deh" jawab rindu.

"Ohh gitu yaudah sekarang kamu mau pulang atau mau ikut umi kerumah?"

"Hmmm ikut kerumah umi boleh?" Tanya rindu

"Boleh dong sayang , ayo kita pulang"

Sifa memandangi foto dirinya dan Rindu yang sudah ia bingkai dan digantung didekat meja belajarnya.
"Rin nanti aku pasti kangen banget sama kamu kalo kamu udah sibuk sama kerjaan kamu" ucap Sifa tanpa mengalihkan pandangannya dari foto.

"Kita bakal tetep sering ketemu kok sif , gue juga gak mungkin bisa jauh-jauh dari lo" ucap rindu yang mulai berkaca-kaca lagi.

"Jangan bikin gue sedih deh" benar saja sekarang Rindu sudah banjir air mata. Sifa memutar bola matanya malas, mengapa sahabat nya itu menjadi sangat cengeng hari ini .

"Kamu kenapa cengeng banget sih hari ini , seorang Rindu seharian mewek ihh gak banget deh" ucap Sifa sambil tertawa.

Terlihat rindu yang sedang mengelap ingus nya dengan tisu. Matanya sudah bengkak karena sedari pagi tak berhenti menangis . Entah apa yang ia tangisi Sifa pun tak tau. Jika alasan nya terharu karena kelulusan nya bukan kah acaranya sudah selesai dan seharusnya dia sudah berhenti menangis dari tadi.

"Udah ahh daripada nangis terus mending kita jalan-jalan sore yuk" ajak Sifa sambil bangkit dari tempat duduknya.

Rindu mengangkat alisnya sebelah "mau kemana?" Tanya Rindu

"Jalan-jalan aja sekitar komplek nyari angin segar" ucap Sifa.

Bukannya bangun Rindu malah merebahkan tubuhnya dikasur dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya. "Males ahh capek cuma jalan-jalan doang mah mending gue tidur , mata gue ngantuk banget nih" ucap rindu dengan suara lelahnya.

Sifa tidak dapat memaksa karena ia juga merasa kasian pada rindu yang terlihat lelah akhirnya ia memutuskan untuk jalan-jalan sendiri. Setelah pamit pada uminya , Sifa mulai berjalan entah kemana tujuannya yang penting ia keluar dari rumahnya karena merasa bosan.

Tepat didepan gedung karang taruna yang pernah Sifa datangi bersama Gita beberapa waktu lalu ia melihat ada banyak orang yang sedang berkumpul disana dan lihatlah ada Gita disana yang sekarang sedang melambaikan tangan nya pada Sifa mengisyaratkan agar Sifa menghampiri nya.

Sifa pun menuju kearah Gita berdiri tepat di teras ruangan tempat Sifa dan Ali mengobrol waktu itu.

"Ada apa sih Git? Kok tumben rame?" Tanya Sifa yang sedari tadi penasaran.

"Ohh biasa anak-anak marawis cuma lagi ngumpul aja soalnya besok pak ustadz mau ke pesantren nya dulu" jawab Gita

Sifa mengangguk-anggukan kepalanya tapi dirinya merasa ada yang mengganjal setelah mendengar bahwa tetangganya itu akan pergi ke pesantren nya lagi bukankah dia sudah lulus jadi untuk apa dia pergi kesana lagi.

"Emang nya pak ustadz mau pesantren lagi?" Tanya Sifa dengan wajah polos nya.

Gita tampak sedang berfikir sebelum menjawab pertanyaan Sifa. Apakah sepupunya ini belum mendengar kabar tentang guru ngaji adiknya ini.

"Hmmm emang nya kak Sifa belum tau kabar tentang ustadz Ali?" Tanya Gita membuat Sifa bingung , Sifa menggeleng dan tiba-tiba perasaan nya menjadi tidak enak menunggu jawaban yang akan Gita katakan.

"Pak ustadz ke pesantren karena mau mengkhitbah calon istrinya kak"

Deggg...

Ucapan Gita sukses membuat hati Sifa sesak , Sifa mematung ditempat tak mampu bergerak. Matanya melirik kearah Ali yang berada dibelakang Gita , terlihat laki-laki itu sedang mengobrol dengan anggota karang taruna yang lain.

Dengan suara bergetar Sifa kembali bertanya "siapa calonnya?" Susah payah ia menahan air matanya agar tidak menetes.

"Muridnya ustadz waktu dipesantren yang dulu Gita pernah ceritain ke kak Sifa" ucap Gita yang mulai ragu melanjutkan perkataannya karena melihat raut wajah Sifa yang berubah.

"Ohh gitu yaudah kalo gitu aku pamit pulang duluan yaa udah sore takut dicariin umi" ucap Sifa yang sudah tak bisa menahan air mata nya , tanpa menunggu jawaban Gita Sifa langsung pergi dari tempat itu membawa rasa sakit di dada nya.

Tanpa Sifa sadari ternyata Ali sempat melihat Sifa sebelum dia pergi , Ali langsung beranjak dari tempat itu mengikuti kemana Sifa pergi.

Sifa berhenti tidak terlalu jauh dari tempat tadi , dirinya sudah tak bisa membendung air matanya yang kini sudah membasahi pipinya. Tangisnya terdengar tertahan mengiris hati orang yang mendengar nya . Ali masih terdiam dibelakangnya , ia tidak tau apa yang terjadi pada Sifa sehingga menyebabkan nya menangis seperti ini.

"YaAllah sakit sekali mendengar kenyataan ini. Aku yang mencintai nya dalam diam , aku yang mendoakan setiap malam , aku yang menyebut namanya disetiap sujudku tapi mengapa wanita lain yang mendapatkan balasan cinta nya. Untuk apa aku menutup hati ku bertahun-tahun hanya untuk mempertahankan perasaan ku untuknya kalo akhirnya akan seperti ini. Bertahun-tahun aku menyimpan perasaan ini sendiri berharap suatu saat dia juga akan mencintai ku tapi ternyata semua waktu ku terbuang sia-sia. Kenapa mencintai nya sesakit ini" Sifa menumpahkan kesedihan nya.

Sakit sekali rasanya menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya untuk mencintai seseorang yang ternyata jodoh orang lain. Sifa menghapus air matanya yang sedari tadi tak berhenti mengalir .

"Apa maksud ucapan kamu?" Suara seorang lelaki mengejutkan Sifa yang masih sibuk menghapus air matanya.


BERSAMBUNG

THANKS ❤️

CINTA DIAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang