PART 27

63 6 0
                                    

Happy Reading



"Apa maksud ucapan kamu?" Suara seorang lelaki mengejutkan Sifa yang masih sibuk menghapus air matanya.

"Apa maksud kata-kata kamu Sifa?" Lelaki itu mengulang pertanyaan nya dengan suara yang sedikit ditekankan membuat Sifa tak mampu berkata apa-apa. Dengan sisa tenaga nya Sifa membalikkan tubuhnya menghadap seseorang yang sedang bertanya padanya.

Terlihat jelas wajah Ali dengan ekspresi yang sulit diartikan . Raut wajah yang datar dengan tatapan yang tajam membuat Sifa tak mampu menatap matanya. Sifa menundukkan kepalanya dan air mata nya kembali menetes. Sifa malu pada akhirnya orang yang namanya selalu ia sebut dalam doanya mengetahui semua ini. Dengan senyuman yang dipaksakan Sifa mulai membuka suara.

"Maaf- " kata-katanya tertunda karena lagi-lagi tangisnya tak dapat tertahan.

"Maafkan aku yang sudah lancang mencintai mu diam-diam. Maafkan aku yang tanpa ijin meminjam namamu untuk ku sebut disepertiga malam ku. Aku gak pernah menumbuhkan secara paksa perasaan ini, rasa ini muncul sendirinya tanpa aku minta. Aku sadar aku gak pernah pantas untuk lelaki seperti mu , maka dari itu aku rela menyimpan semua ini sendiri. Aku tidak pernah mengganggu mu dengan mengatakan perasaan ini padamu . Sampai saat ini kamu mengetahuinya ini semua diluar kendaliku. Maaf" ucap Sifa susah payah .

Ali benar-benar tidak menyangka ternyata teman kecilnya itu sama seperti wanita lain yang menaruh rasa pada dirinya. Ali tidak menduga Sifa bisa menyembunyikan semua ini bertahun-tahun sampai diapun tidak menyadari , Ali bingung menyikapi kejadian ini. Disatu sisi ada perasaan bahagia mengetahui bahwa teman kecilnya itu memiliki perasaan padanya namun disisi lain dia sudah menyiapkan semuanya untuk acara besok mengkhitbah Alisya. Tidak mungkin ia membatalkan rencana yang sudah ia susun semenjak mengenal Alisya.

"Boleh saya minta tolong sama kamu?" Tanya Ali pada Sifa

"Apa?" Kata Sifa masih dalam posisi menunduk , rasanya ia sudah tidak punya kekuatan hanya untuk sekedar melihat wajah Ali.

"Tolong hapus nama saya didalam doamu , karena saat ini saya pun tengah menyebut nama seseorang didalam doa saya dan sayang nya itu bukan nama kamu"

JLEEBBB

HANCURRRR

Mungkin hanya itu yang dapat mewakili perasaan Sifa saat ini , kata-kata Ali terdengar sangat menyakitkan menghancurkan dunia Sifa , menghancurkan semua harapan Sifa . Dimana Ali yang selalu berkata sopan dan lembut , dimana Ali yang senyum nya membuat hati Sifa luluh. Tolong ingatkan Sifa bahwa tidak ada lagi alasannya untuk tetap mencintai Ali.

Sifa menghapus kasar air matanya , dia harus menerima semua kenyataan ini . Dulu dirinya sendiri yang membiarkan semuanya terjadi. Dirinya yang memaksakan untuk memendam perasaan nya , sekarang biarkan dia terima semua rasa sakitnya . Sifa menahan agar air matanya tak lagi menetes lalu memaksakan senyuman dibibirnya.

Sifa memajukan langkahnya mendekati Ali , tepat didepan wajah Ali Sifa menatap mata Ali tajam . Tatapan yang tak pernah ia tunjukan pada lelaki itu.

"Pasti akan aku lakukan" kemudian Sifa memejamkan matanya menahan agar tak ada tetesan air mata yang keluar , menormalkan emosinya . Setelah itu Sifa kembali menunduk dan pergi meninggalkan Ali yang masih tidak percaya akan kejadian ini.

Ali menatap kepergian Sifa dengan perasaan yang campur aduk dalam hatinya.  Ada bagian hatinya yang terasa teriris melihat Sifa menangis. Wanita yang sejak kecil ia jaga, wanita yang selalu ia hapus air matanya hari ini malah dirinya sendiri yang menjadi penyebab tangisan nya . Sakit rasanya melihat tangisan Sifa yang tak pernah ingin dia lihat sejak dulu.
.
.
.
.
Sifa berlari dengan tenaga yang tersisa , sampai disebuah taman tempat yang selalu ia kunjungi. Sudah tak ada lagi air mata yang menetes mungkin sudah tak ada lagi yang tersisa . Hatinya sangat hancur , perasaan nya kacau Sifa tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia karena kelulusan nya tapi ia malah mendapatkan kado terburuk sepanjang hidupnya .

Sifa menatap lurus ke depan , tatapan nya kosong . Wanita yang tiga hari lalu genap berusia 21 tahun ini terlihat sangat menyedihkan bahkan orang yang melihat penampilan nya saat ini pasti akan merasa iba.

Wajahnya yang memerah matanya yang bengkak jilbabnya yang sudah tak serapih ketika ia keluar dari rumah membuat dirinya terlihat seperti anak yang diusir dari rumah oleh orangtuanya.

Sifa melirik ketika ada buket bunga yang tiba-tiba muncul dihadapan nya. Seorang laki-laki dari arah belakang menyodorkan buket bunga mawar merah ditangan kanan nya dan sebuah kotak hadiah ditangan kirinya. Sifa tak berminat mengambil nya , diapun tak mempunyai keinginan untuk menengok kebelakang mencari tau siapa orang yang melakukan itu.

Tak mendapat respon dari Sifa akhirnya laki-laki itu langsung duduk disamping Sifa dan terkejut mendapati wajah Sifa seperti orang yang sudah kehilangan semangat hidup. Laki-laki itu adalah Bara.

Bara berniat mendatangi rumah Sifa untuk memberikan hadiah atas kelulusan Sifa namun dijalan menuju rumah Sifa ia melihat ada seorang perempuan yang sedang duduk di bangku taman yang mirip dengan Sifa. Setelah memastikan bahwa itu benar-benar Sifa maka Bara langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Sifa . Niat nya mau membuat Sifa terkejut tapi malah dia yang terkejut melihat keadaan Sifa.

"Kenapa?"
Sifa melirik kearah Bara , sebenarnya Sifa kaget kalo ternyata orang itu Bara namun ia tak punya kekuatan untuk menampilkan wajah pura-pura bahagianya.

"Kamu abis nangis?" Ucap Bara yang kini menjadi panik.

Ucapan Bara membuat Sifa kembali berkaca-kaca. Dia sudah lelah sekali kalo harus kembali menangis.

"Kok diem aja? Kamu marah yaa karena aku gak dateng diacara wisuda kamu tadi siang. Maafin kakak yaa Sifa tadi pagi kakak masih diluar kota dan ternyata pesawat kakak delay akhirnya kakak telat datang ke acara wisuda kamu dan baru sampe sekarang . Ini kakak dari bandara langsung kesini cuma buat kasih hadiah sama kamu" Sifa hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Bara , senyuman yang sama sekali tidak ada manis-manisnya.

Bara mengerutkan keningnya , ia bingung apa yang telah terjadi pada Sifa sehingga membuatnya seperti ini. Bara ingin menanyakan nya pada Sifa namun ia ragu , Bara takut malah membuat Sifa semakin buruk.

Sifa kembali melirik kearah Bara yang masih setia memegangi buket bunga dan kado yang belum Sifa terima. Dia masih memasang wajah bingung nya , Sifa menjadi merasa bersalah karena mengabaikan ucapan nya sejak tadi.

Sifa pun tersenyum namun kali ini adalah senyuman yang manis seperti biasanya , tangan nya terulur mengambil bunga dan hadiah dari tangan Bara . Bara ikut tersenyum melihat Sifa yang sedikit lebih baik dari sebelumnya.

BERSAMBUNG

THANKS ❤️

CINTA DIAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang