PART 29

69 6 0
                                        

Happy Reading


Setelah menyelesaikan makan malam nya Sifa langsung masuk kedalam kamar tanpa mengucapkan apapun mengundang rasa penasaran uminya. Akhirnya Ami menuju kamar Sifa untuk menanyakan langsung pada Sifa. Tok tok tok

Tak lama pintu kamar terbuka dan pemilik kamar nya sudah berdiri dibalik pintu. "Ada apa umi?" Tanya Sifa bingung.

"Umi boleh masuk?" Tanya Ami

"Boleh dong" jawab Sifa dengan senyuman yang dipaksakan , sebenarnya perasaan Sifa masih sangat kalut dia masih tidak ingin banyak bicara namun dia tak bisa bersikap seperti itu didepan keluarga nya agar tidak ada yang curiga dengan sikapnya.

Sifa dan uminya masuk kedalam kamar dan duduk di tempat tidur. Mereka hanya saling pandang tanpa ada yang memulai pembicaraan. Ami menatap wajah anaknya dan melihat ada kesedihan didalamnya. Dia mengelus rambut Sifa yang sudah tak memakai jilbab. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Sifa berkaca-kaca, dia memang sangat membutuhkan tempat curhat namun dia belum siap menceritakan semuanya sekarang.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya umi lembut.

Sifa berusaha menahan air matanya agar tidak menetes."aku gapapa umi" jawab Sifa sambil tersenyum tipis.

Uminya menggeleng bertanda tak percaya dengan omongan Sifa. "Kamu gak bisa bohong dari umi" ucapan nya masih sangat lembut.

Sifa masih diam tak berbicara apapun. Matanya menatap uminya dengan tatapan memohon agar uminya tak memaksa dia untuk cerita sekarang. Ami sangat mengerti sifat anaknya itu, dia menggenggam tangan Sifa menyalurkan ketenangan.

"Yaudah kalo belum bisa cerita sekarang , kabarin aja kalo butuh temen curhat ya" ucap uminya sambil tersenyum.

Sifa membalas senyuman uminya "makasih umi".

Ami bangkit dari duduknya "sekarang kamu istirahat yaa"

Sifa hanya mengangguk kemudian merebahkan tubuhnya mencari posisi nyaman. Ami mematikan lampu kamar Sifa dan menyisakan lampu tidur. Kemudian dia keluar dari kamar Sifa.

Tangan Sifa kembali mengusap pipi lembutnya menghapus air mata yang entah sudah berapa banyak yang keluar. Bukan sehari dua hari dia memendam perasaan pada tetangganya itu tapi bertahun-tahun. Sudah pasti butuh waktu lama juga untuk melupakan nya.

"Ahh udah bener-bener kan lo jomblo aja segala-gala jatuh cinta sama tetangga sendiri ustadz lagi mana cocok sama lo , sekarang sakit kan ditolak mentah-mentah rasain tuh , emang paling bener lo jadi jomblo fisabilillah" Sifa bergumam sendiri kemudian memejamkan matanya.
.
.


.
.

Sifa sedang duduk didepan cermin dikamar nya memoleskan sedikit makeup diwajahnya , hari ini dia akan pergi bersama Rindu dan Bara. Setelah selesai Sifa turun menuju meja makan.

"Pagi umi ayah" sapa Sifa pada kedua orangtuanya , Aisyah kemana? Ahh mungkin dia sudah berangkat sekolah.

"Pagi sayang" ucap umi dan ayahnya.

"Mau kemana kak udah rapi aja" tanya ayahnya.

"Aku mau pergi sama Rindu diajak sama kak Bara buat liat-liat perusahaan tempat kak Bara" jawab Sifa sambil memasukan suapan roti kedalam mulutnya.

"Kamu mau kerja ditempat Bara? Kan ayah udah bilang kalo kamu mau kerja di perusahaan biar di tempat ayah aja" ucap ayahnya

"Belum tau yah aku cuma mau liat-liat dulu , kak Bara mau kasih beberapa referensi perusahaan katanya siapa tau aku tertarik , ayah kan tau sebenernya aku gak suka kerja di perusahaan cuma gak enak aja nolak niat baik nya kak Bara jadi yaudah lah aku iyain aja sambil jalan-jalan daripada bosen dirumah hehehe" kata Sifa

"Yaudah kalo gitu"

"Aku berangkat sekarang ya umi ayah" ucap Sifa setelah selesai minum susu nya dan bangkit dari kursinya.

"Emang Bara nya udah sampai?" Tanya umi

"Katanya sih udah otw tadi dia jemput Rindu dulu , Sifa tunggu diluar aja" jawab Sifa sambil menyalimi tangan umi dan ayah nya dan berjalan keluar rumah.

Sifa menyandarkan tubuhnya di gerbang depan rumah nya , sesekali ia melirik jam tangan nya sudah 5 menit ia berdiri depan gerbang tapi Bara belum datang juga.

Sifa memfokuskan dirinya pada ponselnya saat ia melihat dua orang berjalan menuju kearahnya. Ingatkan Sifa untuk menyalahkan Bara setelah ini karena datang terlalu lama sehingga Sifa harus bertemu dengan orang yang tidak ingin dia temui.

Orang itu adalah Ali dan uminya . Beberapa langkah lagi mereka sampai didepan Sifa dan 1...2...3 SAMPAI.

"Assalamualaikum" bukan itu bukan suara Ali tapi suara uminya.

"Waalaikumsallam umi" Sifa tersenyum canggung , dia sama sekali tidak melirik kearah Ali .

"Lagi ngapain didepan gerbang?" Tanya umi nya Ali

"Lagi nunggu temen umi mau pergi" jawab Sifa

"Yaudah umi duluan yaa" ucap uminya Ali

"Iyaa umi hati-hati" kata Sifa singkat

Sifa tersenyum miris melihat kepergian keduanya lebih tepatnya kepergian Ali yang mungkin gak akan kembali lagi. Kebahagiaan yang biasa Sifa rasakan saat bertemu Ali kini tergantikan dengan kesedihan dihatinya.

Ahh sudahlah mungkin Sifa harus segera mungkin melupakan lelaki itu karena sudah tidak ada lagi harapan untuk dirinya mendapatkan Ali.

Sifa tersadar dari lamunannya saat mendengar klakson mobil Bara yang entah sejak kapan sudah terparkir dibelakang Sifa . Terlihat Rindu dan Bara turun dari mobil nya mendekati Sifa.

"Ngapain bengong disitu?" Tanya Rindu

Sifa melirik kedua orang itu tajam menunjukkan kekesalan nya karena mereka telat datang Sifa jadi ketemu sama Ali. "Semua gara-gara kalian lama banget dateng nya pegel nih nunggu dari tadi" oceh Sifa

"Maaf yaa Sifa tadi pas abis jemput Rindu kakak ke pom bensin dulu karena baru sadar kalo belum isi bensin" jawab Bara merasa bersalah

"Huhh direktur kok kehabisan bensin" cibir Sifa sambil nyelonong membuka pintu mobil Bara dan masuk duluan kedalam.

Bara dan Rindu melongo dengan sikap Sifa barusan , akhirnya mereka berdua pun langsung masuk kedalam mobil. Diperjalanan menjadi hening karena tak ada yang berani membuka suara , Bara menjadi seperti supir karena Sifa dan Rindu duduk di kursi belakang sedangkan Bara menyetir.

Rindu tak melepaskan pandangannya dari Sifa saat pandangan mereka bertemu Sifa menaikkan alisnya sebelah seolah bertanya mengapa sahabat nya ini Memandangi nya.

"Lo lagi halangan yaa?" Tanya Rindu hati-hati

"Nggak"

"Kok lo tumben sih jutek banget cuma karena kita telat 5 menit aja lo marah sampai diemin kita gini"

"Sorry yaa tadi aku lagi kesel aja sama orang , aku minta maaf yaa jadi marah-marah sama kalian" ucap Sifa sambil tersenyum.

"Iyaa gpp kok cuma gue kaget aja tadi tiba-tiba lo marah-marah gitu"

"Hehehe maaf yaa , maaf juga kak Bara tadi aku gak sopan ngomongnya"

"Iyaa santai aja Sifa justru kakak yang merasa bersalah karena bikin kamu nunggu lama"

Akhirnya semuanya kembali normal sampe mereka tiba ditempat Bara.


BERSAMBUNG

THANKS ❤️

CINTA DIAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang