37. KEMARAHAN JENARO

2.3K 329 704
                                    

37

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

37. KEMARAHAN JENARO

Tidak ada yang lebih menegangkan daripada dikurung dalam kuasa cowok berwajah tampan lalu beberapa menit berikutnya dibantai oleh satu pertanyaan yang sulit untuk dijawab.

Bukan sekedar mimpi di siang bolong. Bukan juga kehaluan yang menjadi nyata. Tapi ini sungguh-sungguh kejadian. Jujur, Oife lebih memilih berada di situasi mencemaskan misal dikeliling rubah-rubah licik seperti tempo hari ketika Jessica, Clara dan Cherry mencoba memberinya perhitungan daripada mati kutu di dekat Jenaro.

Dendamnya belum tersalurkan. Minimal dendam manis yaitu membuat Jenaro jatuh cinta kepadanya demi membalas perbuatan Jessica. Jessica saja bisa mencuci otak Ayah dan abangnya. Kenapa Oife tidak?

Sudah dibilang. Oife akan merebut sumber kebahagiaan Jessica. Memiliki Jenaro tujuan utamanya. Lihat saja siang tadi. Jenaro kepanasan sendiri melihat Oife akan pergi bersama Razor. Oife sudah menebak alasan Jenaro menariknya. Namun Oife diam, menunggu Jenaro mengatakannya.

"Oife..." panggil Jenaro lembut saat pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban.

Jenaro merasa heran. Cowok itu meletakkan stik PS-nya untuk kemudian memiringkan kepalanya, menatap Oife yang diam bagai patung. Kekehan lolos dari bibirnya. "Si bawel bisa kaku juga."

Kalau berdiri di dekat pintu, maka posisi keduanya seperti Jenaro tengah mencium pipi Oife. Lantaran terlalu terkejut diserang dengan kata-kata mematikan itu, Oife mengerjap lambat setelah Jenaro menghembuskan napas hangat ke permukaan wajahnya.

"Bisa-bisanya melamun," kata Jenaro sembari geleng-geleng.

Menegak salivanya, Oife buru-buru berdiri membelakangi Jenaro. Mengontrol kerja jantungnya yang memompa cepat. Lagi-lagi, Oife nyaris kehabisan oksigen dibuat Jenaro.

"Sori, gue harus pulang." Oife mengambil ponsel miliknya yang sempat dia letakkan di atas kasur sebelum melangkah keluar dan menemukan Jessica sedang bersidekap di luar. Tatapannya menusuk. Oife membulatkan matanya kaget.

Jessica berdecih, "Cowok masih banyak kenapa tunangan gue yang lo embat?"

"Apa? Coba ulangin sekali lagi. Gue gak dengar masa."

"Ngapain lo di kamar tunangan gue?" tanya Jessica meneliti penampilan Oife dari kaki hingga kepala. Tidak tampak berantakan. Jessica bernapa lega tanpa Oife sadari.

Oife tersenyum miring, "Mikir coba. Cowok-cewek berada di satu ruangan yang sama kira-kira mereka ngapain?"

Napas Jessica memburu. Niat ingin membalas tapi dengan kilat dipotong Oife.

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang