52. ANCAMAN

1.8K 276 1.3K
                                    

Maaf ya telat update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ya telat update.
Maklum mahasiswi semester akhir:)

Btw baca part ini kudu baca bismillah dulu biar emosinya tersampaikan😂
Canda canda. Intinya baca cerita ini kesabaran kalian terus diuji

Jangan bosen ya. Bantu ramaikan, bantu share bagi yang mau💙

Tim spam hayuk meluncur!!

➖➖➖

52. ANCAMAN

Oife ngebunuh Bala

Oife ngebunuh

Oife

Jenaro tidak mempercayai pendengarannya. Jenaro merasa ada yang salah dengan telinganya. Apa mungkin gendang telinganya rusak? Tidak, tidak mungkin. Tentu saja indera pendengarnya masih berfungsi. Suara-suara bising nan jauh di sana pun bisa tertangkap jelas olehnya.

Pasti terjadi kesalahan. Entah itu berasal dari jawaban Jessica atau memang benar adanya. Oife sudah membunuh Bala. Bintang yang paling disayang Ibunya.

Seakan melihat sosok pembunuh adiknya, Jenaro menghampiri Oife yang menundukkan kepalanya, menangis tanpa suara. Segenap emosinya mengumpul. Bingung bagaimana cara mengatasinya, intinya Jenaro hampir meledak kalau saja tangisan Ibunya tidak berhenti di detik langkahnya sampai ke hadapan Oife.

"Kamu.... ngebunuh Bala?" tanya Jenaro pelan. Bertarung keras melawan aliran darahnya yang mengepul panas hingga emosinya tercipta.

Terlalu syok. Bahkan Oife tidak mampu lagi mendongak dan membuka matanya sangking takutnya dia akan darah di baju serta celana yang dia pakai. Darah segar itu sudah menempel membawa aroma amis yang menyengat.

"Jawab aku. Apa bener kamu yang ngebunuh Bala?" Suara Jenaro naik satu oktaf lebih tinggi dari sebelumnya.

Diamnya Oife semakin memancing emosi Jenaro. Tangan cowok itu terkepal erat, menyalurkan emosi yang siap pecah. Mata tajam bak sebilah belatinya seolah bisa menancap di kening Oife hanya dengan sedikit menggerakan kepala.

"Oife..."

"OIFE!!"

"JAWAB PERTANYAAN AKU! KAMU KAN YANG NGEBUNUH BALA?!" Jenaro berteriak tepat di depan wajah Oife yang tubuhnya mulai bergetar hebat. Tangisannya kembali terdengar.

"Aku sangat berharap apa yang aku dengar dan yang aku lihat sekarang adalah mimpi. Aku butuh jawaban kamu, Fe. Tolong jangan bikin aku khilaf sampe ngebentak kamu kayak tadi."

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang