Part ini masih aman, belum masuk ke konflik utama
➖➖➖
48. DEAL?
Hari pertama resmi jadian adalah hari di mana Jenaro berkuasa penuh atas Oife dan hari di mana Oife boleh meminta apapun dari Jenaro. Perhatian, hatinya, waktunya bahkan hartanya akan Jenaro berikan.
Katakanlah bucin alias budak cinta. Jenaro tidak peduli. Dulu saja sewaktu dengan Jessica, Jenaro tidak sampai uring-uringan saat melihat Jessica dekat-dekat dengan cowok manapun. Paling lebih ke memantau gerak-gerik cowok tersebut daripada harus turun tangan langsung. Tapi berbeda jika itu Oife. Jenaro kerap merasakan panas hati ketika ada banyak siswa yang memberikan perhatian cuma-cuma mereka untuk cewek yang dia anggap sinting dan sekarang resmi menjadi pacarnya.
Oife sinting. Jenaro lebih sinting lagi.
Sebut saja pasangan sinting yang pada akhirnya saling jatuh cinta.
Cinta itu gila bukan buta. Iya, bagi keduanya.
Kembali pada kata berkuasa, tak sedikitpun menit yang terlewat, Jenaro pergi dari sisi Oife. Kendali utamanya ada di dia. Jenaro enggan berpisah. Jenaro jadi terlihat lebih manja melebihi manjanya ke Ibunya.
Menggenggam tangan mungil sang pacar kemanapun Jenaro melangkah membuat Oife justru jengkel. Namun tak dapat dipungkiri hatinya menghangat juga senyum tipis terus mengembang di kedua sudut bibirnya.
"Aku mau ke toilet, ini tangan gak ada niatan buat dilepasin apa?" tanya Oife menahan sesak sedaritadi. Gimana bisa leluasa bergerak kalau Jenaro terus menempelinya seperti lem.
"Ngapain sih?"
"Main kelereng, Pak! Ya buang air kecil lah!"
Jenaro meliriknya lama sebelum kemudian melepaskan tangan Oife dengan amat sangat terpaksa. Keduanya masih berada di rumah Jenaro. Selagi menunggu orang tuanya mengurus suatu hal di butik, Jenaro meminta Oife untuk tinggal sebentar sampai orang tuanya kembali. Oife yang memang malas menginjakkan kakinya di neraka itu pun mengiyakan permintaannya.
"Ini udah dilepas, sana-sana," usir Jenaro dengan muka ditengkuk membuat Oife gemas. Tangannya terulur, mencubit pipi tirus pacarnya. Jenaro yang mendapat perlakuan itu memilih menahan diri untuk tidak mengurungnya lagi ke dalam pelukannya.
"Jangan ngambek atuh."
"Gak."
"Tuh kan jadi cuek."
Jenaro mengapit leher Oife hingga kepalanya tenggelam di dadanya, "Gak sayang, gak cuek."
"Yauda, buruan lepasin lagi. Sesak banget aku nih." Oife yang sudah tidak tahan pun melarikan diri dengan cara mengigit lengan Jenaro sampai cowok itu merintih kesakitan. Oife berlari secepat kilat sambil tertawa berbahak-bahak. Puas sekali melihat Jenaro menderita karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENARO
Teen FictionOife yang dijebloskan ke rumah sakit jiwa oleh cowok tak dikenal akhirnya memendam dendam. Hingga tujuan hidupnya hanya satu, membuat cowok itu berada di posisinya. Namun, siapa sangka bahwa tidak semudah itu pembalasan yang dia rencanakan. Malah Oi...