40. TIDAK BAIK-BAIK SAJA

2.2K 347 483
                                    

40

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

40. TIDAK BAIK-BAIK SAJA

Tak mempedulikan Oife yang memanggil-manggil namanya, Jenaro pergi dengan segudang amarah menuju basecamp Rebellion Team yang pada hari menjelang siang itu dihuni oleh beberapa anggota. Tiga diantaranya ada Rain, Raka dan Galan.

Tiga cowok itu tengah khidmat menyantap nasi goreng yang tadi Galan beli di dapur basecamp. Walau tak melihat gelagat aneh saat Jenaro datang, namun mereka cukup mengerti bagaimana suasana hati sang ketua hanya dari bagaimana kasarnya Jenaro meletakkan kunci motornya beserta jaket jeansnya di atas meja.

Ekspresinya datar. Pikirannya berkelana entah kemana. Jenaro duduk di salah satu kursi dengan tangan terkepal. Memikirkan perkataan Razor yang jelas saja mengusiknya.

Tanpa diperjelas, Jenaro tahu betapa jahatnya dia pada Oife. Bagaimana perlakuan kasarnya juga kata-katanya beberapa kali berhasil menyakiti hati Oife. Jenaro tahu bila apa yang pernah dia lakukan tidak pantas untuk dimaafkan. Sekali lagi, Jenaro tidak membutuhkan rincian jelas mengenai kesalahannya. Jenaro sudah sadar akan semuanya. Mungkin bisa dibilang, sejak perasaan baru mulai tumbuh di dalam dirinya. Di sudut hati terdalamnya. Diam-diam nama Oife terselip rapi meski nama Jessica belum sepenuhnya menghilang. Bahkan sosok Jessica masih mengambil banyak bagian.

Lo adalah penjahat sesungguhnya, Ro.

Sialan!

Jenaro dengan tiba-tibanya menendang kursi di dekatnya sampai terpental jauh. Membuat Rain berjengit kaget sedang Raka dan Galan terbatuk-batuk, tersedak makanan yang mereka kunyah. Rain yang peduli, mendorong dua gelas berisi air ke depan mereka dan ditegak langsung hingga batuknya mereda.

"Lo kenapa?" tanya Rain pada Jenaro. Cowok itu sama sekali tidak takut mengeluarkan suaranya di saat Jenaro berusaha menahan emosinya.

"Ingatkan gue untuk gak ngebunuh mantan sahabat gue itu."

Rain mengernyit, "Maksud lo Razor?"

"Jangan sebut nama dia!" tukas Jenaro penuh penekanan.

"Ada masalah apalagi lo sama dia?" Kali ini Raka tak ingin menjadi bisu ketika berhadapan dengan sepupu tertuanya. Mungkin kemarin-kemarin Raka memilih untuk mengalah saat Jenaro seenak jidatnya menarik paksa Oife waktu hendak pulang bersamanya.

Jenaro menoleh, menatap sinis Raka, "Apa urusannya sama lo?" serangnya balik. Jujur, Jenaro muak melihat wajah para sepupunya yang sedari tadi dia tunggu kepergiannya.

"Gue peduli sama lo berdua. Selain karena lo sepupu gue dan Razor juga temen gue. Kalian berdua pernah begitu dekat. Kalian pernah bersahabat. Gue cuma pingin tau apa yang lagi kalian hadapi. Mau siapa yang salah duluan, gue ingin jadi penengah dengan mengetahui akar masalahnya."

"Gue gak butuh saran lo! Gue gak butuh wejangan lo!"

Raka menghela napas, "Jangan keras kepala, bisa? Asli, ya, lo tuh dari dulu ngeselinnya minta ampun. Untung sepupu gue. Kalo gak ogah gue ngomong sama lo."

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang