41. PILIHAN YANG SULIT

2.1K 351 1.2K
                                    

Part ini puanjangggg banget plus greget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part ini puanjangggg banget plus greget. Jangan bosen ya bacanya hehe

Hayuk tim spam komen meluncur!!

➖➖➖

41. PILIHAN YANG SULIT

Jessica sudah tidak perawan.

Selain karena Oife, empat kata itu juga turut membayangi Jenaro hampir seharian ini. Bagaimana pernyataan Razor mengenai tunangannya membuat dia melamunkannya di sepanjang jalan.

Mengenal sifat Jessica yang jauh lebih kalem daripada Oife, dia yakin betul Jessica tidak akan melakukan hal-hal negatif apalagi sampai dituduh tidak perawan lagi. Jenaro sangat mempercayai Jessica. Jessica menghilang pun, Jenaro tetap mencintai tunangannya itu.

Tunangannya tidak akan berpaling hingga menyerahkan diri secara sukarela ke pangkuan cowok lain. Jenaro tidak mau memakan omongan kosong Razor mengingat hubungan sangat buruk.

Bisa sajakan Razor mengada-ngada cerita?
Seperti Galan dan Raka, Razor pun tampaknya mulai menentang hubungannya dengan Jessica. Tiga orang itu harus dia jauhkan dari tunangannya. Harus. Jenaro takut Jessica dihasut oleh mereka yang berpotensi merusak hubungannya.

Jenaro turun dari mobil kuning Ayahnya. Pakaian cowok itu sudah berganti kaos hitam polos serta celana jogger. Tadi Jenaro sempat singgah ke rumahnya untuk berbenah diri sebelum bertandang ke tempat Jessica. Memastikan bahwa Jessica ada di sana sebab pesannya tidak kunjung dibalas sejak pagi.

Pertama masuk, kedatangannya disambut ramah oleh sang pemilik rumah. Niatnya, Anta ingin duduk sendirian di teras. Lalu pria setengah baya yang masih terlihat tampan itu mengajak Jenaro untuk gabung bersamanya sembari meminum teh selagi menunggu Jessica selesai mandi.

"Kamu puteranya Guiza?" tanya Anta mengawali pembicaraan santai yang mungkin akan membuat Jenaro nyaman.

Jenaro tersenyum tipis, "Iya, Om. Om Anta kenal papa saya?"

"Dulu perusahaan saya dan papa kamu pernah menjalin kerja sama. Tapi sampai sekarang kami masih sering membicarakan soal bisnis. Bisa dibilang, kami berteman baik."

"Benar apa yang orang-orang bilang. Ternyata dunia ini sempit. Saya gak nyangka Om juga mengenal ayah saya."

Anta tertawa kecil, "Ya. Benar. Awal tau kamu tunangannya Jessica, saya sudah menebak jika kamu puteranya Guiza. Wajah kamu benar-benar duplikatnya pria keren itu."

Ikut tertawa, Jenaro langsung membayangkan saat ayahnya tengah memilih-milih baju dan Ibunya setia mendampingi ayahnya di belakang sebagai pemberi saran. Walau sudah kepala tiga, masalah penampilan, ayahnya tidak mau asal-asalan. Selalu modis, sederhana juga keren. Wajar Ibunya marah plus suka cemburuan setiap ayahnya keluar dengan sahabat-sahabatnya.

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang