15. MALAM PELANTIKAN

2.2K 297 54
                                    

15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15. MALAM PELANTIKAN

Selamat datang yang Galan ucapkan untuk Oife dengan senyum menawan yang sangat ampuh melemahkan lawan jenisnya membuat suasana seketika hening.

Suara mesin bus yang melaju kencang membelah jalanan lenggang di pagi ini juga dari suara-suara berisik lainnya menjadi saksi bagaimana 51 orang itu terkejut. Kecuali Jena dan sang supir yang sama sekali tidak mengerti situasi yang menjerat mereka.

Tunggu. Posisi Jenaro di Rebellion Team memang jelas dan akan diresmikan malam nanti. Tapi mengingat di sini Jenaro sebagai ketua yang bertugas mengatur, memutuskan serta membimbing para anggotanya ke jalan yang benar tentu terkejut mendengar keputusan sepihak Galan yang hanya anggota biasa.

Hampir dari keseluruhan menjuarakan Galan yang terlampau berani memasukkan Oife ke dalam team. Termasuk keempat cewek di bagian kursi paling depan. Tentu saja mereka dengan senang hati menyambut cewek cantik berambut perak, berkulit putih bersih yang sialnya sangat seksi itu. Itung-itung penyegar ruangan terbaru pencampuran rasa strowberry dan Vanila.

Namun ada Jenaro dan empat anggotanya yang sangat tidak menyukai Oife karena bagi mereka Oife terkesan rendahan. Kelakuannya pun buruk di mata mereka. Mungkin semenjak menyaksikan insiden di kantin. Mencium sembarangan cowok apalagi namanya kalau bukan cewek murahan.

"Siapa yang nyuruh lo ngomong?" Jenaro menolak pelan perut Oife menggunakan satu jari telunjuknya hingga Oife sedikit mundur ke belakang, nyaris menghantam sisi kursi kalau saja Momon tidak menahan punggungnya.

"Mulut gue sendiri yang pingin bilang gitu. Kenapa, sih? Ada masalah?" Galan kembali duduk, tak gentar oleh tatapan tajam Jenaro yang menghunusnya seolah hendak membumihanguskan dirinya.

"Suara lo gak dibutuhkan di sini. Paham lo?!" Amarah Jenaro memupuk. Terlihat dari rahangnya yang mengeras.

Galan mengedikkan bahunya, "Terserah apa kata lo. Mungkin lo perlu tanya ke yang lain karena persetujuan mereka itu penting. Mustahil aja dari sekian banyak orang gak ada yang gak setuju Oife masuk ke RT. Ya kalaupun memang gak ada berarti lo patut dicurigakan. Kali-kali lo nyogok mereka buat bungkam."

Amarahnya berada di level tertinggi. Jenaro bersiap menerjang Galan namun cekalan Jena pada ujung kaos hitamnya membuatnya urung melakukan itu.

Jenaro melirik Jena yang gemetaran di tempatnya. Napasnya terhembus kasar. Jena tampak ketakutan seraya memilin jemarinya

"Aku mohon Naro jangan berantem apalagi sampai pukul-pukulan sama Galan. Apa Naro lupa kalau Galan itu sepupu Naro?" kata Jena pelan. Kalau Jena sudah menyebutkan namanya plus ada manis-manisnya begitu, Jenaro langsung luluh. Bahkan amarahnya sirna digantikan segaris senyum di wajah tampannya.

Ah, iya. Jenaro hampir saja melupakannya. Meskipun mereka sepupuan, Jenaro tetaplah ketua. Keputusan telak ada di tangannya.

Jenaro menggenggam tangan Jena, "Enggak, Jena. Maafin aku ya udah buat Jena takut."

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang