64. ADA APA DENGAN DIRINYA?

2.4K 326 988
                                        

Assalamualaikum, gimana kabarnya temen-temen? Sehat kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamualaikum, gimana kabarnya temen-temen? Sehat kan?

Minal aidzin walfaidzin ya, maaf kalo aku ada salah salah kata ke kalian🙏

Apa ada yang masih stay di cerita ini?😭

Setelah sekian purnama, kejut gak sih dapet notif update cerita Jenaro? 😁

Kangen Jenaroife gak? Kangen anak RT gak? Atau kangen aku?


➖➖➖

64. ADA APA DENGAN DIRINYA?

Jenaro memarkirkan motornya asal di parkiran depan sekolah dengan wajah datarnya. Sebelum turun, helmnya dia gantungkan di stang kanan kemudian beralih merapikan rambutnya yang terlihat berantakan.

Di jarak yang tidak terlalu jauh, ada banyak siswi yang menaruh minat pada cowok itu. Selain ganteng dan jago berkelahi, mereka sangat tidak bisa melewatkan pemandangan saat Jenaro datang bersama motor besarnya.

Cuek dan tidak pernah memperhatikan sekitarnya ketika Jenaro berhasil menapakkan kakinya di tanah adalah poin plus bagi mereka. Beda cerita kalau itu Saguna. Sudah pasti akan tebar pesona sambil mengedipkan sebelah matanya.

Mereka tidak tahu saja dibalik kecuekannya saat ini, ada percikan api cemburu yang nyaris membuatnya meledakkan emosi. Belakangan ini Jenaro pandai menyimpan segala sesuatu yang berujung tidak baik. Seperti menekan amarah, tidak gampang tersulut dan itu semua karena Oife. Mendapatkan maafnya tujuan Jenaro yang paling utama. Tapi selalu saja berakhir gagal. Jenaro bahkan sering berperang dengan pikirannya sendiri hingga ingin melakukan hal nekat dengan menabrakkan dirinya di depan sebuah mobil yang melaju kencang di jalanan.

Menghela napas berulang kali, Jenaro menyandang tas ransel hitamnya di salah satu bahu. Cowok itu berjalan santai menyusuri koridor untuk sampai di kelasnya.

Kedatangannya disambut tatapan memuja oleh hampir seluruh siswi di kelasnya juga sisanya memasang tatapan menelisik seolah Jenaro butuh penilaian.

"Kalo gue terjun ke sungai bakal mati gak?"

Pertanyaan Jenaro yang begitu tiba-tiba itu hampir saja melayangkan dua nyawa yang kebetulan hendak menelan bakso dengan cara melemparkannya ke dalam mulut. Siapalagi kalau bukan dua sejoli yang kemana-mana suka bikin keributan kecil. Mana kadang kompak pula.

"Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah! Bisa kali ngucap salam atau paling tidak salim tangan gue dulu baru dah bikin kita spot jantung." Jujur saja nih, Saguna benar-benar syok tingkat dewa mendengar pertanyaan gila temannya itu.

"Gue males basa-basi. Jadi gimana? Gue bakalan langsung mati apa enggak?"

"Tergantung sih." Rainer menyahut. Cowok berkulit putih susu, berwajah kinclong itu tampak santai seolah Jenaro sedang mempertanyakan jadwal manggungnya.

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang